NovelToon NovelToon
Bu Guru, I Love You

Bu Guru, I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dede Dewi

Menjadi seorang Guru adalah panggilan hati. Dengan gaji yang tak banyak, tetapi banyak amanah. Itulah pilihan seorang gadis bernama Diajeng Rahayu. Putri dari seorang pedagang batik di pasar Klewer, dan lahir dari rahim seorang ibu yang kala itu berprofesi sebagai sinden, di sebuah komunitas karawitan.
Dari perjalanannya menjadi seorang guru bahasa Jawa, Diajeng dipertemukan dengan seorang murid yang cukup berkesan baginya. Hingga di suatu ketika, Diajeng dipertemukan kembali dengan muridnya, dengan penampilan yang berbeda, dengan suasana hati yang berbeda pula, di acara pernikahan mantan kekasih Diajeng.
Bagaimana perjalanan cinta Diajeng? Mari kita ikuti cerita karya Dede Dewi kali ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dede Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekecewaan Seorang Bapak

Malam itu, sepeninggal Diajeng yang terburu-buru, hingga tidak sempat membereskan meja kerjanya, pak Sabari memasuki kamar Diajeng dan merapikan barang-barang dan berkas di atas meja kerjanya. Namun, ketika hendak memasukkan kertas nota yang ada diatas meja, khawatir jika jatuh dan hilang, maka pak Sabari menyimpannya di dalam laci. Betapa terkejutnya pak Sabari ketika menemukan sebuah surat undangan pernikahan atas nama Adnan dan Mika.

"Adnan?" gumam pak Sabari sambil membuka plastik pembungkus undangan itu.

Dibukanya lipatan undangan mewah itu, sambil tangan kirinya memasang kacamata yang selalu digantungkan dilehernya.

"Adnan? Tanggal 15 maret? Berarti waktu itu..." gumam Pak Sabari yang mengingat kejadian beberapa bulan lalu, saat putrinya tidak mau makan, sering mengurung di kamar tanpa sebab, hingga jatuh sakit. Asam lambungnya kambuh. Pak Sabari waktu itu tidak curiga sama sekali, dengan perubahan Diajeng, tetapi saat menanyakan Adnan, Diajeng selalu menjawab, bahwa Adnan sibuk, saat sakit, Pak Sabari hendak mengabari Adnan, kata Diajeng, Adnan sedang keluar kota. Karena mengingat putrinya tak pernah berbohong padanya, mengingat putrinya selalu terbuka padanya, selalu bercerita apapun dengannya, maka pak Sabari percaya saja dengan kata Diajeng, bahwa Adnan sedang keluar kota.

Seketika tangan kiri pak Sabari mengepal, dia ingin marah kepada putrinya, dan juga laki-laki bernama Adnan, yang dulu pernah berjanji akan menikahi putrinya. Pak Sabari begitu kecewa, karena Adnan selalu mengulur waktu jika pak Sabari meminta Adnan untuk serius dengan putrinya.

Dua jam menunggu, pak Sabari duduk di kursi serambi, sambil menggenggam erat kertas undangan itu. Ditatapnya tajam pintu gerbang rumahnya, menunggu anak gadisnya pulang.

💜💜💜💜💜💜💜

Sedangkan Diajeng yang baru menjalankan mobilnya, menoleh ke arah Raka yang duduk memandang lurus ke dapan.

"Raka, Terimakasih ya." kata Diajeng sambil tangannya memegang kendali mobilnya.

"Terimakasih untuk apa bu?"

"Ya, karena kamu sudah menolong saya tadi." jawab Diajeng.

"Bukan saya bu yang menolong, tapi Hari." jawab Raka dengan wajah murungnya.

"Hari? Ya tidak dong Ka... Hari itu yang nolongin kamu. Tapi kalau saya, itu kamu yang nolongin." jelas Diajeng.

"Tapi, saya gagal melindungi bu Ajeng. Saya kalah dari mereka. Ternyata mereka membawa benda tajam."

"Bukankah, pahlawan itu memang begitu ya? Ada sedikit kegagalan sementara, dan keberhasilan kemudian." jawab Diajeng.

"Memang saya pahlawan? Saya kan bukan pahlawan, bu." tanya Raka.

"Kamu adalah pahlawan saya, Raka." kata Diajeng.

"Ibu terlalu berlebihan."

"Saya tidak berlebihan kok, tadi sudah saya takar biar tidak keasinan atau kemanisan." canda Diajeng

"Bu..." tegur Raka dengan tatapan tajam.

"Baiklah. Maaf." kata Diajeng mengakui kesalahannya.

"Kenapa bu Ajeng keluar malam-malam begini, sendiri pula. Apa tidak ada teman? Bahaya bu." tanya Raka dengan serius.

"Ya, saya tau, makannya saya pinjem mobil bapak, karena mobil saya lampunya kurang terang. Dan, saya juga baru kali pertama ini keluar malam tanpa teman. Tapi, ya... mau bagaimana lagi? Ini hal penting" jawab Diajeng.

"Sepenting itu ya? Sampai nekad pergi sendiri?"

"Iya. Tadi saya ke RS."

"Siapa yang sakit? Bapak?"

"Bukan, Alhamdulillah bapak sehat."

"Lalu?"

"Pak Adnan." jawab Ajeng datar.

Seketika Raka melengos, nama itu lagi.

"Oh..."

"Bu Ajeng masih ada rasa ya sama dia?" tanya Raka datar.

"Engga." elak Diajeng.

"Tapi bu Ajeng rela keluar malam demi dia."

