- Jati diri ? -
"Lex,rose kalian adik -kaka !"
"Apa dia sungguh rose?"
"Yap dia rose!"
"Bukan ...aku bukan rose ..aku zenny!"
"Dek kamu kenal pak jaya?"
"Tidak bang aku tak kenal !"
-Cinta atau berbelas kasih?-
"Kenapa Abang menginginkan ku ,menikah dengan Abang?"
"Karna Abang cinta kamu!"
"Aku tak percaya !"
"Abang akan membuat mu percaya akan cinta Abang!"
"Aku butuh bukti!"
"Abang akan tunjukkan!"
"Aku tunggu!"
"Abang siap membuktikan!"
_Cinta karang samudra _
"Kalau cinta itu tak seindah karang
Di samudra! "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bidadari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 6 "Duka 2 "
"Nek! " Panggil zenny namun panggilan itu sayangnya. Tidak di jawab ia memandang lurus dengan tatapan kosong. Rasa lelah dan sakit bercampur aduk di hatinya. Saat ini
Zenny memandang lurus. Tumpukkan tanah yang menutupi raga seorang yang ia sayangi. Tertulis indah nama orang yang selalu ada untuknya di batu nisan yang terbuat dari kayu, seperti mimpi buruk baginya hari ini.. Hari terberat di hidupnya--
Zenny mengambil bunga mawar yang. Sudah siap di taburkan dengan pelan dan tak, bertenaga ia menaburkan bunga tersebut di sisiNya aca sigap menjadi sandaran ternyaman. Aca melirik irsyad yang berada di sebelah lia yang sedang menunduk.
Penuh penyesalan tergantung jelas di. Wajah tampan nya yang agak muram dari hari biasanya aca memberi kode kepada lia agar lia yang berada di samping, zenny dengan sigap lia yang cepat tanggap langsung berada di sisi sang sahabat memberikan elusan di punggung sang sahabat. Sementara aca?
Dia menatap irsyad penuh kebencian. Lalu berbisik "Untuk apa abang disini. Bukankah abang, itu musuh kami ? Pergi bang! Jangan buat zenny terluka! " Irsyad langsung menggeleng cepat mendengarnya "abang berbeda dek abang. Tidak akan melukakan dirinya! " Sahut irsyad cepat
"Aku ingin bicara selepas. Nanti! Aku tidak ingin kita bertengkar di makam nenek rati sudah cukup hatinya terluka hingga. Ia meninggal dengan hati yang terluka! " Terang aca matanya fokus melirik ke kuburan sang nek rati. Tak banyak warga yang datang. Hanya beberapa yang peduli saja, tapi semuanya udah pada pulang ke rumah.
"Ca" Suara serak khas orang nangis membuat. Aca dan Irsyad menoleh ke zenny yang sedang bersandar di tubuh. Kedua sang sahabat " Kenapa dek kamu kenapa? "Sahut irsyad cepat ada sebuah. Rasa khawatir di maniknya " Kenapa Zen kamu kenapa? "Tanya aca khawatir
Zenny menghembuskan napas panjang, Ia mengengam. Tanah kuburan sang nenek yang ia ambil tadi " AKU pembunuh! Aku.. Yang udah buat nenek meninggal dengan luka yang - tak pernah bisa dirinya. Lupakan aku jahat ya? " Ceracaunya dengan suara serak penuh penyesalan
Aca menggeleng begitu pun. Irsyad dan kedua sahabat nya serta yuyun. "Ngga kamu ngga. Jahat Zen ... Mereka yang jahat termasuk aku! Andai aku, ngga iku--"
"Kamu hanya terpaksa. Stop! Dan aku bisa maklumi itu ca, aku yang salah buat perjanjian dengan paman wira. Membuat semuanya kaya gini aku yang patut di salahkan! " Potong zenny
"Kamu ngga salah keluarga... Abang yang salah" Tegas irsyad
Zenny tersenyum walaupun tipis. Lalu ia berkata " Abang.. Ca, lebih baik kalian semua pulang aku mau sendiri! " Semua menggeleng mawar tertawa kecil " kita harus sama - sama malam ini kamu tak boleh. Sendiri! "
"Aku tau niat baik. Kalian tapi kalian juga punya keluarga, jadi--"
"Siapa bilang kita punya keluarga. Kamu lupa aca adalah anak dari panti asuhan di desa ini. Dan aku? Ibu bapak ku meninggalkan aku sendiri. Dan mawar dia -- hanya tinggal sebatang kara;" Tutur lia dengan suara merendah ada hati yang harus ia jaga.
