NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 7

Sudah hampir petang ketika Andini tiba di rumahnya. Hari ini dia tidak ke kantornya. Entah kenapa rasanya tubuh dan pikirannya begitu Lelah setelah bertemu dengan Ratna dan Bagas.

“Sudah pulang, nduk?” tanya Ayah Andini yang tengah menikmati secangkir kopi di ruang tamu.

“Nggih Yah, Andini capek,” keluh Andini

“Capek kenapa? Sini ngobrol sama Ayah biar ilang capeknya,” tawar Ayah Andini dengan lembut.

Andini menurut dan duduk di sampingnya Ayahnya. Tangannya bergelayut manja pada lengan Ayahnya yang hangat.

“Kenapa nduk, cerita sama Ayah siapa tahu Ayah bisa bantu kamu,”  ujar Ayah Andini sembari mengusap rambut panjang anak gadisnya itu.

“Yah, Andini jelek ya?” tanya Andini sambil memberengut di bahu ayahnya.

“Siapa yang bilang Andini jelek?”

“Gak ada sih, perasaan Andini aja Yah,” ungkap Andini

“Kamu tahu ga nduk arti nama Andini?” Ayahnya kembali bertanya sambil memandang Andini.

Andini menggeleng sambil menggembungkan pipinya

Ayah Andini lantas tersenyum dan kembali membelai surai kecokelatan anak gadisnya itu, “Arti nama Andini adalah Permaisuri, nduk. Dan kamu tahu kan Permaisuri selalu cantik? Jadi kenapa kamu diberi nama Andini karena kamu adalah anak yang cantik seperti Permaisuri,” tutur sang Ayah panjang lebar.

“Benarkah Ayah?” mata Andini mengerjap senang.

“Tentu, emang Ayah pernah bohong sama Andini?”

Andini cepat-cepat menggeleng, “Gak Yah, Ayah gak pernah bohong sama Andini,” seru Andini semakin erat memeluk lengan Ayahnya.

Hanya bersama Ayahnya Andini bersikap manja. Baginya ayahnya adalah satu-satunya sosok pria yang bisa dijadikan figur lelaki ideal. Ayahnya mencerminkan lelaki seperti apa yang Andini cari.

Bertanggung jawab, lembut, hangat tapi juga tegas.

Andini belum pernah bertemu dengan pria yang sesuai dengan kriterianya, mungkin karena itulah ia belum berpasangan hingga saat ini. Ia belum menemukan sosok ayahnya di lelaki manapun yang pernah menjalin hubungan dengannya.

Ia sangat perfeksionis dan ayahnya sempurna baginya. Maka tidak heran ayahnya adalah contoh ideal saat ia mencari pasangan.

Tentu sulit menemukan lelaki dengan tipe idealnya. Tapi Andini tidak terlalu ambil pusing, ia wanita mandiri dan tidak kesulitan memenuhi apa yang menjadi keinginannya. Berkat pekerjaannya ia menjadi wanita karir yang sukses. Ia bisa membeli dan mendapatkan apapun yang ia mau. Jadi kehadiran seorang lelaki bukan perihal besar baginya. Walaupun dalam hati kecilnya ia tak menampik ia tetap butuh sosok lelaki yang bisa menjadi tempat ia berbagi.

Ia yakin suatu saat ia akan menemukan tulang rusuknya.

“Makasih ya Ayah, Andini senang ngobrol sama Ayah. Capeknya Andini langsung ilang, hehehe ....”

“Andini mau Ayah pijat?” tawar Ayahnya.

“Gak usah Yah, Andini mau mandi aja pake air anget,” ucap Andini, “Makasih ya Yah, Andini sayang banget sama Ayah,” ujarnya sambil mencium pipi ayahnya dengan penuh rasa sayang. ”Andini mandi dulu yaa ....”

Ayahnya mengangguk sambil tersenyum. Saat Andini menaiki tangga mata Ayahnya mengekori sampai Andini masuk ke kamarnya. Ia menghela napas panjang. Batinnya sesak. Saat menatap senyum Andini tadi ia teringat seseorang.

Apakah ia juga bisa tersenyum seperti Andini? Sang Ayah hanya bisa menggeleng.

Andini masuk ke kamarnya, ia menatap wajahnya di cermin. Entah mengapa ia terus kepikiran tentang Bagas. Bayangan Bagas yang tengah tersenyum menatap istrinya menghasilkan perasaan yang entah tidak bisa Andini jelaskan.

Seolah ... Andini juga ingin di pandang sama seperti Bagas memandang istrinya. Dari cara Bagas memperhatikan istrinya – Andini bisa merasakan Bagas adalah sosok yang hangat dan lembut. Hampir mirip dengan ayahnya.

Andini menggeleng, kenapa ia tiba-tiba kepikiran Bagas?

Untuk membuyarkan lamunannya tentang Bagas, Andini memutuskan untuk mandi saja. Ia harap di bawah guyuran shower bisa meredakan pikirannya tentang Bagas.

Selesai mandi Andini duduk lagi di meja riasnya. Dengan sisa air yang masih tertinggal di setiap helaian rambut panjangnya. Mata bulat Andini mendarat pada surat undangan yang tergeletak di meja riasnya. Nama Bagas yang tertera disana kembali membuat Andini termenung. 

