Cerita ini sekuel dari Menikahi Mafia Kejam
Sebuah malam kelam mengantarkan Devi Aldiva Brodin pada malapetaka yang merubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Kesalahan fatalnya yang menggoda sang atasan yang divonis impoten saat ia dalam keadaan mabuk berat. Dan pria itu adalah Ibra Ashford Frederick merupakan pria yang sudah beristri sekaligus atasannya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama Veronika
"Mom...aku tidak mau pisah sama Ibra, bantu aku bujuk dia Mom," adu Veronika mendatangi kediaman mertuanya untuk mengadukan apa yang terjadi pada rumah tangganya dengan Ibra.
Alin dan Theo terlihat saling pandang. Alin tidak tahu harus berkata apa, apalagi beberapa baru yang lalu Ibra memang mengatakan ingin berpisah dengan Veronika.
Sedangkan Theo, ia tampak sedikit terkejut mendengar pengaduan dari menantunya itu. Selama ini ia tidak pernah tahu tentang rumah tangga anaknya karena ia yang jarang berada di tanah air. Tapi ia tidak menyangka kalau anaknya akan mengakhiri pernikahannya. Dan ia yakin pasti ada sesuatu hal yang membuat Ibra mantap berpisah.
"Veronika...Mommy akan bantu," jawab Alin.
Sebuah senyuman terbit di bibir Veronika. Ia tahu Ibu mertuanya pasti akan membantunya. Selama ini ia sudah berperan sebagai menantu yang baik dan penurut.
"Tapi...Mommy tidak janji bisa membujuk Ibra. Kamu tahu sendiri bagaimana Ibra bukan jika sudah membuat keputusan?," jawab Alin.
"Mom...aku....aku hamil. Dan aku tidak mau anak aku nantinya lahir tanpa sosok seorang ayah," ucap Veronika mengusap perutnya yang masih rata.
Alin tampak terkejut mendengar pernyataan menantunya. Akhirnya ia punya cucu juga, sebuah senyuman terbit dibibir Alin."Benar saat ini kamu hamil?," tanya Alin dengan antusias.
"Iya Mom," angguk Veronika.
"Mas... akhirnya kita punya cucu juga," ucap Alin memeluk Theo yang tampak diam saja menatap lurus pada sang menantu. Ia terlihat menghela nafas pendeknya dan tersenyum kecil saat Alin mengurai pelukannya.
"Vero... besok Mommy akan membujuk Ibra agar membatalkan rencana perceraian kalian. Mommy tidak mau cucu Mommy lahir tanpa sosok seorang ayah. Kamu jangan terlalu banyak pikiran ya, nanti berpengaruh pada kehamilan kamu," sambung Alin. Anaknya itu benar-benar keterlaluan, menceraikan sang istri saat hamil muda seperti ini.
"Ya Mom," jawab Veronika.
Sebuah senyuman terbit di bibir Veronika, ia yakin Ibra tidak akan bisa menceraikan. Ia akan melakukan berbagai cara agar Ibra tidak menceraikannya. Akhirnya kehamilannya ini bisa ia pergunakan juga dan ia yakin anaknya ini kelak akan mewarisi kekayaan ayah mertuanya.
"Tunggu sebentar ya, Mommy hubungi Ibra dulu dan minta dia untuk datang ke sini," ucap Alin segara berdiri dan melangkah menuju kamarnya untuk mengambil ponselnya.
"Ya Mom," jawab Veronika.
Kini tinggallah Veronika dan Theo di ruang tamu ini. Veronika merasa tidak nyaman dengan tatapan Ayah mertuanya itu seakan-akan ingin mengulitinya.
"Benar anak yang kamu kandung itu anaknya Ibra?," tanya Theo dengan tatapan tajamnya. Entah kenapa ia merasa ada yang tidak beres dengan menantunya ini. Ia merasa ada sesuatu hal yang tengah di sembunyikannya.
Veronika tampak kesulitan menelan ludahnya. Ia sedikit gugup mendengar pertanyaan ayah mertuanya. Namun ia berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Maksud Daddy, apa?," tanya Veronika.
"Saya melihatmu satu bulan yang lalu berlibur dengan seorang pria di Maldives," jawab Theo. Ia yakin yang ia lihat satu bulan yang lalu itu adalah menantunya. Namun ia tidak mau menanyakannya pada Veronika atau pun pada Ibra tentang rumah tangga anaknya itu.
Deg
Veronika tampak terkejut mendengar pertanyaan Ayah mertuanya itu. Jantungnya berdegup kencang, kenapa ia melupakan kalau Ayah mertuanya menetap di Maldives tapi ia malah mengiyakan ajakan teman pria nya berlibur ke sana.
"Mungkin Daddy salah orang. Mana mungkin saya mengkhianati Ibra?," jawab Veronika berusaha untuk tetap tenang agar mertuanya jangan sampai curiga.
"Benarkah?," tanya Theo dengan tatapan menyelidik.
Veronika tersenyum kecil." Iya Dad," angguk Veronika.
Theo terlihat mengangguk pelan. Ia tidak mungkin salah lihat waktu itu. Tapi biarlah waktu sendiri yang membuka kedok menantunya ini.
