Setelah menumbangkan Tuan Tua, James mengira semuanya sudah selesai. Namun, di akhir hidupnya, pria itu justru mengungkapkan kebenaran yang tak pernah James duga.
Dalang di balik runtuhnya keluarga James bukanlah Tuan Tua, melainkan Keluarga Brook yang asli.
Pengakuan itu mengubah arah perjalanan James. Ia sadar ada musuh yang lebih besar—dan lebih dekat—yang harus ia hadapi.
Belum sempat ia menggali lebih jauh, kemunculan lelaki tua secara tiba-tiba:
Edwin Carter, penguasa Pulau Scarlett yang ternyata adalah ayah kandung Sophie.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETAKUTAN VK
Aula itu membeku dalam keheningan terkejut setelah tawaran James.
"Sepuluh... ribu dolar," James mengulang, suaranya tenang.
Untuk sesaat tak seorang pun bergerak, tak seorang pun bernapas. Lalu kekacauan pun dimulai.
"Apakah dia baru saja mengatakan sepuluh ribu?"
"Dia pasti bercanda—lima juta sudah di meja dan dia menyebut sepuluh ribu?"
"Apakah ini semacam ejekan?"
"Ketua Brook Enterprises bermain-main di pelelangan?"
"Atau... apakah ia tahu sesuatu yang tidak kita tahu?"
Tawa mulai terdengar dari sudut-sudut ruangan. Beberapa penawar dari layar virtual tertawa terbuka, menggelengkan kepala. Ekspresi puas Antonio VK retak; rahangnya menegang saat ia condong ke depan, tidak percaya.
Silvey Brook menyipitkan mata, bergumam pelan, "Apa yang kau coba lakukan, James?"
Pembawa Acara berdehem, berusaha menahan kegelisahan. "Tuan Brook... maaf, tapi apakah aku salah dengar? Apakah Anda maksud sepuluh juta?”
James akhirnya berdiri dari kursinya di balkon pribadi, tawanya rendah dan sengaja. "Sepuluh juta? Kau gila? Siapa yang waras akan membayar sepuluh juta untuk berlian yang bahkan tidak asli?"
Seluruh isi aula langsung meledak.
"Apa?"
"Tidak asli?"
"Dia baru saja mengatakan kalau itu palsu?"
"Tidak mungkin—ini Heart of the Frost Queen!"
"Apa dia mencoba menggagalkan pelelangan ini?"
Suasananya menjadi tegang, bisikan beterbangan. Semua mata tertuju pada pria yang kini berjalan turun dengan tenang dari kursi balkonnya, melangkah menuju panggung seolah.
Clara, masih terkejut, berbisik pada diri sendiri, "James... apa yang kau lakukan..."
Wajah pembawa acara menegang, nada suaranya lebih dingin sekarang, "Tuan Brook, apakah kau menuduh kami menipu? Rumah lelang ini telah berdiri selama puluhan tahun, reputasi kami tak tertandingi di pasar global. Hati-hati dengan ucapanmu, anak muda."
James tersenyum tipis, matanya berkilat. "Begitu ya? Kalau begitu bagaimana jika aku membuktikan bahwa berlian ini palsu? Apa yang akan aku dapatkan?"
Ketegangan pecah saat pemilik rumah lelang sendiri berdiri dari barisan depan, suaranya menggema memenuhi aula. "Jika kau bisa membuktikan kalau itu palsu, aku akan membayarmu lima juta secara pribadi—dan aku akan meminta maaf kepada setiap tamu di sini malam ini."
Desahan. Bisikan. Ketegangan mengental seperti asap.
"Dan jika itu asli?" nada pemilik itu semakin tajam, ia menunjuk. "Maka kau, Tuan Brook, akan berutang padaku sepuluh juta dolar karena berani menodai kehormatan rumah ini di hadapan dunia."
Kerumunan bergemuruh dalam obrolan.
"Dia baru saja menerima tantangan duel reputasi?"
"Lima juta kalau dia benar, tapi sepuluh juta kalau dia salah—"
"Apakah Brook gila?"
"Atau ini sebabnya Brook Enterprises terus mengejutkan dunia?"
Senyum Silvey melengkung tipis, matanya tak lepas dari James. "Jadi kau mempertaruhkan harga dirimu..." ia berbisik.
