NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXIX BUNGA KENANGA

    Di bangunan limas itu, kembali ki Suba dan beberapa kepala blok juga kakek Palon dan Sabdo juga Lengser, kembali berkumpul membahas ronda malam babi ngepet. Semua saling memberi laporan.

    "Sebaiknya kita perketat lagi ki sanak, bisa jadi semua lupa bahwa ia sudah masuk namun kita lalai," kata ki Suba.

    "Tidak ki sanak , semua berjalan sesuai rencana dan bisa jadi dia muncul di kampung lain," jawab Sabdo sambil meletakkan piring bekas kue.

    "Nanti kita kawal lagi, dan kita jaga jalan-jalan ke arah kampung kita," ujar Lengser.

    "Ya...kita akan perkuat penjagaan ki Suba," kata kakek Palon.

   "Nanti kita bagi ki Suba, ada penjaga di tiap sudut kampung, ada yang jaga tiap gang, ada yang patroli keliling tiap waktu, kita perkuat koordinasi supaya sasaran kita tidak leluasa," kata Sabdo.

    "Saya akan awasi dari dangau saja ki Suba," usul kakek Palon.

    "Baiklah saya akan setuju atas semua rencana nanti malam, semoga saja berhasil, silahkan dinikmati dulu makanannya," ujar ki Suba sambil mempersilahkan makanan yang tersaji.

    Malam kedua sudah di depan mata, saat itu semua persiapan sudah lengkap, penjagaan diperketat dan semua sesuai rencana. Matahari kini telah tenggelam dan lampu-lampu obor sudah banyak yang dinyalakan, juga lampu-lampu yang lain di dalam rumah sudah dinyalakan juga. Kampung itu menjadi terang benderang , bahkan jalan-jalan kecil nampak terang, membuat rasa ketakutan mulai berkurang.

    Tepat di tengah malam, kakek Palon dan dua orang temannya dari warga kampung kini berada di dangau. Semuanya dengan cermat mengawasi setiap gerakan yang mencurigakan. Dan, beberapa saat kemudian, lima ekor burung merpati datang dan hinggap di pohon waru. Kembali merpati yang berkalung bulu hitam itu kini berubah menjadi wanita yang berpakaian serba putih, lalu berjalan beberapa langkah, dan......tiba-tiba merubah tubuhnya menjadi seekor babi, dengan jalan merunduk, babi itu diam di depan rumah mewah milik ki Mada, setelah beberapa saat ia kembali berjalan lalu berhenti di depan rumah ki Juna, dan saat akan berjalan kembali, terdengar desiran halus melesat.

    Anak panah yang dilesakkan Sabdo melesat ke arah babi itu, dan tepat mengenai perut babi itu, membuat babi tadi meringkih kesakitan. Lalu ia tumbang seperti sekarat. Dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi seorang wanita yang berpakaian putih. Tubuh itu berdiri lalu tertawa melengking hingga suaranya membuat semua merinding. Kini tubuhnya membesar dan terus membesar hingga bentuknya seperti sebuah seekor gajah, dan wajah makhluk itu sungguh menyeramkan, penuh bulu-bulu yang kasar dan keras, juga matanya merah, giginya saat menyeringai tampak runcing dan lancip, telinganya lebar, dan pada moncongnya terdapat cula, hidungnya seperti burung hantu, kakinya besar serta kulitnya hitam.

Kake Palon sudah berdiri di hadapan makhluk itu, lalu memandangnya dengan seksama, setelah itu ia pergi. Makhluk itu memandang sekeliling, dan meraung, lalu dari mulutnya keluar lidah berwarna hijau, dan bercabang. Ada warga yang ingin melawannya, namun Lengser mencegahnya.

"Jangan memilih jalan dengan mati konyol ki sanak," ujar Lengser.

"Tidak ki sanak, saya hanya membetulkan baju yang terinjak kaki," jawab orang itu sambil kembali bersembunyi.

"Oooooh, dikira mau melawan ke sana," sahut Lengser.

