NovelToon NovelToon
Skandal Tuan Playboy

Skandal Tuan Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / Playboy / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebastian Adiwangsa. Nama yang selalu bergaung dengan skandal, pesta malam, dan perempuan yang silih berganti menghiasi ranjangnya. Baginya, cinta hanyalah ilusi murahan. Luka masa lalu membuatnya menyimpan dendam, dendam yang membakar hasratnya untuk melukai setiap perempuan yang berani mendekat.

Namun, takdir memiliki caranya sendiri. Kehadiran Senara Ayunda, gadis sederhana dengan kepolosan yang tak ternodai dunia, perlahan mengguncang tembok dingin dalam dirinya. Senara tidak seperti perempuan lain yang pernah ia kenal. Senyumnya membawa cahaya, tatapannya menghadirkan kehangatan dua hal yang sudah lama terkubur dari hidup Sebastian.

Namun, cara Sebastian menunjukkan cintanya pada Senara bermula dari kesalahan.

Jangan Hilangkan Janinku!

Ini sudah seminggu Sena tidak terlihat di Penthouse. Sejak hari ia keluar dari Penthouse ini, ia seakan menghilang begitu saja.

Bastian mulai dihantui rasa penasaran yang aneh. Kemana perginya wanita itu? Dimana ia tinggal sekarang? Dan yang paling mengganggunya, apakah janin di rahimnya baik-baik saja? Pertanyaan itu terus bergema di kepalanya.

Pagi itu, mendadak perut Bastian terasa mual. Sensasi menggelitik menjalar ke lambung, memaksanya masuk ke toilet. Ia menunduk, berusaha memuntahkan isi perutnya, namun tidak ada yang keluar. Rasa mual itu justru semakin menjadi-jadi.

“Sial, apa-apaan ini…” makinya pelan, menahan rasa tak nyaman.

Dengan tubuh masih diliputi rasa mual, ia tetap melanjutkan aktivitas. Jadwalnya pagi ini adalah ke kantor. Sesampainya di sana, langkahnya membawanya langsung ke ruangan Arya.

Arya yang tengah menerima belanjaan dari sekretarisnya sontak terkejut melihat Bastian yang tiba-tiba masuk begitu saja. Ia buru-buru menggeser kantong belanja itu ke samping meja.

“Tanganmu sudah tidak berfungsi untuk mengetuk pintu, Bas?” ucapnya sinis.

“Kau kenapa akhir-akhir ini selalu bicara sinis padaku?” tanya Bastian tajam. Memang, seminggu terakhir, setiap ucapannya selalu ditanggapi dingin oleh Arya.

Alih-alih menjawab, Arya menarik napas dalam, lalu menormalkan nada suaranya. “Ada apa? Kau butuh sesuatu?”

“Aku ingin tau tentang laporan terakhir tentang pengiriman ke Timur Tengah. Dokumen bea cukai sudah kau tandatangani?”

“Sudah,” jawab Arya datar, “Tapi sepertinya pihak intel mulai curiga. Ada pergantian kepala di sana.”

“Kita akan coba kerja sama. Loby saja mereka. Yang penting, barang sampai tepat waktu. Klien kita membayar mahal demi kerahasiaan.” Arya mengangguk.

Saat hendak keluar, mata Bastian tak sengaja tertuju pada belanjaan di samping meja Arya. Pandangannya berhenti pada satu produk yang bertuliskan di kemasannya “Susu Khusus Ibu Hamil”.

Matanya menyipit curiga, tapi ia tak mengucapkan apapun. Ia keluar begitu saja, menyimpan kecurigaannya untuk nanti.

...****************...

Di sebuah kamar temaram, Bastian menutup telepon dengan senyum tipis. Laporan dari orang suruhannya sangat jelas.

“Halo Tuan, aku sudah dapat informasinya. Ternyata benar, wanita yang tuan kirim fotonya terlihat bersama Tuan Arya. Mereka baru saja keluar dari sebuah restoran dekat apartemen wanita itu. Alamat apartemen juga sudah saya kirim”

“Kau melihat Arya masuk ke dalam apartemennya?” tanya Bastian

“Ya Tuan. Tuan Arya masuk kedalam cukup lama, dan kemudian keluar sekitar 1 jam setelahnya”.

Rahang Bastian mengeras. “Baik. Bonus akan segera kutransfer.” Ia menutup telepon, lalu bergumam dingin,

“Jadi benar kau, Arya… yang memuluskan pelarian Sena.”

