Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pohon Patah
"Aku tinggal sebentar, ya. Tolong di lanjutkan, Dan." Pinta Arjuna pada Danang.
"Aman, tenang aja, Jun." Jawab Danang yang kemudian mengambil alih tugas Arjuna.
Arjuna mengambil air dan mencuci wajahnya. Ia kemudian duduk dan mengambil ponselnya. Ia melacak keberadaan Sashi yang kini sudah ada di rumah. Sashi pun sudah mengiriminya pesan bahkan fotonya yang sudah berada di rumah.
Angin kencang mulai muncul sore itu, bersama kilatan cahaya yang belum terdengar gemuruhnya. Mendung yang pekat juga mulai bergelayut.
Arjuna segera kembali ke ruang Sekertariat dan memutuskan untuk menghentikan rapat agar teman - temannya bisa segera pulang dan tak terjebak hujan.
Perasaannya masih saja resah dan tak tenang. Di atas motornya, Arjuna kembali membuka ponselnya. Ia mencari satu nama di ponselnya dan kemudian menelfon nama yang ada di kontak itu.
"Assalamualaikum." Ucap Arjuna ketika panggilannya terhubung.
"Waalaikumsalam, Mas. Kenapa? Tumben nelfon?" Tanya Nala.
"Kamu dimana, La?" Tanya Arjuna.
"Aku lagi di jalan, Mas. Baru pulang dari sekolah." Jawab Nala yang berbeda sekolah dengan Arjuna dan Sashi.
"Sama siapa?" Tanya Arjuna.
"Sama temenku, Mas, Kayya. Habis kerja kelompok di rumah temen." Jawab Nala.
"Dipta kemana?"
"Mas Dipta udah pulang duluan, Mas." Jawab Nala.
"Kamu di jalan mana?" Tanya Arjuna dengan perasaan resah. Ia mulai memanggil burung - burung untuk mencari keberadaan Nala.
"Jalan pinggir Hutan yang mau masuk ke Desa lho, Mas." Jawab Nala.
"Mas Juna mau nyamperin aku? Aku lagi sama Kay nih." Ujar Nala yang menggoda Arjuna.
Selama ini, Nala kerap kali menjodoh - jodohkan Arjuna dengan sahabatnya yang bernama Kayya. Netra Arjuna pun langsung terbelalak saat mengetahui keberadaan Nala. Ia pun mendadak menjadi semakin gelisah.
"Nala, Dek, dengerin Mas Juna." Kata Arjuna.
"Kenapa sih, Mas? Tak tungguin kalo mau nyamperin Kay." Kekeh Nala.
"Mas Juna serius, Nala!" Sergah Arjuna yang kemudian menghidupkan motornya. Ia memakai airpods dan segera memakai helmnya.
"Jangan matiin telfonnya. Kamu sekarang pergi dari sana-" Perintah Arjuna.
"Apa, Mas? Suaranya putus - putus." Ujar Nala.
"Cari merpati, La! Ikutin dia." Kata Arjuna yang berusaha berbicara sejelas mungkin sambil terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Halo... Mas Juna ngomong apa, sih? Putus - putus suaranya." Kata Nala.
"Aku lanjut jalan ya, Mas. Mendung dan angin kenceng." Kata Nala.
"Nala... La... Ikutin merpati." Kata Arjuna.
"Mas gak kedengaran suaranya." Sahut Nala.
Tak lama, sambungan telfon mereka pun terputus hingga membuat Arjuna semakin panik. Di Desa mereka memang biasanya seperti itu. Jika ada angin kencang dan hujan, sinyal biasanya akan sulit di dapatkan bahkan bisa sampai hilang.
"Mas Juna kenapa, sih?" Tanya Nala saat sambungan telfon mereka terputus.
"Kenapa, La?" Tanya Kayya.
"Gak tau nih, Mas Juna." Jawab Nala.
"Ayo ah, jalan lagi. Keburu ujan, anginnya kenceng banget lagi." Imbuh Nala yang merasa ngeri saat melihat pohon yang menari - nari tertiup angin.
Nala pun melihat ke kanan dan kiri. Ia memperhatikan seekor burung merpati yang mengikutinya. Burung itu seolah mengajaknya untuk kembali ke belakang dan tak melanjutkan perjalanan.
Tak berselang lama, seekor elang pun terbang di depan mereka. Elang itu tiba - tiba menyerang Kayya yang mengendarai motor hingga membuat Kayya menghentikan motornya.
"Astaghfirullah, kok burungnya nyerang aku." Kata Kayya yang ketakutan.
"Berhenti dulu aja, Kay." Kata Nala.
Ketika mereka berhenti, Elang itu pun berhenti menyerang dan hanya terbang kesana - kemari saja. Namun, saat Kayya mulai melajukan motornya, Elang itu pun kembali menyerang.
