NovelToon NovelToon
Ocean, Rain At The Midnight

Ocean, Rain At The Midnight

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:564
Nilai: 5
Nama Author: Yulyanee

Katanya satu yang hilang dapat diganti dengan seribu yang datang. Tapi jika yang hilang adalah ibu, siapa yang mampu menggantikannya?
Meskipun begitu, aku memiliki seseorang yang mendampingiku. Merekapun menyayangiku tanpa syarat. Namun sayangnya, mereka malah saling memperebutkan aku. Hal inilah yang membuatku ditempatkan pada situasi yang sulit untuk memilih salah satu diantara mereka. Aku harus memilih antara menetap dengan kakak tiriku yang sejak kecil menemaniku ataukah pergi bersama kekasihku yang sangat aku cintai. Keputusan akhir yang kuambil adalah memilih untuk menetap. Tapi takdir punya rencana lain, ia malah mendatangkan kembali orang baru ke hidupku. Aku kembali di tempatkan di situasi yang sama yaitu dipaksa untuk memilih lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulyanee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Masih Menjadi Kecintaannya

Hal pertama yang dicari Sanjaya setelah kembali adalah Seriya. Dengan nafasnya yang tercekat ia menyusuri sepanjang ruangan yang biasa dijadikan tempat berdiam diri adiknya. Sanjaya akhirnya menemukan Seriya di dekat water pool. Ia sedang membaca buku sambil tiduran di sebuah kursi yang ada di sana.

Seriya yang menyadari ada sesuatu di arah pintu masuk water pool kemudian menoleh ke arah sana lalu mendapati Sanjaya yang tampak terengah-engah karena habis berlari. Seriya juga sadar ini bahkan belum seminggu dari kepergiannya Sanjaya waktu itu. Sebelum Seriya akan berbicara Sanjaya langsung melenggang pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Seriya pun mencoba untuk tidak menghiraukan tingkah aneh Sanjaya itu dan hanya melanjutkan kegiatan membaca bukunya tadi yang sempet terpotong. Seriya terlalu malas untuk bertanya lebih dulu pada kakaknya itu dan hanya akan menunggu sampai ia berinisiatif untuk berbicara lebih dulu.

Kedatangan Sanjaya itu pun diikuti oleh sebuah kiriman paket dari seorang pengirim anonim yang bukan benar-benar anonim sebenarnya. Seriya yang menerima paket itu sudah menebak dan yakin dari siapakah sekeranjang besar bunga tulip merah yang merupakan bunga favoritnya dulu. Di sana juga tertempel sepucuk surat yang bertuliskan apakah Seriya masih memakai cincin pemberiannya.

Seriya hanya mematung memandangi secarik kertas dengan pesan yang tidak ingin ia jawab. Seriya merasa malu menerima pertanyaan seperti itu sebab dirinya memang masih memakai cincin yang dimaksud. 

Seriya tahu kalau si penanya pun juga pasti tahu kalau dirinya masih memakai cincin pemberiannya. Ia tidak bertanya untuk mendapatkan jawaban akan tetapi ia bertanya karena ia sudah mengetahui jawabannya.

Saat Seriya masih memandangi sepucuk surat itu Sanjaya menghampiri Seriya dan berdiri di belakangnya sambil menggertakkan giginya.

"Mau kubantu untuk membuangnya?" Seriya hanya diam lalu pergi begitu saja meninggalkan Sanjaya yang tengah memandangi tulip yang berwarna semerah darah itu.

Seriya pergi ke kamarnya bersama dengan secarik kertas yang sudah ia remas. Seriya pergi ke kamarnya dengan setengah berlari agar dapat lebih cepat untuk sampai ke kamarnya.

Di luar gerbang kediaman mereka ternyata ada seseorang yang memperhatikan Sanjaya yang sedang  menendang keranjang yang penuh dengan bunga tulip kirimannya. Ia tampaknya sangat menikmati pemandangan barusan.

"Kena kau Sanjaya. Kau belum berubah sedikitpun bahkan sekarang malah lebih parah lagi ... menyedihkan."

Ergi Kailash merupakan anak tunggal dari seorang konglomerat No.1 di sektor industri pertambangan. Posisi keluarganya selalu berada di puncak kejayaan sejak dulu kala.

Mereka adalah orang yang paling berpengaruh namun tidak berisik. Sebagai anak satu-satunya, Ergi harus selalu membuntuti ekor ayahnya kemana pun ia pergi.

Sejak kecil Ergi sudah dilatih bagaimana gaya berjalan, berbicara, tutur bahasa apa saja ia boleh boleh dan tidak boleh ia ucapkan. Ajaran yang paling penting adalah  bagaimana caranya menekan emosi dalam diri sehingga ia akan mudah mengendalikan air mukanya.

Alhasil Ergi tumbuh menjadi pribadi yang tidak banyak bicara dan selalu menjawab dengan tindakan. Kehidupannya anti sosialnya itulah yang sering kali jadi pembahasan utama diantara dirinya dengan sang ayah.