"Tadi yang nelpon istrinya Raka, dia minta saya kembali ke RS, karena Adnan kritis, memanggil nama saya terus." jelas Diajeng.

"Oh..."

"Lain kali, jangan diulang lagi ya bu." pinta Raka.

"Iya, InshaaAllah ini yang pertama dan terakhir deh."

"Kalau memang krusial, bu Ajeng bisa hubungi saya. Saya siap jadi pagar betis ibu. tawar Raka.

"Oh ya Ka. Makasih ya. Tapi nanti babak belur lagi." canda Diajeng.

"Saya babak belur gapapa kok bu, asal bu Ajeng baik-baik saja." kata Raka penuh makna.

"Maksudmu?"

"Ehm, maaf bu, sampai di sini saja. Tidak usah masuk perumahan, nanti mengganggu warga yang lain." kata Raka.

"Oya Ka, baik."

Diajeng segera menghentikan mobilnya di depan komplek perunahan subsidi disana.

"Bu Ajeng Hati-Hati ya." kata Raka saya keluar mobil.

"Kamu juga ya, Ka."

Raka mengangguk, dan mendorong pintu mobil dan keluar dari mobil Diajeng.

"Makasih ya Mas Hari." kata Raka. sambil menerima motornya dari Hari.

"Sama-sama mas."

"Titip bu Ajeng." kata Raka.

"Pasti. Saya akan jaga dia."

Raka menepuk pundak Hari, dan menaiki motornya.

Hari mengikuti mobil Diajeng untuk melanjutkan perjalanan menuju rumah Diajeng.

Hingga tiba di depan rumah Diajeng, Diajeng turun dari mobilnya dan mengucapkan Terimakasih kepada Hari dan teman-temannya.

"Hari, makasih ya." kata Diajeng setelah turun dari mobilnya.

"Siap bu, santai aja bu."

"Mas, semuanya, makasih ya. Maaf sudah merepotkan."

"Ya bu sama-sama." jawab teman-teman Hari dengan kompak. Meski wajah mereka sangar, dengan pakaian kumal ala ala anak jalanan, tetapi dibalik itu, ada hati yang begitu baik dan mulia.

"Bu Ajeng, aku suka bu Ajeng menghubungiku saat bu Ajeng butuh bantuan." ungkap Hari tulus. Diajeng tersenyum mendengarnya, dia tau bahwa Hari mencintainya, tetapi Diajeng tak ingin terus membuatnya begitu. Usia mereka terpaut sangat jauh berbeda, sehingga Diajeng mencoba memberi Hari pengertian waktu itu.

"Alhamdulillah kalau begitu, Terimakasih ya Har, kapan-kapan, kalau saya butuh bantuan, saya pasti akan meminta tolong padamu." kata Diajeng dengan senyuman teduhnya.

"Siap bu, apa sih yang ga buat bu guru cantik sepertimu." kata Hari sambil mengerlingkan matanya.

"Hari..." tegur Diajeng sambil melototkan matanya, tetapi tetap tersenyum.

"Becanda bu guru... Ya udah. good night bu guruku." kata Hari sambil melambaikan tangannya.

Diajeng mengangguk sambil membalas lambaian tangan itu.

Diajeng melepas kepergian Hari dan kawan-kawannya yang pergi menjauh dari rumahnya. Diajeng baru berbalik badan dan akan masuk rumah, setelah itu, dan melihat bapaknya duduk di serambi dengan tatapan tajamnya.

"Lho, bapak. Kok di luar? Angin malam tidak baik untuk bapak." kata Diajeng lembut, tetapi penuh kekhawatiran.

"Siapa laki-laki berandalan itu?" tanya pak Sabari dengan garang.

"Oh, itu murid Ajeng pak. Namanya Hari, anak IPS 4. Tadi, ada insiden kecil di jalan, sehingga Ajeng minta tolong sama Hari untuk mengantar Ajeng pulang." jelas Diajeng.

"Masuk!" titah pak Sabari sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Lalu sesampainya di rumah, pak Sabari berdiri di balik pintu utama, setelah Diajeng masuk rumah.

"Apa ini?" tanya pak Sabari sambil menunjukkan kertas undangan yang sangat dihafal Diajeng, tetapi kertas itu sudah kumal, karena bekas di remas oleh tangan kekar bapaknya.

"I...itu..." Diajeng tergeragap. Akhirnya apa yang disembunyikannya selama ini terungkap juga.

1
Etit Rostifah
lanjut, jadi penasaran ibu guru cantik n baik hati. semoga ibu guru Ajeng mendapat jodoh dari Allah yang sholeh.
Ibrahim Efendi
sm kyk ipar. MAUT!!...
Ibrahim Efendi
tu tau..... 😜
Ibrahim Efendi
😍😍😍 J E N G K O O O L L L . . .
Ibrahim Efendi
"buset dah! kirain ada petir" kata cicak 😜
Ibrahim Efendi
setiap orang yang telah melaksanakan kewajibannya dengan sebaik2nya, maka dia bukanlah beban. tapi bila melalaikan kewajibannya, maka dialah beban. siapapun dia.
Dede Dewi: MaasyaaAllah. Terimakasih atas pencerahannya pak... baarokallahufikum
total 1 replies
Punya Impian
gk gitu' bedmood aj bacanya klo gamon nya kelamaan' apalagi klo ud punya pasangan' pasangan nya siapa yg di pikirin dan di tangisin siapa😮‍💨
Punya Impian
kedepan nya ngk usah ada lebay pake drama nangis2 kak
Dede Dewi: kalau kakka diputua pacar, nangis ga kak?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!