Antonio VK menggeram, mengumpat, "Bocah nakal ini..."
James mencapai panggung dengan langkah hampir santai, bisikan di belakangnya bergulung seperti ombak. Ia melangkah di bawah sorot lampu menyilaukan, setiap tatapan semua orang tertuju padanya. Senyum sinisnya semakin dalam saat ia menoleh pada sang pemilik, tatapannya mantap dan suaranya tak goyah.
"Baiklah," kata James dengan mulus, "Itu kesepakatan."
Aula meledak dalam badai bisikan, desahan, dan ketidakpercayaan.
Suara James meluncur mudah, "Bolehkah?"
Bibir pemilik rumah lelang menegang, tapi ia mengangguk kaku.
James meraih dan mengangkat Heart of the Frost Queen dari atas alas beludru. Permata itu berkilau di bawah lampu panas panggung, memantulkan cahaya di langit-langit dan dinding. Penonton condong ke depan, menahan napas, menunggu.
Ia mengangkatnya di antara jari-jarinya, memutarnya dengan santai. "Ada yang tahu seberapa keras berlian?" Tatapannya menyapu ruangan, lalu ia menoleh sengaja ke balkon tempat Antonio VK duduk. "Mengapa tidak kita tanya langsung kepada sang penguasa tambang itu sendiri?"
Antonio VK sejak tadi bersandar dengan sombong, tetapi begitu ia melihat wajah James jelas di bawah lampu—tubuhnya kaku. Pupil matanya menyempit, napasnya tersengal. Gelas anggur di tangannya bergetar hebat, cairan merah tumpah membasahi lengan pakaiannya.
"Rea... Reaper," ia bergumam, sangat pelan hingga hanya orang di dekatnya yang mendengar. "Reaper dari The Veil... apa yang dia lakukan di sini?"
Para wanita di sekelilingnya mendekat, panik. "Ada apa, Tuan Antonio? Apakah anda baik-baik saja?"
Namun wajah VK pucat, topeng kekuasaannya retak. Ia mencengkeram pagar balkonnya, keringat menetes di pelipis, matanya terpaku pada James seolah menatap kematian itu sendiri.
James tersenyum tipis, "Jadi, Tuan VK, ulangi lagi... berapa tingkat kekerasan berlian?"
Tenggorokan VK bergerak. Suaranya bergetar, tapi naluri dan harga diri memaksanya menjawab. "Pada skala Mohs... itu adalah bahan alami terkeras. Berlian bisa... memotong baja. Tekanan manusia tak mungkin merusaknya."
James sedikit memiringkan kepalanya, mengangkat permata itu lebih tinggi. "Bagus. Semua orang mendengarnya, bukan?"
Ia menurunkan tangannya, telapak terbuka dengan permata berkilau di tengahnya. Lalu dengan sengaja, ia menggenggamnya. Buku-buku jarinya nya memutih saat ia menekan.
Suara itu terdengar tajam—retakan tak wajar. Lalu serangkaian bunyi retakan kecil.
Ketika James membuka telapak tangannya, serpihan kecil berkilau seperti kaca pecah, jatuh ke lantai panggung. Heart of the Frost Queen yang dipuja itu hancur, remuk menjadi serpihan tak berharga.
Sejenak semua orang tenggelam dalam keheningan.
Lalu kekacauan pun meledak.
"Itu... itu pecah?"
"Tidak mungkin, berlian tidak bisa dihancurkan begitu saja!"
"Jadi memang palsu—dia benar!"
"Lima juta dolar... hilang menjadi debu!"
"Apakah rumah lelang mencoba menipu kita semua?"
Wajah pemilik rumah lelang memucat, tubuhnya membeku dalam keterkejutan. Ia menatap serpihan itu.
Setiap kamera disana mengarah ke panggung, kilat lampu berkedip-kedip. Orang-orang berbisik panik. Layar virtual dari seluruh dunia bergoyang saat penonton terkejut dan mengumpat.
Dan James berdiri di tengah semua itu, menepiskan serpihan dari telapak tangannya dengan santai.
Bibir pemilik itu bergetar. "Ini... ini tidak mungkin. Itu tidak bisa dipalsukan..."
James tersenyum, "Kau pasti tenggelam dalam keraguan. Biar aku jelaskan."