Makhluk menyeramkan itu lalu berjalan pelan ke depan, lalu lidahnya menjulur-julur kemudian ia meraung kembali. Tiba-tiba terbang burung merpati empat ekor ke arah makhluk tadi, setelah itu burung tadi hinggap di tubuhnya. Begitu keempat burung itu hinggap, tubuh makhluk itu lama-lama tidak kelihatan sedikit demi sedikit. Melihat kejadian itu, Sabdo melesakkan anak panah lagi, dan ....jlep....anak panah itu mengenai tubuh makhluk itu, lalu lenyaplah dari pandangan bersama ke empat burung merpati tadi.

Kejadian itu membuat warga yang berada di situ merasa heran dan kaget, namun ada juga yang mengkhawatirkan kalau-kalau akan muncul kemudian hari.

"Kemana dia pergi ki sanak," kata warga di sebelah kiri Sabdo.

"Entahlah ki sanak, mungkin kembali ke asalnya atau sudah mati," jawab Sabdo sambil berdiri dan memandang tempat lenyapnya makhluk tadi.

Kemudian kakek Palon muncul sambil berjalan bersama kedua temannya.

"Sudah, semua harap keluar dan berkumpul," kata kakek Palon.

Akhirnya mereka berkumpul lalu mendengar perkataan kakek Palon.

"Ki Suba dan juga yang lain, baru saja sebuah kejadian aneh kita saksikan bersama, itu adalah salah satu bentuk pesugihan dari dunia hitam, namanya ngepet babi. Nanti kita perlu waspada, karena ia akan muncul kembali dalam wujud bisa ular bisa juga jenis hewan lain," tutur kakek Palon.

"Kalau begitu kita selalu waspada tiap waktu, dan selalu siaga, harap selalu bekerja sama," kata ki Suba.

"Bagaimana kalau kita hancurkan tempatnya kek," usul Lengser.

"Susah dan sangat susah ki sanak, karena aliran pesugihan itu saling menutupi kelemahan, sehingga sangat sulit dibasmi," kata kakek Palon.

"Jadi bagaimana cara melawannya kek ?" tanya Sabdo.

"Caranya, kita berusaha untuk tenang, dan kalau kita tenang, makhluk itu tidak akan kembali, dan ia akan membuat si pelaku pesugihan akan merengek meminta-minta sampai akhir hayatnya," jelas kakek Palon.

"Yang dimaksud tenang itu bagaimana kek ?" tanya ki Suba.

"Maksudnya begini, selalu waspada dan siaga dengan bunga kenanga, sebab bunga kenanga akan membuat dia berpikir bahwa di daerah itu sudah tidak ada orang lagi, dan ia akan pergi selamanya," jelas kakek Palon.

"Kalau bukan dengan bunga kenanga, bisa tidak kek," ujar ki Soma.

"Bisa saja, misalnya dengan kemenyan atau minyak beraroma mistis, itu juga bisa, atau dengan bau kayu cendana juga bisa," tutur kakek Palon.

Setelah mendengar penjelasan dari kakek Palon, semua yang hadir di sana membubarkan diri dan ada beberapa pemuda yang masih melekan untuk menjaga kampungnya.

Pagi itu, kakek Palon sudah bangun dan berdiri di teras bangunan gubuk mereka, sambil memandang hamparan sawah yang hijau juga beberapa bukit di sana, ia melihat di atas bukit itu sebuah asap yang membumbung. Ia berpikir bahwa di atas bukit itu ada yang menghuni, akhirnya ia membangunkan Sabdo dan Lengser. Keduanya bangun lalu mandi dan beberapa saat kemudian berkumpul dengan kakek Palon.

"Kita akan ke sana ki sanak," kata kakek Palon sambil menunjuk ke atas bukit itu.

"Ada apa kek, bukankah hari ini akan berkumpul memecahkan masalah sekarang kek," usul Sabdo.

"Nanti saja rerembugannya ki sanak, ini lebih penting lagi," ujar kakek Palon.

Akhirnya setelah semua sudah siap, maka berangkatlah mereka dengan ditemani beberapa warga.

Menuju bukit itu perlu perjalanan yang melelahkan, di samping jauh dan melelahkan juga semakin menanjak. Hingga tengah hari mereka akhirnya sampai juga, dan mereka melihat pemandangan yang sangat mengerikan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!