Rumah tangga yang baru dibina satu tahun dan belum diberi momongan itu, tampak adem dan damai. Namun, ketika mantan istri dari suaminya tiba-tiba hadir dan menitipkan anaknya, masalah itu mulai timbul.
Mampukah Nala mempertahankan rumah tangganya di tengah gempuran mantan istri dari suaminya? Apakah Fardana tetap setia atau justru goyah dan terpikat oleh mantan istrinya?
Ikuti kisahnya yuk.
IG deyulia2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Nala Tidak Pulang
Keesokan harinya, Nala yang masih sakit memaksa tubuhnya bangun. Meskipun masih terasa lemas dan demamnya masih ada, akan tetapi ia lebih memilih pergi ke toko dan berdiam diri di toko dari pada harus di rumah.
Di rumah pun percuma, karena suaminya paling akan tetap lebih perhatian sama Raina.
Nala sudah bersiap dan baru saja akan keluar dari kamarnya. Tapi Dana yang baru keluar dari kamar mandi keburu menegurnya.
"Sayang, kamu mau ke mana? Kamu masih sakit, kan?" tanya Dana berbalut handuk. Nala tidak menjawab, ia segera menyampirkan tasnya di pundak. Dan bersiap pergi.
"Mau ke mana? Kalau kamu masih sakit, diamlah dulu di rumah. Atau aku antar berobat sekarang. Ayo."
Nala tidak menjawab. Menoleh pun rasanya malas. Daripada banyak berdebat lebih baik ia segera pergi.
"Mau ke mana, tungguin suamimu berdandan, jangan main pergi," ujarnya seraya menahan lengan Nala, lalu menariknya tepat saat Nala berjalan. Nala kesakitan karena tangannya ketarik Dana dengan kencang.
"Akhhhhh." Nala berpekik, ia sungguh kesakitan dengan perbuatan Dana. Dana juga kaget, dia tidak menduga kalau Nala akan berjalan saat lengannya ia tarik.
"Ya ampun, tanganmu sakit? Aku minta maaf," ujar Dana panik seraya menghampiri. Tapi Nala menjauh, matanya berkaca-kaca, ia merasa perbuatan Dana kasar.
"Kasar," gumamnya sebelum pergi memasang wajah sedih dan marah. Kemudian Nala berlari menuju pintu meninggalkan Dana.
"Sayang, maafkan aku, aku tidak sengaja. Sudah kubilang kamu masih sakit, harusnya di rumah saja istirahat,"teriak Dana seraya mengejar Nala yang sudah berlari menuju tangga. Nala tidak menoleh, hatinya terlanjur sakit oleh sikap Dana yang dinilainya kasar.
"Nala tunggu!" teriaknya lagi seraya menuruni tangga. Tapi Nala terus berlari keluar. Tepat di depan pintu, Nala justru berpapasan dengan Devana. Nala menghentikan langkahnya, lalu menatap Devana yang sudah cantik dengan tampilan khas Guru.
"Mau apa dia kemari? Pagi-pagi sudah berada di rumah orang," batin Nala kesal.
"Sayang, tunggu!"
Nala melanjutkan langkahnya, dengan sengaja ia menyenggol tubuh Devana sampai Devana goyah.
"Isshhh." Devana terdengar mendesis, wajahnya seketika berubah antagonis.
"Sayangggg." Dana masih memanggil Nala, tapi Nala sudah menyalakan motornya. Ia tidak peduli lagi dengan Dana yang memanggilnya.
"Sayang, sayang, sudahlah, Mas, biarkan saja dia pergi jika mau pergi," tukas Devana sembari duduk di sofa tanpa dipersilahkan.
"Devana, mau apa kamu pagi-pagi sudah ada di sini? Tolong dong, jangan sepagi ini kamu datang ke rumahku. Kamu tahu hubungan rumah tanggaku saat ini sedang tidak baik, karena Nala cemburu dengan sikap kamu," tegur Dana sembari mengusak rambutnya kasar.
"Begitu saja cemburu, lagian aku ke sini karena ada anakku. Kenapa juga dia merasa marah dan cemburu? Kekanakan banget," ejeknya dengan nada yang sinis.
"Sudahlah, kamu tidak usah ikut berkomentar tentang sikap istriku. Dan harus kamu ingat, sejak kamu selalu datang ke sini hubungan kami memanas. Bisa tidak, ya, kamu tidak perlu datang ke rumah? Kamu cukup minta dihampiri saja, lalu aku dan Raina mendatangi kamu? Kalau seperti ini terus, bisa-bisa rumah tangga aku hancur untuk yang kedua kalinya, dan kali ini aku tidak mau hancur lagi. Aku sangat mencintai Nala," tutur Dana membuat hati Devana panas dilanda perasaan cemburu.