Rintik-rintik air mata. Jatuh lagi dari pelupuk matanya ia menghembuskan napas panjang nya... " Nenek.. Bilang ngga akan.. Tinggalkan aku .. Sendirian tapi nenek bohong! Nenek tinggalkan aku!.. Sendirian nek... Kalau nenek pergi kenapa aku ngga? " Suaranya memecah keheningan di kuburan pada sore hari ini.
Hatinya terasa perih sekali. Luka di fisik mungkin bisa sembuh tapi ketahuilah. Hati yang hancur akan sangat susah. Untuk di perbaiki lagi, aca menggeleng lalu ia berkata dengan suara serak " kalau kamu pergi, nanti siapa yang jadi penyemangat kita;" Aca menyeka air mata sang sahabat "kita mulai dari awal ya! Mau kita di usir ataupun apa kita mulai bersama itu fungsinya sahabat! "
Luruh sudah air mata yang selama ini ia. Simpan di pelukkan sang sahabat tanpa disadari mereka jiwa sang nenek. Sedang menatap sendu sang cucu yang sedang menangis di dekat kuburannya. Malaikat maut melambai membuat nek rati harus segera. Mengikuti nya, lambat laun jiwa nek rati hilang. Dari permukaan bumi.
"Jangan sedih. Kunti ruko nanti --- kamu ngga cantik lagi loh! " Cebir aca saat melihat wajah zenny yang kaya --kunti ruko pasalnya make up yang tadi pagi ia pakai sudah luntur. Rambut yang ia sudah konde . Sudah acak- acak kan. "Ya dek.. Kamu senyum lebih cantik, kamu pasti lelah.. Kita pulang ya! ' ujar irsyad yang entah sudah keberapa kalinya ia. membujuk gadis tersebut.
Tanpa di sangka zenny mengangguk pelan. Dengan sigap aca dan mawar membantu tubuh zenny. yang lemas untuk jalan. Sementara irsyad mendorong kursi roda sang ibunda. Mereka keluar dari area pemakaman umum menuju satu rumah yaitu rumah.. Zenny.
*... *
"Bakar lagi, bakar! "
"Tambah minyak nya! "
"Bakar! "
Kedua mata zenny terbelalak saat melihat. Kejadian yang memilukan belum lagi. Satu masalah selesai kini masalah baru. Datang menghampiri nya, membuat dirinya tumbang irsyad naik pitam melihat kelakuan bajingan satu itu yaitu wira yang menyuruh beberapa anak buahnya untuk membakar rumah. Gubuk zenny..
Prak!!
"Zenny! "
Raga nya sudah letih memikul beban. Yang sangat berat tersebut. Ia pun tumbang di pelukkan aca yang sedari tadi membopongnya. Irsyad menoleh ke arah zenny kepanikan serta kemarahan bergemuruh jadi satu di kepalanya
Ia pun menghampiri wira yang tertawa lepas. Sementara aziz si lurah keparat sedang dangdutan bersama lima biduan di dekat rumah tersebut. Mereka bersorak ria, yang ia sawer pake uang lima puluhan,
𝘎𝘢𝘳𝘢 - 𝘨𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘰𝘵𝘰𝘭, 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯
𝘚𝘦𝘮𝘱𝘰𝘺𝘰𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘰𝘱𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨,
𝘠𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘵𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘰𝘵𝘰𝘭 𝘬𝘢𝘤𝘢!!