Ia membiarkan serpihan berlian palsu itu meluncur dari tangannya ke kain beludru. Lalu ia mengangkat wajahnya pada kerumunan.
“Kebenarannya sederhana. Heart of the Frost Queen yang asli tidak pernah datang ke Crescent Bay.”
Kerumunan langsung meledak.
“Apa—?”
“Tidak pernah datang ke sini?”
“Lalu apa yang dari tadi kita tawar?”
Bahkan Silvey, yang biasanya tenang, kini condong ke depan dengan minat yang tajam. Matanya menyipit, menatap James tanpa berkedip.
James melanjutkan, “Sebulan yang lalu, terjadi perampokan di Brightvale City Museum. Perampokan itu tidak pernah diumumkan kepada publik. Berlian aslinya dicuri. Dan alih-alih mengakui kebocoran keamanan kepada pemerintah pusat, seseorang di Brightvale menutupinya. Mereka mengganti berlian asli dengan yang palsu. Dan yang palsu itulah... yang baru saja kalian lihat.”
Bisikan-bisikan berubah menjadi hiruk-pikuk.
“Pantas saja mereka membawanya ke sini—”
“Untuk menutupi kelalaian mereka sendiri—”
“Ini lebih besar dari sekadar lelang—”
James melangkah perlahan di atas panggung, nadanya stabil dan dingin. “Kenapa kalian pikir pemerintah Brightvale tiba-tiba memutuskan melelang benda yang seharusnya menjadi salah satu harta karun terbesar mereka? Karena seseorang di sana sudah tahu itu tidak berharga lagi.”
Napas pemilik rumah lelang mulai memburu, keringat mengalir di dahinya saat semua potongan teka-teki mulai jelas.
“Dan kenapa,” James menambahkan, suaranya menurun, “mereka tidak mengadakan lelangnya di Brightvale? Sebaliknya, mereka membawanya ke sini, ke Crescent Bay. Tadi malam, baru saja terjadi percobaan perampokan di gedung ini. Sangat kebetulan, bukan?”
Aula kembali hening. Tatapan James tertuju pada sang pemilik. “Katakan padaku, Tuan Pemilik... apakah aku salah?”
Wajah pria itu pucat, bibirnya bergetar. Ia tampak terpojok. Akhirnya, dengan anggukan lemah, ia mengakui, “Kau... kau benar...”
Kejutan lain menggema. Para tamu mulai bergemuruh dalam kemarahan.
“Jadi ini semua sudah direncanakan—”
“Mereka akan menyalahkan Crescent Bay kalau berlian itu dicuri—”
“Memalukan!”
Senyum sinis James kembali muncul. “Mereka merencanakan perampokan itu di sini. Jika berlian dicuri, tidak ada yang akan tahu bahwa itu palsu. Dan jika pencurian terjadi di kota lain, pejabat Brightvale tidak akan pernah disalahkan. Rencana yang cerdik.” Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya menggantung berat. “Tapi sayang, perampokan yang mereka rencanakan gagal.”
Ia berbalik perlahan, matanya berkilat. “Tuan Pemilik... Apakah kau ingin melihat satu kejutan lagi?”
Penonton menegang, mencondongkan leher seperti satu tubuh besar.
Suara James menggema ke seluruh aula. “Petugas Lucy?”
Pintu besar aula lelang terbuka. Petugas polisi berseragam masuk. Di tengah mereka, seorang pria yang diborgol dan didorong ke depan, wajahnya memar dan amarah membara di matanya.
Aula kembali meledak. Para tamu berdiri terpaku. Silvey tersenyum tipis, matanya semakin tajam.
James menunjuk santai ke arah pria itu. “Inilah orang yang memimpin percobaan perampokan tadi malam. Dan malam ini, kalian semua hampir tertipu lagi.”
Lampu panggung terasa semakin terang saat semua tatapan terpaku pada James Brook.
Aula lelang masih bising oleh bisikan ketika suara James memotong ketegangan.
“Tuan Pemilik, apakah kau terkejut melihat adikmu sendiri?”
Seluruh ruangan serempak menoleh. Sang pemilik membeku, matanya terpaku pada pria yang diborgol. Wajahnya berubah dingin, dipenuhi pengkhianatan. “Jelaskan dirimu.”