Senyum miring menghiasi wajahnya. “Anak itu bisa membuat Arya semakin iba pada Sena” Ia menatap kosong ke depan, bibirnya terangkat. “Baiklah, Sena. Kau yang memulai permainan ini… mari kita lihat siapa yang mengakhirinya.”

Bastian membuka layar ponselnya kembali, dan menelpon Arya.

“Sepertinya aku butuh bantuanmu untuk meloby ketua intel yang baru itu. Kau besok kujadwalkan pergi kesana” Tanpa menunggu tanggapan, ia menutup sambungan.

Dia harus menyingkirkan orang-orang yang berpotensi mengganggu rencananya besok.

Arya dia singkirkan untuk pergi ke luar negeri dan Ravian dia jadwalkan untuk perpanjang dinas luar kotanya.

...****************...

Hari itu, Sena sibuk merapikan apartemennya. Arya baru saja membelikannya perabotan baru, dan ia menghabiskan pagi hingga siang untuk menata semuanya.

Tiba-tiba bel apartemen berbunyi. Dengan senyum kecil, Sena berjalan ke pintu, mengira Arya yang datang.

Namun senyumnya lenyap. Jantungnya berhenti berdetak sepersekian detik ketika mendapati Bastian berdiri di sana. Dingin, tajam, dan menakutkan.

Refleks, ia mencoba menutup pintu, namun Bastian lebih cepat. Ia menahan, lalu mendorong pintu keras dan mendorong Sena hingga terhuyung ke dalam.

“Aku sudah bilang, jangan pernah muncul di hadapan orang-orang terdekatku,” desisnya sambil mencengkeram wajah Sena.

“Tapi kau malah mendekati Arya. Apa kau juga ingin mengandung anaknya, supaya bisa menuntut tanggung jawab darinya?”

“Jaga mulutmu!” Sena menunjuk wajah Bastian dengan gemetar.

Bastian menepis kasar. “Jangan sekali-sekali menunjukku.”

“Kau bilang ke Arya kalau kau hamil? Supaya dia kasihan dan menolongmu?” Tatapannya meruncing.

“Kalau begitu, aku akan menghapus sumber belas kasihan itu.”

Mata Sena membelalak. Ia tahu ke mana arah perkataan itu.

“Lepaskan!” jeritnya, berusaha melepaskan tangan yang kini mencengkeram lengannya erat.

“Bastian, kau mau bawa aku ke mana?! Aku tidak mau ikut!”

Namun tenaga kecilnya tak berarti. Ia terseret, terseok-seok tanpa alas kaki, lalu diangkat dan dilempar begitu saja ke dalam mobil.

“Bastian, aku tidak mau! Berhenti! Turunkan aku! Jangan bawa aku ke sana!” teriaknya meraung, air mata membanjiri pipinya.

...****************...

Klinik Ibu & Anak.

Begitu membaca papan nama klinik, hati Sena mencelos. Tangisnya pecah tak terkendali.

“Bastian… aku mohon… jangan lakukan ini… jangan bunuh anak ini…”

Namun pria itu seakan tuli pada suaranya. Ia menyeret Sena masuk. Seolah sudah diatur, seorang perawat sigap mendorong kursi roda mendekat. Sena dipaksa duduk, tubuhnya gemetar.

Begitu masuk, seorang perawat segera menyambut. Seolah semuanya sudah diatur, ia hanya memberi isyarat, lalu mendorong kursi roda mendekat. Sena dipaksa duduk, tubuhnya gemetar, air mata terus jatuh membasahi pipinya.

Di ruang tindakan, aroma antiseptik menusuk hidung. Lampu putih menyilaukan. Sena berusaha bangkit, mencoba meraih tangan Bastian, “Jangan, aku mohon… aku janji akan pergi dari hidupmu, asal jangan anakku… tolong, Bastian…”

Bastian hanya berdiri di sisi ranjang. Wajahnya datar. “Lakukan.”

Dokter menatap ragu. “Tuan… apakah benar Nona ini menginginkannya?”

“Aku tidak mau! Tolong aku!” Sena berteriak histeris.

“Diam, Sena. Jangan buat keributan. Kau akan berterima kasih setelah ini selesai,” jawab Bastian dingin tanpa sedikit pun menoleh.