Devana akui, dia kembali mendekati mantan suaminya dan berusaha mengembalikan Raina ke dalam pelukan mantan suaminya, bertujuan ingin merebut Dana dari Nala.
Cara pertama memang sangat ampuh, yakni lewat Raina, ia bisa dekat kembali dengan Dana. Sikap manja Raina dinilainya berhasil menjerat Dana kembali dekat dengannya.
"Aku tidak bermaksud menghancurkan rumah tanggamu, Mas. Tapi keinginan Raina yang ingin kita selalu ada menemani liburannya. Apa aku salah berusaha mendekatkan dia dengan papanya, dan apakah aku salah jika aku memenuhi setiap maunya? Karena keadaan ini juga tidak akan berlangsung lama, setidaknya selama Raina liburan," tukasnya membela diri.
"Tidak salah, tapi setidaknya kamu jaga sikap dan jarak dari aku, sebab ada hati istriku yang sedang aku jaga. Apakah kamu tidak ingat saat dulu kamu tinggalkan aku? Kamu pergi disaat hatiku begitu mencintaimu, tapi kamu pergi bersama isu yang kamu bawa. Dan sekarang, aku tidak mau hubungan pernikahan aku hancur untuk yang kedua kalinya," tegas Dana seraya berlalu menuju tangga.
Devana tersenyum kecut dengan ucapan Dana barusan. Dia bertekad akan membuat Dana bisa kembali padanya dan akan berusaha membuat Nala semakin dilanda cemburu.
"Lihat saja apa yang akan aku lakukan untuk kamu Mas, dan untukmu Nala." Devana mendengus seraya menghempas duduknya di sofa.
Sementara itu Nala yang saat ini sudah di toko, termenung menatap jalan di hadapannya. Lalu lalang para pengendara motor dan mobil tidak henti wara-wiri di depannya.
Nala sangat sedih dengan kisah rumah tangganya yang kini seakan kacau sejak kedatangan mantan istri dari suaminya yang menitipkan anaknya di rumah, setelah sekian lama tidak boleh bertemu.
Nala tidak masalah, karena Raina merupakan anak kandung Dana. Ia juga bertekad akan menyayangi anak sambungnya. Namun, sikap Raina sejak awal sudah tidak menyukainya. Bagaimana bisa ia bisa dekat jika Raina bersikap seperti itu?
Sampai jam empat sore tiba tiba waktunya toko tutup, Nala masih bertahan di sana. Ia meminta para pegawainya untuk memasukkan motor ke dalam toko. Hari ini Nala tidak akan pulang ke rumah, dia akan menginap di toko. Biarkan saja Dana mencarinya. Karena sikap kasar Dana tadi pagi, masih membekas dan membuatnya sakit hati.
Dana selama ini tidak perhatian padanya, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Namun ketika Raina datang, Dana mendadak banyak waktu untuk mengajak anak dan mantan istrinya jalan-jalan.
Sementara itu, Dana yang sudah berada di rumah, merasa khawatir karena sudah menjelang Maghrib Nala belum juga kembali.
"Nala, di manakah kamu Sayang? Kenapa kamu belum pulang? Hp kamu juga tidak aktif, apakah kamu marah karena tadi aku tidak sengaja menarik lenganmu?" Dana kalut, ia bingung mencari Nala ke mana.
"Pasti Nala ada di rumah mertuaku. Tapi, apa yang harus aku katakan pada mereka jika mereka bertanya kenapa dengan Nala?" Dana kembali dilanda bingung. Bukan tidak mungkin orang tua Nala curiga dan bertanya ada apa dengan Nala.
Sementara Nala, saat ini sedang merasakan mual di dalam tokonya. Sudah dua kali ia bolak-balik ke kamar mandi karena membuang rasa mual.
"Sakit apa aku ini, sudah hampir tiga hari seperti ini?" tanyanya dengan perasaan yang begitu sedih.
Pagi menjelang, Nala terbangun kesiangan. Jam di dinding toko sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Semalam ia tidak bisa tidur setelah mual-mual.
Mencari makan saja, ia minta tolong salah satu pegawainya yang kebetulan rumahnya dekat dengan toko.
"Apakah Mas Dana mencari aku atau dia sedang senang-senang bertiga dengan Mbak Devana?" gumamnya antara risau dan marah.
kuncinya dana harus tegas dan mertua g ikut campur
bener2 mertua jahat bisa2nya GK bisa bedain mana wanita terhormat dan wanita bar2.