"Ibra akan ke sini," ucap Alin yang datang dari arah kamar. Ia baru saja selesai menghubungi anak semata wayangnya itu dan memintanya untuk datang ke sini.
"Ibra akan ke sini Mom?," tanya Veronika dengan terbata. Ia pikir Ibra tidak akan datang, sebentar lagi ia akan melihat bagaimana ekspresi Ibra.
Alin mengangguk dengan cepat."Iya," jawab Alin.
Dan benar saja, tidak lama Ibra memasuki kediaman orangtuanya dengan langkah tegapnya. Tatapan mata pria itu terlihat dingin dan tajam. Rahangnya terlihat mengeras melihat senyuman dari Veronika seakan-akan mengejeknya. Wanita ini benar benar sudah melewati batasannya. Benarkah dia hamil?, lalu anak siapa yang dia kandung. Yang jelas itu bukan anaknya karena selama ini ia tidak pernah menyentuhnya.
"Ibra kamu sudah datang Nak?," tanya Alin menyambut kedatangan anaknya itu dengan sebuah pelukan.
"Ya Mom," jawab Ibra duduk berhadapan dengan Veronika setelah Alin mengurai pelukannya. Untuk pertama kalinya ia bersikap cuek pada Veronika dihadapan kedua orangtuanya karena selama ini ia dan Veronika selalu berakting seolah-olah mereka suami istri yang saling mencintai.
Ibra menatap tajam pada Veronika. Kali ini Veronika tengah menggali kuburannya sendiri. Ia tidak menyangka kalau Veronika akan melakukan hal sebodoh ini untuk tidak bercerai darinya.
"Ibra, terima kasih ya Nak. Akhirnya Mommy punya cucu juga," ucap Alin.
"Katakan dengan jujur, anak siapa yang kamu kandung!," ucap Ibra pada Veronika mengabaikan ucapan Mommy nya.
"Ibra pertanyaan apa itu?," tanya Alin yang terkejut dengan pertanyaan putranya.
"Sayang, diam lah. Biarkan mereka menyelesaikan nya," tegur Theo. Ternyata dugaannya benar, kalau anak yang dikandung Veronika bukan lah anak Ibra.
"Katakan Vero!," teriak Ibra.
Veronika tersentak lalu tiba-tiba saja terisak."Aku tahu kamu tidak mencintai aku Ibra, tapi tolong jangan mengelak dari tanggungjawab. Anak ini anak kita Ibra," jawab Veronika dengan kepala tertunduk.
"Damn it," umpat Ibra. Ia tengah menghadapi ular berkepala dua. Wanita ini benar benar sudah gila, anak kita katanya. Seujung kuku saja ia tidak pernah menyentuhnya.
"Katakan yang sebenarnya atau aku buka kedokmu disini," gumam Ibra pelan yang masih bisa di dengar oleh Veronika. Bagaimana bisa ia menikahi wanita licik seperti Veronika ini, harusnya saat itu ia menolak permintaan Mommy nya.
Veronika mengangkat kepalanya menatap Ibra yang menatapnya tajam. Sungguh untuk pertama kalinya ia melihat tatapan yang menakutkan dari Ibra. Ia menelan ludahnya dengan kasar. Ia pikir bisa mengendalikan keadaan tapi nyatanya ia salah.
Veronika menggeleng cepat."Ibra, aku tidak menuntut kamu mengakui tapi setidaknya batalkan rencana penceraian kita," jawab Veronika terdengar lirih.
Ibra mengangkat sebelah alisnya keatas. Wanita ini, ia kira ucapannya hanya main-main?. Ia mengambil sesuatu dari saku jasnya lalu melemparnya ke hadapan Veronika. Ia sudah mempersiapkan semua nya dan jangan salahkan dirinya kalau ia membongkar kebusukan wanita ini.
Beberapa foto berserakan di sekitar Veronika. Itu adalah foto-foto Veronika bersama selingkuhannya dengan beberapa pria.
Alin mengambil salah satu foto, raut wajahnya tampak terkejut. Ia langsung menatap tajam pada Veronika.
"Kamu jelaskan ini semua pada Mommy, Vero!," ucap Alin dengan tegas.
"Mom, iya aku salah. Tapi andai saja Ibra memberikan hak ku maka aku tidak akan melakukan hal ini. Wanita mana yang tahan tidak disentuh selama hampir satu tahun Mom?. Aku butuh kehangatan tapi suamiku tidak memberikan nya," jawab Veronika.
Kini tatapan Alin berpindah pada Ibra. Benarkan anaknya tidak pernah memberikan nafkah batin pada istrinya.
"Aku sudah menuruti keinginan Mommy untuk menikah. Tapi aku tidak akan pernah mencicipi bekas orang lain Mom, tidak," jawab Ibra.
Ibra memberikan sebuah amplop pada Mommy nya."Isi dalam amplop ini juga yang menjadi alasan aku untuk tidak menyentuh nya Mom," sambung Ibra meletakkan amplop cokelat diatas pangkuan Mommy nya.
...****************...
lebih tegas Daddy mu kamu Weh Weh no good 👎👎👎👎