Follow;
FB~Lina Zascia Amandia
IG~Deyulia2022
WA~ 089520229628
Seharusnya Syapala sangat bahagia di hari kelulusan Sarjananya hari itu. Namun, ia justru dikejutkan dengan kabar pertunangan sang kekasih dengan perempuan lain.
Hancur luluh hati Syapala. Disaat hatinya sedang hancur, seorang pria dewasa menawarkan cinta tanpa syarat. Apakah Syapala justru menerima cinta itu dengan alasan, ingin membalaskan dendam terhadap mantan kekasih?
Ikuti terus kisahnya dan mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Rekaman Pengakuan Suara Erlaga
Untuk beberapa saat, Syapala terpaku. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan atas pengakuan pria asing yang belum dia tahu siapa namanya.
"Dik, kamu tidak kenapa-kenapa, kan?" Arkala menatap lekat dan was-was ke arah Syapala. Hatinya merasa iba melihat reaksi yang diperlihatkan gadis yang terlihat masih sangat muda itu.
Ada bulir bening yang seketika tampil di permukaan pipi mulus gadis itu. Arkala iba, rasanya dia tidak sabar ingin segera mendengar penjelasan gadis itu. Dia berhak tahu, karena bisa saja ada hal yang terjadi antara gadis itu dengan sang adik.
"Adik. Kamu menangis?" tegurnya lagi lebih dalam dan hati-hati. Arkala tahu, dalam keadaan sedih, emosi seseorang bisa muncul tiba-tiba. Bahkan kadang tidak terbendung, karena sudah berada di ubun-ubun.
Syapala menoleh, seperti baru tersadar dari renungan yang panjang. Ia segera menyeka air mata yang tidak ia sadari jatuh.
Sorot matanya berubah lebih tajam dari tadi. Ada tersirat benci dan kecewa di sana.
"Jadi, Anda adalah kakak kandung pria pengkhianat itu? Hhhhhh...." Syapala mendengus diakhiri helaan nafas yang tidak beraturan.
Arkala terkejut, ucapan Syapala barusan, menimbulkan gejolak prasangka buruk terhadap sang adik. Bahkan bayangan yang lebih buruk dari itu, kini menari-nari di dalam benaknya.
Kata pengkhianat itu, bagi Arkala maknanya sangat dalam. Itu artinya, antara adiknya dan gadis di depannya ini pernah ada hubungan khusus lebih dari sekedar adik angkat yang diakui Erlaga.
"Pengkhianat? Kalian menjalin hubungan?" Arkala mengajukan pertanyaan dengan nada sedikit gugup.
"Apa untungnya saya jelaskan pada Anda, Pak? Anda tentu paham apa yang saya maksud, tapi pura-pura tidak percaya saja hanya untuk menutupi kebusukan saudaranya," tekan Syapala mengena di ulu hati Arkala.
Arkala sedikit bangkit dari kursi, dia tidak terima dengan tuduhan miring yang diarahkan padanya. Dia tidak sama dengan sang adik, meskipun mereka terlahir dari darah dan rahim yang sama.
"Saya tidak begitu. Dengar saya dulu, kamu harus tenang dulu, Dik. Saya membawa kamu kemari, dengan niat hati yang tulus dan murni. Kalau memang adik saya pernah menjalin hubungan dengan kamu, lalu dia mengkhianati kamu, maka saya akan melakukan tindakan. Terlebih apabila kamu merasa ada hal yang sangat dirugikan, saya akan bertindak tegas dan menuntut tanggung jawabnya," tuturnya tegas dan sungguh-sungguh.
Syapala menoleh, keningnya mengkerut. Ada kata yang kurang mengena di hatinya mengenai kalimat terakhir yang diucapkan pria yang mengaku kakak kandung mantan kekasihnya itu, yakni tanggung jawab.
Iya, dia sangat sedih dan terpukul dengan pengkhianatan yang dilakukan Erlaga, tapi pengertian 'tanggung jawab' yang diucapkan pria itu, sepertinya bermakna terlalu berlebihan dan sedikit janggal.
"Iya, tanggung jawab. Saya bisa tuntut adik saya untuk bertanggung jawab apabila adik sudah...."
"Hentikan, apa maksud Anda, Pak? Maksudnya saya begini?" Syapala memperagakan kedua tangannya di depan perut rampignya.
"Saya masih punya otak kali, dan tidak gampangan untuk diajak hal begituan di luar nikah. Sembarangan Anda menilai. Tidak semua perempuan silau dengan seragam, lalu dengan mudah bisa ditiduri," lanjut Syapala menyangkal tegas dan berapi-api.
Arkala tercengang sejenak. Dia terpesona dengan sangkalan yang tegas barusan dari seorang gadis muda yang menarik itu. Di zaman yang semakin canggih dan arus kebebasan teknologi yang sangat pesat ini, masih ada bahkan masih banyak perempuan yang mampu menjaga marwah dan harga dirinya, serta tidak tergiur dengan seragam atau pangkat.