Nyanyian sumber dari. Biduan itu sungguh merusak kuping. Para pendengar nya irsyad menatap tajam ke bapaknya. Yang genit dengan biduan itu,
"APA APAAN INI! " teriaknya penuh penekanan membjat siapa pun yang mendengarnya. Terdiam seketika lantunan musik yang tadinya. Melantun tetiba terhenti.
Para biduan itu takut. Bahkan ada satu yang langsung pergi begitu saja. Wira mengangkat dagunya "kamu tak liat bapak sedang. Bakar - bakar rumah? Kamu buta ternyata! " Cakap wira dengan sombong nya
'Pak.. Bapak sangat jahat!.. Bapak liat zenny cukup terluka karna keluarga kita! " Irsyad menunjuk ke arah zenny yang terkulai. Lemah di dekapan aca, " Bapak... Yang aku kenal bukanlah bapak yang sekarang bapak.. Aku kecewa sama bapak dan aris kalian semua membuatku muak! " Teriak irsyad lalu berlalu menghampiri zenny, yang masih tak sadarkan diri.
"Dek bangun! Dek bangun! " Irsyad menggoyang tubuh zenny mawar mengambil alih tubuh zenny sementara. Aca bangkit dari duduknya tadi ia sempat. Duduk di halaman rumah zenny yang sekarang, sudah habis terbakar sedangkan wira dan aziz masih sibuk dengan para biduan yang bersenandung riang,
Aca menatap irsyad. Dengan kebencian terhadap irsyad lalu berkata "pergi! Abang tidak lihat. Zenny lagi-lagi terluka, karna keluarga abang! Liat dia betapa banyak beban yang ia pikul, kalian tega jauhi kami! " Aca dan ketiga temannya membopong zenny, untuk pergi dari rumah zenny yang sudah terbakar habis.
*... *
Irsyad dengan kecewa. menghampas bobot tubuhnya. Ke sofa ruang keluarga ia mengguyar rambutnya yang agak gondrong ke belakang. Terukir raut lelah di wajah tampan itu yang terlihat menyeramkan sekali. Hari ini
"Den! " Panggil bi salma dengan lembut
"Ada apa bi? Ibu udah tidur? " Tanya irsyad langsung diangguki oleh bi salma. "Sudah den. Aden mau di buatin apa?.. Kopi atau teh? "
Irsyad menghembus kan napas kasarnya, lalu ia menatap kosong ke arah kamar tidur nya yang bersebelahan dengan kamar sang adik yang berada di lantai dua. Rumahnya.
"Si aris tinggal dimana sekarang ?, dia tinggal disini? Sama --- istrinya? " Tanya irsyad tak menjawab pertanyaan bi salma dengan ragu. Bi salma mengangguk "den aris. Tinggal di rumah tuan aziz den " Sahut bi salma
"Bi tolong. Kemasi barang ibu sama barang saya. Besok saya akan pergi ke kota " Titah irsyad dengan suara dingin "Aden mau pindah sama ibu? " Tanya bi salma yang hanya di balas anggukkan dan tarik kan napas berat. Sang anak majikan
"kalau bisa saya pergi sekarang bi. Tolong siapkan ya bi" Ujar irsyad
"Ya den siap! Atuh tunggu bentar ya "
Bi salma pergi dari ruang tamu irsyad.Mengambil seuatu benda berharganya dari balik. Jas yaitu-- hal yang membuatnya tenang yaitu, sebuah kotak rokok filter ia menyalakan pemantik nya. Dan boyla. Asap dari rokok membuat kehangatan di jiwanya
Beberapa menit kemudian. Bi salma keluar dari kamar majikannya dengan dua koper berisi baju. Irsyad segera mematikan rokok tersebut ia. Memasukkan kembali sisa rokok tersebut ke kantung jasnya.
Ia melangkahkan kakinya ke kamar yuyun. Sang ibu yang terlelap dalam. Ketenangan membuat hati nya tenang. Ia pikir setelah perang saudara tadi ibunya akan kepikiran dan akhirnya--stroke nya kumat. Irsyad mendekati ranjang luas itu lalu menyusul ke dada ibunya mencari kehangatan. Membuat sang ibu terbuka matanya.