Pria No.1 di industri pertambangan ini sudah muak dengan anak satu-satunya yang sangat sulit saat akan diajak berdiskusi.

"Eve sayangku, cobalah kau bujuk anak semata wayang kita. Dia terus membangkang pada ayahnya ini," gerutunya pada sang istri yang tengah duduk santai sembari tangannya bermain dengan benang-benang yang ia rajut.

Segagah apapun seorang Adrian Kailash ia akan tetap punya sisi yang manja, "Bagaimana kalau dipertemuan nanti malam biarkan putra kita untuk pergi tanpa dirimu. Biarkan ia bersosialisasi dengan orang hebat lainnya."

"Apakah anak itu akan mau pergi tanpa diriku? Selama ini kan anak itu sudah keenakan menjadi bayang-bayangku."

Adrian berkata seperti itu dengan posisi duduk lesehan di lantai sambil menyandarkan kepalanya ke paha istri tercintanya. Eve Kailash yang sudah terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu hanya tersenyum, "Itu mudah."

Di malam harinya Ergi menggerutu, "Acara pertemuaan kolega apanya, ini lebih mirip dengan pesta miras."

Ergi tengah amat kesal telah ditipu oleh ayahnya sendiri, "Yang benar saja, pergi duluan apanya ia bahkan tidak datang ke sini."

Pesta yang mengerikan, isinya hanya orang-orang yang saling memamerkan kekuasaannya. Memangnya siapa yang mau jadi penerus pertambangan keluarga. Pilih saja adiknya itu, dia lah yang paling menginginkan posisi sialan ini.

Luar biasa megah hotel ini, semua fasilitasnya memang sangat menakjubkan. Biarlah aku meninggalkan pesta sialan itu. Aku ingin keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Di dalam sana terlalu pengap, hanya membuat diriku gelisah saja.

Semua yang ada di dalam dan di luar hotel ini sangat memanjakan mata. Taman hotel yang sedang kulalui ini semerbak harum dari bunga-bunga yang sengaja di tanam.

"Ah, loot at that, who is that beautiful girl over there? Dia sedang menangis? Ah bukan, dia sedang melukis ternyata."

Tanpa sadar aku langsung berjalan menghampirinya. Lukisannya sangatlah indah sampai membangkitkan jiwa penasaranku akan seperti apa rupa dari pelukisnya. Akankah ia semenakjubkan karyanya?

Langkahku tak bisa terhenti ke arah gadis itu berada. Dirinya langsung menyadari kehadiranku lalu menengadah lalu menatap ke arahku dengan heran.

"Sorry sir?" 

Suaranya yang halus membuatku terenyuh. Lukisan seindah itu memang pantas memiliki pelukis yang sama indahnya ini. Gadis imut itu sepertinya masih muda, teenager?

Walaupun sempat membeku setelah melihat parasnya yang menawan. Akupun kemudian membuka suaraku yang sempat terkunci, "Age?"

Aku memang sudah menduganya, 20 tahun katanya. Sayang sekali, dia terlalu muda untukku. 5 tahun younger than me. But whatever, age gap it's nothing.

"Don't you think I'm scary? Kulontarkan kalimat itu hanya untuk  sekedar basa-basi saja. And she said, "No."

Jawaban itu cukup mengejutkan. Dengan santainya ia membenahi barangnya and then she left me.

Pertemuan pertama Ergi dan Seriya itu selalu membayang-bayangi kehidupannya Ergi setelah kecintaannya itu lebih memilih orang itu dibandingkan dengan dirinya. Tidak ada kepastian dari apa alasan Seriya lebih memilih Sanjaya dibandingkan dengan Ergi.

Setelah mengirim hadiah istimewa ke rumahnya sang pujaan hati, Ergi pun memutuskan untuk kembali ke hotel. 

Direbahkannya tubuhnya yang sudah tak mampu menopang berat tubuhnya. Setiap saat ia mengingat momen pertemuannya dengan Seriya akan selalu membuka robekan di hatinya semakin lebar setiap teringat kembali.

Abigiel yang menyaksikan pemandangan itupun berniat untuk mengurungkan niatnya untuk menyampaikan informasi yang diminta oleh sang tuan muda.

Ketika Abigiel akan melangkahkan kakinya untuk pergi itupun tertahan oleh seruan Ergi, "Tidak perlu sungkan. Katakanlah apapun yang ingin kau sampaikan padaku. Aku memerlukannya."

Abigiel kemudian melangkah mendekati Ergi dengan posisinya yang tetap berdiri.

Tidak membutuhkan waktu yang lama. Obrolan mereka pun selesai. Hanya meninggalkan keheningan yang diikuti dengan suara gemericik hujan di luar sana.

1
Yulyanee
Terima kasih yaa untuk supportnya(*^-^)
Nami/Namiko
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
(^~^)Ara~Ara_sempai
Buat yang belum baca, jangan nyesel ketinggalan! 👍🏻
Kaworu Nagisa
Mantap tenan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!