“Tuan maaf kami tidak bisa lakukan jika dari ibunya tidak menginginkan ini”

Bastian mulai marah. “Lakukanlah dengan cepat! Aku telah membuat kesepakatan dengan kalian, dan kalian telah menyetujuinya! Lakukan sebelum aku acak-acak reputasi klinik ini. Aku yang akan bertanggung jawab dengan kondisinya.”

Dengan berat hati, dokter mulai bersiap. Akhirnya prosedur pun dimulai.

Sena menjerit. Rasa sakit itu menghantam tanpa ampun, menusuk hingga ke tulang. Ia berteriak, menangis, meronta, tapi tangannya terikat di sisi ranjang. “Sakit… Bastian, tolong hentikan… sakit sekali… aku tidak kuat…”

Dokter mencoba lagi. Dan lagi. Tapi setiap kali, tubuh Sena menegang hebat, janin itu seakan bertahan dengan kekuatan yang tak masuk akal.

“Tidak… hentikan! Sakit sekali!” teriaknya, air mata bercucuran membasahi wajah pucatnya.

Nafasnya tersengal, dada naik turun tak terkendali. “Bastian… tolong… aku mohon…” suaranya parau, terputus-putus di sela teriakannya. Ia menggeliat, mencoba menggeser tubuhnya menjauh dari rasa perih yang menusuk-nusuk di rahimnya, tapi semakin ia berusaha, semakin sakit yang dirasakan.

“Aku tidak kuat… Tuhan, aku tidak kuat!” Ia menangis keras, tubuhnya bergetar hebat.

“Bastian… hentikan… aku mohon, aku tidak bisa lagi…”

Perawat mencoba menahannya, sementara dokter kembali berusaha. Jeritan Sena kian melengking. “Berhenti! Tolong, sakit!” Ia menggigit bibirnya sampai berdarah, keringat deras bercucuran dari pelipisnya.

Detik berganti menit. Tubuhnya kian lemah, “Sakit… lepaskan aku… tolong… Bastian, kumohon hentikan, aku tidak sanggup lagi…”

Suara tangisannya berubah menjadi rintihan serak. “Sakit… perutku… aku… tidak bisa…” Tangannya yang terikat bergetar hebat, seolah ingin meraih sesuatu yang tidak terlihat.

Detak jantung Sena makin melemah, kulitnya pucat pasi, “Tidak bisa…” gumam dokter dengan wajah panik. “Tubuhnya menolak, tekanan darahnya drop”

“Bastian… jangan ambil anakku… jangan…” bisiknya sebelum pandangannya mengabur, napasnya pendek, dan tubuhnya mulai terkulai tidak sadarkan diri.

“Dokter!” perawat berteriak, mencoba memberi oksigen. Mesin di samping ranjang berbunyi tidak stabil.

Bastian yang sedari tadi berdiri kaku mulai goyah. Rahangnya mengeras, matanya melebar melihat tubuh Sena yang kini tak sadarkan diri. Rasa marah, panik, dan sesuatu yang tidak ia mengerti menghantam dadanya sekaligus.

“Berhenti!” bentaknya keras. “Hentikan prosedurnya sekarang juga!”

Ruangan mendadak hening, hanya suara mesin medis yang tersisa. Para perawat segera menghentikan tindakan, fokus menstabilkan kondisi Sena.

Bastian masih berdiri di tempatnya, dadanya naik turun cepat. Untuk pertama kalinya, ia melihat Sena begitu rapuh… dan entah kenapa, sebuah rasa yang asing, antara takut dan rasa bersalah menghantam dirinya.

“Darah itu darah” Bastian mengucapkan itu dengan panik setelah melihat darah yang sangat banyak keluar dari tubuh Sena.

“Bawa dia ke rumah sakit secepatnya. Dia bisa kehabisan darah” pinta Dokter yang menangani prosedur.

Bastian segera mengangkat Sena ke pelukannya. Dengan langkah tergesa, ia berlari keluar, bajunya kini basah oleh darah wanita itu.

...----------------...

^^^Cheers,^^^

^^^Gadis Rona^^^

1
Rizky Muhammad
Aku merasa terkesima sampai lupa waktu ketika membaca karyamu, thor. Jangan berhenti ya! 🌟
Gadis Rona: Hai terima kasih sudah baca karya pertamaku bikin aku makin semangat nulis🥰
total 1 replies
elayn owo
Penuh empati. 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!