"Ya Allah, La. Aku jadi takut. Gimana, nih?" Kata Kayya dengan suara gemetar.
Angin yang semakin kencang, gemuruh petir yang mulai terdengar, juga rintik hujan yang mulai turun satu - persatu, menambah suasana menjadi semakin mencekam.
"Aku juga gak tau, Kay. Huhuhu, gimana, dong?." Kata Nala yang juga ketakutan.
Tak lama, deru motor terdengar di belakang mereka. Nala langsung menoleh saat mengenali warna motor sport dan helm yang di pakai pemiliknya.
"Mas Juna!" Seru Nala yang kini merasa tenang karena ada Arjuna bersamanya. Mendengar seruan Nala, tentu membuat Kayya ikut menoleh ke belakang untuk melihat kedatangan Arjuna.
Kkrrreek!
Kreeteeek!
Suara seperti sesuatu yang patah terdengar di sekitar Nala dan Kayya.
"Nala. Awas! Pergi dari situ!" Seru Arjuna yang bersaing dengan suara angin dan gerimis.
Arjuna segera menghentikan motornya dan turun dari motor. Tanpa melepas helm, ia langsung berlari menghampiri motor yang di tumpangi Kayya dan Nala.
Braaaak!
Batang pohon besar yang nampak tua dan lapuk jatuh tepat di depan mereka. Dahan - dahan besar pohon itu pun menimpa Arjuna, Kayya dan Nala.
"Aaaaa!!!" Teriak Nala dan Kayya.
Dengan jantung yang berdegub kencang karena kaget dan takut, Nala mulai melihat ke sekitar.
"Nala, cepet keluar!" Perintah Arjuna yang berada di atas Kayya dan Nala yang membungkuk di atas motor. Arjuna menyiagakan tubuhnya untuk melindungi Nala dan Kayya.
Punggung Arjuna menahan sebuah dahan pohon. Ranting - ranting pohon yang di penuhi pun menutupi tubuh mereka.
"Kayya, cepetan keluar, tinggalin aja motornya." Perintah Arjuna.
Nala dan Kayya pun segera turun dari motor dan menerobos dedaunan untuk keluar. Begitu Nala dan Kayya keluar dan menjauh, Arjuna pun menurunakan tubuhnya dan merayap untuk keluar dari sana.
"Mas Juna gak apa - apa?" Tanya Nala saat melihat Arjuna yang berhasil keluar.
"Gak apa - apa." Jawab Arjuna.
"Kalian berdua gak apa - apa? Ada yang luka gak?" Tanya Arjuna.
"Gak apa - apa, cuma lecet sedikit karena kegores ranting." Jawab Nala.
"Kay, gak apa - apa?" Tanya Nala.
"I-iya, gak apa - apa La." Jawab Kayya yang masih tampak shock.
"Yah, Mas, motor Kayya gimana?" Tanya Nala.
"Nanti biar di urus Bopo sama Ayah. Aku lagi nelfon Bopo, tapi belum nyambung." Kata Arjuna.
"Jadi Mas Juna nelfon aku tadi gara - gara ini?" Tanya Nala yang di jawab anggukan oleh Arjuna.
"Jangan - jangan, Elang tadi juga?" Tebak Nala yang kembali di jawab anggukan oleh Arjuna.
Setelah beberapa kali berusaha menghubungi, akhirnya Arjuna berhasil menelfon Aksa. Aksa pun segera pergi ke tempat kejadian setelah mendengarkan penjelasan dari Arjuna. Di bantu dengan staf Balai Desa dan warga yang bergotong royong, mereka mulai membersihkan patahan batang pohon itu.
"Kamu kuat nahan dahan besar itu, Nang?" Tanya Aksa.
"Beratan beban idupku, Po." Sahut Arjuna yang membuat Aksa tertawa.
"Motornya Kayya gimana, Po?" Tanya Nala.
"Nanti biar Bopo yang urus. Harus di benerin dulu karena ada yang rusak ketimpa dahan besar itu. Gak apa - apa kan, Nduk?" Tanya Aksa pada Kayya.
"Iya, gak apa - apa, Pak. Maaf malah jadi merepotkan." Ujar Kayya.
"Bapak minta nomor orang tuamu, ya." Kata Aksa. Kayya pun segera memberikan nomor ponsel Bapaknya pada Aksa.
"Kalian bertiga pulang duluan aja. Antar Kayya pulang dulu ya, Nang. Nanti motormu Bopo yang bawa pulang." Titah Aksa sambil memberikan kunci mobilnya pada Arjuna.
"Iya, Po." Jawab Arjuna.
Top banget
sedih banget thor,,,gmna ya ngomongnya
berasa banget kenanya,😭😭😭😭
mkasih ya thor
aku smpek kna tegur atasan knpa plang lunch kok mata mkin merah🤭
selalu semangat ya