Adik laki-lakinya tergagap, suaranya bergetar. “Aku... aku dibayar... oleh seseorang dari Brightvale. Mereka menyuruhku merencanakan semua ini... untuk menutupi semuanya...”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, kemarahan sang pemilik meledak. Ia menendang adiknya hingga terjatuh, amarahnya meluap. “Bodoh! Kau menghancurkan reputasi kita di sini! Kau mempermalukan kita di hadapan dunia!”
Namun sebelum kehancuran itu sepenuhnya jatuh, Lucy melangkah maju. Suaranya menggema. “Reputasi kalian masih ada, Tuan Pemilik. Biarkan aku memberikan kabar baiknya.”
Semua kepala menoleh ke arahnya.
“Pelaku utamanya sudah ditangkap di Brightvale City. Dan fakta mengejutkannya adalah—dialah dalang di balik perampokan museum satu bulan lalu.”
Kerumunan terkejut dan tersentak.
Lucy melanjutkan, “Dialah otaknya, yang merencanakan semuanya dengan sabar, menunggu saat dunia menoleh ke tempat lain. Itulah sebabnya lelang ini dipilih. Namun sekarang Heart of the Frost Queen yang asli sudah aman. Tersimpan. Dan ini,” ia mengangkat sebuah dokumen, “adalah pemberitahuan resmi dari pemerintah pusat sendiri.”
Kata-katanya jatuh berat, tak terbantahkan. “Keputusan untuk melelang berlian tetap berlaku. Lelang akan dilanjutkan, di aula ini. Setelah proses pengadilan selesai terhadap pelaku utama, dunia akan melihat berlian itu lagi. Dengan aman. Di sini.”
Pemilik lelang menarik napas besar, akhirnya, ia membungkuk sedikit. “Terima kasih sudah datang, semuanya. Aku meminta maaf atas apa yang terjadi hari ini, tetapi seperti yang Petugas Lucy katakan, lelang akan dilanjutkan setelah keadilan ditegakkan. Untuk saat ini...” Ia mengangkat tangannya. “Lelang dinyatakan selesai.”
Kursi-kursi bergeser, orang-orang berdiri sambil bergumam, sebagian masih murka, sebagian masih syok. Ada yang menatap tajam pada sang adik, ada pula yang menyebut-nyebut nama James.
Sang pemilik berbalik pada James dengan wajah berat. “Tuan Brook...”
James hanya tersenyum tipis. “Tenang saja. Aku tidak akan mengambil sepuluh jutamu. Tapi...” Matanya menyipit, “Kau berutang satu padaku.”
Dengan itu, ia menoleh ke balkon VIP tempat Antonio VK berdiri. James tersenyum.
Tubuh VK menegang. Tangannya bergetar memegang tongkat. “Kita pergi,” gumamnya pada para wanita di sisinya. “Tidak ada berlian yang seharga nyawa.” Langkahnya tergesa.
Di bawah, Clara berjalan ke atas panggung. Ia berdiri di sisi James, senyumnya lembut namun penuh kebanggaan.
Saat mereka meninggalkan aula, Clara menatapnya penasaran. “Kapan kau mengetahui itu?”
James menyeringai kecil. “Tepat sebelum aku benar-benar hendak menawar sepuluh juta. Pesan dari Paula masuk.”
“Paula?” Clara mengangkat alis.
“Sepupuku,” jelas James ringan, membukakan pintu samping untuknya saat mereka memasuki area parkir. “Dan mentornya Jasmine. Dia telah membantuku mengawasi semuanya.”
Clara tersenyum kecil, matanya bersinar. “Aku ingin bertemu dengannya suatu hari nanti.”
“Mungkin kau akan bertemu dengannya suatu hari nanti,” kata James sambil membukakan pintu mobil untuknya.
Clara terhenti sejenak, “Ngomong-ngomong... kau benar-benar keren hari ini. Tapi lebih dari itu, kau menyelamatkan reputasi Brook. Jika orang-orang tahu nanti bahwa berlian itu palsu, itu akan menjadi bencana. Sekarang...” ia tersenyum, “kau mengubahnya menjadi kemenangan.”
James tertawa pelan saat mereka sampai di mobil. Ia membuka pintu sisi pengemudi. Namun sebelum ia sempat masuk—
Sebuah suara terdengar dari belakang mereka.
“James Brook, tunggu—!”
Suara itu menggema di area parkir.
James menoleh sedikit.
Semangat buat Author..