"Bu mau ikut irsyad ke Jakarta? " Tanya irsyad lembut ibu berkerut kening mendapatkan pertanyaan tersebut dari Irsyad. "K-ennapa? Ibu hars Yuh ikut kamu? " Tanya yuyun dengan suara tak jelas "biar ibu ngga di sakiti bapak; kita berangkat ya! " Tanpa basa basi tanpa aling-aling Irsyad langsung menggendong -- yuyun dan meletakkan nya ke kursi roda.
Dengan lembut irsyad mendorong kursi roda yuyun. Mereka keluar dari kamar. Di teras rumah bi salma tersenyum hangat melihat irsyad. "Den semua barang nya sudah. Pak supri masukkan ke mobil Aden"lapor bi salma
" Makasih ya bi, " Irsyad mengeluarkan dompet kulitnya lalu memberikan beberapa lembar uang -- seratus ribuan ke bi salma "ini untuk gaji bulan ini, oh ya untuk gaji bulan besok.. Irsyad transfer kaya biasa nya ya bi" Ujar irsyad membuat bi salma menggeleng
"Tapi-- den bukannya ini. Belum jatuh tanggal gajian ya? " Ujar bi salma tak enak " Ngga apa - apa rezeki ngga boleh di tolak bi! Ambil kalau ngga ambil. Irsyad marah! " Paksa nya
" Terimakasih ya den bibi ambil" Ujar bi salma dengan wajah sumringah "sama - sama bi saya pamit sama ibu bilang ke.. Bapak ibu ikut saya " Sahut irsyad lalu melangkah ke arah mobilnya "sip den hati-hati hati ya den! "
"Ya bi! "
*... *
Sebuah mobil Alphard, berwarna hitam kilau terhenti di depan panti asuhan. Bela jaya seorang pemuda tampan turun dari sana, ia melangkahkan kakinya. Untuk masuk ke sana seorang wanita berbalut hijab warna nut menyapa nya -- yaitu pemilik panti tersebut
"Selamat malam eh den irsyad, mau nyari zenny? " Sepertinya wanita matang tersebut sudah hafal betul apa yang di cari.
"Ya.. Bibi sepertinya sudah hafal betul! " Goda irsyad dengan sebuah senyuman walaupun tipis " Ya iya lah. Bibi udah dengar ceritanya dari aca... Walaupun begitu den irsyad. Tak salah hanya keluarga den irsyad saja " Ujar wanita tersebut
"Saya tetap salah! Membiarkan zenny. Jatuh di tangan aris! " Tempat Irsyad dengan suara kecewa "oh ya udah atuh tunggu. Sebentar ibu panggil aca sama zenny nya dulu! "
"Zenny sudah siuman? " Tanya irsyad
"Sudah tadi baru ibu buatkan. Teh hangat.. Den Irsyad mau ketemu ya? Kita yang kesana aja kali ya? " Irsyad mengangguk wanita matang tersebut menunjukkan jalan. Hingga akhirnya tiba di sebuah kamar yang berada di pojok ruangan tersebut yaitu kamar aca.
Tokkk...tokk!.. Tokk!
Aca membuka pintu kamarnya. Matanya langsung menatap tajam seolah siap menguliti lelaki tampan tersebut.
"Ada apa? " Tanya aca sinis lalu membuang muka kearah lain "dek.. Abang mau . Lihat keadaan zenny! Mana? " Ujar irsyad dengan suara yang menggebu
" Ada di dalem masuk! Tapi jangan lama- lam--" Belum juga kata aca selesai irsyad langsung. Menyelonong masuk. Ke dalam kamar tersebut ia terhenti saat, Melihat zenny yang sedang terbaring lemas di ranjang kecil yang ada di sudut kamar tidur tersebut. Hatinya teriris melihat kondisi zenny saat ini. Ia memaki dirinya dalam hati,
🙏