Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 Kembali Ke Mansion Fatur
Dua hari berlalu. Setelah kepulangan mereka dari desa, Fatur segera mengurus kepindahan Ayah Amel dan Alan ke rumah baru yang telah ia siapkan di kawasan Jakarta Selatan, tidak terlalu jauh dari kediaman mereka. Fatur memastikan segalanya sempurna, memberikan instruksi kepada manajer properti agar kebutuhan Ayah dan Alan terpenuhi.
Hari ini, Amel dan Fatur resmi pindah ke Mansion Amethys, kediaman pribadi yang disiapkan Fatur khusus untuk mereka. Mansion itu luas, modern, namun terasa hangat.
Saat memasuki rumah, Amel terkesima. la disambut oleh deretan pelayan yang menunduk hormat, tetapi Amel segera membalas mereka dengan senyum ramah khasnya.
"Selamat datang, Mbak. Ini rumah Mbak sekarang," sapa Bi Iyem, kepala pelayan, dengan ramah.
"Terima kasih, Bi, " jawab Amel tulus,
"Tolong jangan panggil saya Mbak. Panggil Amel saja, biar lebih akrab."
Fatur, yang berdiri di belakangnya, tersenyum bangga. la tahu, meskipun Amel kini menjadi Nyonya Besar, kerendahan hati dan keramahannya tidak akan pernah hilang
Malam harinya, setelah makan malam di kamar mereka, Fatur membantu Amel melepaskan perhiasannya. Kamar itu terasa mewah, dipenuhi aroma lembut.
Fatur duduk di tepi ranjang, menarik Amel hingga duduk di pangkuannya
"Mulai besok aku harus kembali ke kantor, Sayang, " kata Fatur, menghela napas.
"Kasihan Farim dan Yudha. Mereka sudah bekerja keras
menggantikan aku selama aku sibuk 'memenangkan' istriku."
Amel mengelus pipi Fatur.
"Mas tidak perlu khawatir. Mas sudah lama cuti. Aku akan baik baik saja di rumah. Sesekali aku akan menjenguk Ayah dan Alan, dan mungkin aku akan ikut Mama Karina ke butik."
Fatur mencium kening Amel lama sekali.
"Terima kasih, Sayang. Kau mengerti sekali."
la memeluk Amel erat, mendongakkan kepala Amel agar mata mereka bertemu. Sorot mata Fatur kini berubah, dari kelegaan menhadi sesuatu yang lebih dalam dan penuh harapan.
"Ada satu hal lagi, Sayang, " ucap Fatur, suaranya melembut.
"Aku ingin sekali kita punya anak darimu Sayang".
Jantung Amel berdebar. Ia sudah memikirkan hal ini.
"Kalau Tuhan cepat kasih, aku akan sangat bersyukur. Tapi kalaupun kita harus menunggu lebih lama, aku tidak masalah. Aku hanya ingin mejalani prosesnya denganmu, " bisik Fatur, mengelus perut Amel lembut.
"Aku ingin mendengar suara anak kita berlarian di mansion ini. Aku ingin melihatmu menggendong buah hati kita, Sayang."
Amel tersenyum, air mata haru menggenang.
"Aku juga ingin, Mas. Itu pasti akan sangat indah."
Setelah percakapan itu, gairah di antara mereka kembali memuncak. Rasa rindu yang tertahan sejak kunjungan mereka dari desa , ditambah janji indah tentang masa depan, kini menuntut untuk dilepaskan.
Fatur mengangkat Amel dan membaringkannya di ranjang yang lembut.
"Kau tahu, aku sudah berpuasa sejak hari itu. Menahan diri di desa dan saat mengurus kepindahan keluargamu. Sekarang, aku tidak bisa menahan diri lagi, Sayang, Aku harus menjamahmu" bisik Fatur, suaranya serak dipenuhi hasrat.
Amel menyambutnya, melingkarkan tangannya di leher Fatur.
"Jangan menahan diri, Mas. Aku milikmu."
Fatur merangkak di atasnya, menciuminya dengan intensitas yang lebih dalam dari sebelumnya. Ciuman mereka bukan lagi hanya luapan gairah yang posesif, tetapi juga perpaduan antara kelembutan, kepemilikan, dan janji suci yang telah mereka buat di depan Tuhan.
Tangan Fatur bergerak perlahan namun pasti, menyentuh setiap lekuk tubuh Amel, seolah memuji ciptaan Tuhan yang paling indah. Setiap sentuhan kini terasa lebih bermakna, karena ada janji seorang anak, janji masa depan, yang menyertai.
"Aku mencintaimu, sayang " bisik Fatur, suaranya hampir tidak terdengar.
"Aku juga mencintaimu, Mas Fatur." jawab Amel, merasakan seluruh jiwanya terserap dalam dekapan suaminya.
Malam itu, di Mansion baru mereka yang sunyi, keintiman mereka menjadi penegasan atas kehidupan baru yang mereka bangun. Setiap sentuhan, setiap desahan, adalah doa dan harapan agar di rahim Amel benih cinta mereka akan segera bersemi, membawa kehidupan baru ke dalam rumah megah itu.
Fatur bergerak dengan dominasi yang Amel suka, tetapi juga dengan kehati hatian yang menunjukkan penghormatan dan cinta yang mendalam. Mereka berdua tenggelam dalam pusaran hasrat, berlayar di lautan cinta yang baru mereka temukan. Momen itu terasa intens, intim, dan penuh harapan akan sebuah keluarga baru yang akan segera mereka miliki.
Fatur begitu menggila di tubuh Amel, begitupun Amel yang mendesah tidak karuan, karna Fatur benar benar pandai membuat Amel melayang.
"Ya mas di situ... ahh ... lebih dalam lagi". racau Amel yang masih di gempur oleh Fatur.
"Damm.. kau begitu nikmat sayang, ini membuatku gila" racau Fatur di sela sela pergerakannya
"Jangan keluarin dulu. Ini.... ini sangat nikmat aahhhhhh... ". kata Amel yang sudah mulai gila
"Kau begitu menikmatinya sayang, ayo kita lakukan dengan gaya baru. Kau berdiri dan menghadap ke cermin. Kakimu angkat satu".
Lalu Fatur pun melakukannya kembali. Kedua pasangan suami istri sama sama Hypernya wkwkwk
Fatur melakukannya bukan hanya satu dua kali, tetapi berkali kali hingga akhirnya dini hari Fatur dan Amel sama sama ambruk dan tertidur dalam keadaan berpelukan dengan tubuhnya yang masih masih polos tidak memakai apapun