Bukan hanya itu, Arkala juga bersyukur dengan adiknya, bahwasanya terlepas ada masalah apa yang menjadi penyebab hubungan mereka retak, dia lega, di balik pengkhianatan sang adik, tidak ada hal parah yang dilakukannya. Kalaupun ada, maka dia sendiri yang akan pasang badan untuk menuntut pertanggung jawaban kepada sang adik untuk gadis muda itu.
"Syukurlah. Setidaknya adik saya tidak meninggalkan hal fatal ketika dia mengkhianatimu," ucap Arkala kemudian.
Syapala memalingkan muka. Kalimat barusan, meskipun hanya kalimat sederhana, yakni rasa syukur dari seorang saudara tua terhadap adiknya, karena tidak melakukan sesuatu hal fatal, tapi tidak cukup membuat hati Syapala kembali ceria. Dia justru semakin sedih.
Kehadiran pria asing itu justru membuat hatinya bertambah luka, terlebih setelah tahu bahwa dia adalah kakak kandungnya Erlaga. Duganya, sesalah apapun saudaranya, dia tetap akan di pihak adiknya.
"Baiklah. Kalau hanya itu yang ingin Anda tahu, persoalan kita selesai bukan? Kalau Anda mau tertawa setelahnya, silahkan. Asal ingat, di balik hati yang luka, ada balasan yang akan menimpa, baik awal maupun akhir," tegasnya lalu berdiri.
"Sebentar. Duduklah dulu, saya belum selesai bicara. Masih ada hal yang lain yang ingin saya sampaikan." Arkala menahan lengan Syapala.
Syapala menepis, dia tidak suka disentuh pria asing terlebih pria itu adalah kakaknya Erlaga yang sudah ia nobatkan sebagai pengkhianat.
"Na-jis...."
Kalimat itu pelan tadi dalam. Syapala menganggap sentuhan di tangannya yang dilakukan Arkala, sekotor itu. Arkala menggeleng diikuti senyum simpul di bibirnya.
"Ok, saya tidak sadar menyentuhmu, Nona Suci," balasnya lembut tapi sinis.
Syapala berdecih dan melengos.
"Please, ikut saya masuk mobil. Masih ada yang ingin saya sampaikan samamu, Dik. Ini serius. Ayo ikut saya," mohon Arkala dengan suara rendah, sebab di dalam kafe itu mulai ramai, para pengunjung mulai berdatangan.
Mereka bangkit dari kursi pengunjung. Arkala melambai ke arah pelayan, lalu membayar tagihan makannya barusan. Kemudian ia segera berjalan menyusul langkah kaki Syapala yang sudah lebih dulu keluar kafe.
"Masuklah. Kasih saya kesempatan untuk bicara sekali lagi saja," mohon Arkala sekali lagi, sangat berharap Syapala mengabulkannya.
Syapala terpaksa memasuki mobil itu. Dengan cepat Arkala segera masuk, dan kini dia sudah berada di belakang kemudi. Mobil jalan perlahan keluar dari area kafe, lalu melaju menuju Taman Cinta kemarin.
Tanpa keluar dari mobil, setibanya di parkiran taman, Arkala menghentikan mobilnya di sana.
"Katakan, apa yang ingin Anda katakan, saya tidak banyak waktu untuk mendengarkan Anda bicara," desak Syapala.
"Baik. Kamu tenangkan dulu hati dan pikiran kamu. Setelah itu, kamu harus berusaha mendengar dan mencerna ini dengan baik. Setelah itu, terserah apapun tanggapan kamu," ujar Arkala seraya menyodorkan ponselnya yang berisi sebuah rekaman pengakuan Erlaga ketika ditanya tentang hubungannya dengan gadis di dalam foto itu.
Rekaman suara Erlaga pun diperdengarkan dari awal sampai akhir.
Lagi-lagi, Syapala sangat terkejut mendengar semua pengakuan Erlaga barusan dari dalam rekaman.
Syapala tidak terima, ketika Erlaga bilang kalau dirinya sering menyampaikan pesan kepada dokter Prita.
"Pesan, titip salam, apa maksudnya? Apa dia sedang mengarang cerita?" gumamnya pelan tapi bisa didengar Arkala. Arkala belum memahami maksud yang diucapkan Syapala barusan, yang jelas saat ini Arkala begitu iba melihat gadis muda itu terlihat begitu sedih dan terluka.
jngan2 nanti ni prita mau jdi plakor lagi
masih bnyak cewek kain dan mu harus robah sikap da pemikiran kmu laga jngan mudah di hasut
jodohin si laga teman pala thoor
ud putusin aja tunangannya biar kapok dia,tau GK,sesuatu yg kita dpt dngn cr yg tidak baik tu,akibatnya jg GK akan awet dan membahagiakan...
.pala udah bajagia sm kala..jgn ganggu ya😄😄