Bagas Primatama Yunandar & Ratna Ayu Sekar Naraswari.

Mata Andini memicing sejenak, Ratna – Ayu – Sekar – Naraswari?

Ia baru menyadari kalau namanya hampir mirip dengan Ratna. Namanya sendiri Andini Ayu Puspa Naraswari.

Kenapa bisa mirip gini ya, batin Andini. Ahh paling kebetulan aja, nama kaya gini mah pasaran.

Andini mencoba tidak ambil pusing dan menganggap nama mereka kebetulan saja hampir sama. Ia mengamati foto yang tertera di dalam undangan. Foto pernikahan Ratna dan Bagas.

Ratna terlihat anggun dan cantik dalam balutan gaun putih pernikahan. Kecantikannya terlihat murni. Satu jenis kecantikan yang belum pernah dilihatnya pada wanita manapun. Sedang Bagas – ia terlihat tampan dengan balutan jas. Postur tubuhnya sangat bagus, menampilkan kesan wibawa tapi juga hangat.

Entah kenapa Andini tiba-tiba membayangkan dirinya mengenakan dress seperti milik Ratna, dengan tiara di atas rambutnya yang ikal kecokelatan. Bersanding di pelaminan bersama ... Bagas.

Ya! Bagas! Bagas Primatama Yunandar!

Andini tak mengerti kenapa Bagas yang muncul dalam pikirannya. Kenapa ia bisa berpikir akan menikah dengan Bagas. Ia sungguh tak paham dengan jalan pikirannya sendiri.

Bayangan tentang mereka berdua yang terbangun di sebuah kamar di hotel kemarin membangkitkan perasaan yang sukar Andini jelaskan. Ada bagian dari dirinya yang terhubung dengan Bagas.

Apalagi bercak darah yang ada di sprei sampai sekarang Andini tidak tahu apa itu. Berkali-kali hatinya mengatakan bisa saja itu darah keperawanannya tapi berkali-kali juga sisi hatinya yang lain menyangkal bukan. Ia tak ingat apa yang terjadi pada malam itu.

Entahlah, Andini agak lelah dengan drama yang ia ciptakan dalam kepalanya. Ia sedikit mengantuk setelah mandi dengan air hangat.

Sebelum beranjak ia kembali melirik undangan di atas meja riasnya. Seolah itu adalah bom waktu.

...

Kedua orang yang dipikirkan oleh Andini tengah menyusun daftar tamu undangan yang akan mereka undang ke pesta ulang tahun pernikahan mereka yang kelima.

“Hmm, siapa lagi yaa ....” tutur Andini sambil terus memeriksa daftar tamu undangan, memastikan tidak ada yang terlewat.

“Kayanya udah semua deh dek,” ujar Bagas sambil menguap.

“Ehh iyakah? Udah semua ya mas?” tanya Ratna sembari memeriksa lagi dengan lebih teliti.

“Dek, kita udah ngecek sampe 2x hlo,” sahut Bagas, “Mas ngantuk nih ....” kata Bagas sambil merentangkan kedua tangan ke atas – melemaskan otot yang kaku.

“Iya iya mas, sebentar lagi,” tukas Ratna masih memberikan centang pada nama-nama yang tertera di list undangan mereka. “Mas tidur aja dulu gapapa,” imbuhnya.

“Gak mau, maunya sama adek,” ucap Bagas sambil sedikit mengembungkan pipinya. Ia memang sudah mengantuk, tapi ia ingin berbagi kehangatan dengan istrinya.

“Iya mas iya, bentar lagi ko. Sabar yaa sayang ....” Ratna mengusap kepala Bagas dengan lembut.

“Kurang berapa sih dek?” tanya Bagas sambil memperhatikan jari lentik Ratna yang beradu dengan bolpoin.

“Hampirrr ... dikiitt lagi,” Ratna semakin berkutat dengan bolpoin dan kertas seolah mengejar waktu, “Nahhh selesaiii ...!” Ratna juga ikut merentangkan tangannya yang pegal karena harus membuat daftar hampir seratus tamu undangan. Mengecek dan memastikan undangan sudah selesai dibuat dan siap dikirim.

“Akhirnya ....” Bagas bersandar pada sofa yang empuk, diikuti Ratna yang ikut menyenderkan kepalanya pada dada bidang Bagas.

“Capek ya mas? Maaf yaa minta Mas nemenin sampe selesai,”

“Gapapa sayang, Mas seneng nemenin adek, apapun itu kalau sama adek, Mas mau ko.” Ucap Bagas sambil menyelipkan rambut Ratna ke belakang telinga wanita itu. Menampilkan leher putih jenjang favorit Bagas.

Ratna yang paham arti tatapan Bagas tersenyum malu-malu. “Yuk Mas, kita tidur,”

Tentu saja Bagas segera mengiyakan, ia meraih tubuh ramping istrinya dan mengangkatnya dengan kedua tangannya yang kekar berotot.

Tanpa Bagas ketahui, handphonenya sempat berbunyi menampilkan pesan dari nomor tak dikenal.

...Ini aku Andini....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!