Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.
Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 DARIAN?
Darian mengangkat kepalanya perlahan, menatap wajah ayahnya. Ada rasa takut, ada rasa marah pada seorang pria paruh baya di depannya ini.
"Jadi Ayah ingin aku kembali pada Sera?"
"Bukan sekadar kembali" Wiranata mendekat, wajahnya hanya sejengkal dari wajah putranya.
"Kau harus mengikatnya. Pastikan Putri keluarga Maheswara tidak bisa lari dari kita. Kalau perlu, jadikan dia istrimu. Itu perintah dariku,kau harus bisa berguna dari kakakmu"
Darah Darian berdesir deras. Kata 'istri" membuat pikirannya berputar, bayangan Sera yang selama ini menolak dan menjauh muncul jelas di kepalanya. Rasa frustrasi bercampur dengan hasrat menguasai.
"Ayah" suara Darian bergetar, lalu berubah tajam.
"Aku akan melakukannya. Aku akan pastikan Sera tidak bisa lepas dariku. Dia akan kembali. Mau atau tidak" ucap Darian tegas.
Wiranata menyeringai tipis, lalu menepuk bahu Darian keras.
"Itu baru anakku. Jangan kecewakan aku lagi, Darian. Ingat masa depan keluarga kita ada di tanganmu" ujar Wiranata sambil tersenyum.
Setelah itu, pria paruh baya itu meninggalkan kamar, meninggalkan Darian yang masih duduk dengan tatapan kosong. Tangan Darian mengepal begitu kencang hingga buku jarinya memutih.
"Balikan dengan Sera, menikahinya, menjadikannya milikku" Senyum tipis penuh obsesi terukir di bibirnya.
"Selain aaku mendapatkan Sera,aku bisa menguras semua harta Maheswara dan bisa mengganti kakak ku menjadi ceo grup Wiranata" tatapan Darian tajam ia tersenyum sinis.
"Reindra, aku akan menghancurkanmu terlebih dahulu" ucap Darian.
Di ruang kerja Wiranata sudah ada Kakak dari Darian, Raka Wiranata yang sedang berdiri di hadapan ayahnya.
"Raka, tolong ajukan proposal ini kembali ke grup Maheswara"ucap sang ayah Wiranata.
"Baik ayah" kata Raka sambil mengangguk.
"Oh ya Raka ,setelah adikmu berhasil menikahi Sera. Kamu harus segera dilantik menggantikan ayah"ucap ayahnya datar.
"Tapi bukannya ayah bilang kalau Darian berhasil menikahi Sera, ayah akan memberikan perusahaan Wiranata ke Darian?"tanya Raka.
"Hahahah,adikmu itu bodoh dan tidak becus. Dia hanya gila wanita yang ada hancur perusahaan Wiranata di tangannya"ucap Wiranata.
Raka terdiam sesaat, sorot matanya menajam ke arah ayahnya.
"Jadi Ayah hanya mempermainkan Darian?" tanyanya hati-hati.
Wiranata menyandarkan tubuhnya ke kursi kerja besar berlapis kulit lalu menghela napas panjang dan tersenyum tipis penuh kelicikan.
"Anak itu? Dia bukan darah murni keluarga Wiranata" ucapnya dingin.
"Ibunya dulu hanya seorang perempuan yang kuambil di luar sana. Istriku saat ini tidak pernah tahu dan aku biarkan begitu"
"Ayah menyelingkuhi mama?"batin Raka,tangannya mengepal ia ingin berteriak tetapi ia takut dengan kekejaman pria parub baya di depannya yang ia panggil ayah.
"Jadi Darian bukan adik kandungku"ucap Raka lirih.
"Ya dia adalah anak hasil selingkuhanku" potong Wiranata cepat nadanya tegas.
"Itulah kenapa aku takkan pernah benar-benar menyerahkan perusahaan ini padanya. Tapi anak itu terlalu haus pengakuan. Kita manfaatkan saja, apalagi dia bisa mendapatkan putri keluarga Maheswara"
Raka menunduk, mencoba menyembunyikan keterkejutan sekaligus rasa jijik atas pengakuan sang ayah.
"Rencanamu setelah dia berhasil menikahi Sera?"tanya Raka.
Wiranata menatap tajam ke arah Raka, matanya berkilat penuh perhitungan.
"Setelah ia menikahi Sera, seluruh saham dan harta keluarga Sera bisa kita kendalikan. Saat waktunya tiba, Darian akan disingkirkan. Dia tidak akan pernah tahu bahwa selama ini hanya menjadi pion"ujar Wiranata
Suara tawa dingin Wiranata memenuhi ruangan itu, membuat udara semakin berat.
"Dan setelah itu, Raka hanya kau satu-satunya pewaris sah Grup Wiranata. Kau akan dilantik, dan dunia akan tahu siapa yang benar-benar pantas. Dan kau memang layak karena kau adalah putra ayah yang paling penurut" ucap Wiranata sambil menepuk pundak putranya itu.
Raka mengangguk pelan, meski dalam hatinya bergejolak. Ia tahu adiknya ambisius, licik, dan sering salah langkah, tapi mendengar kenyataan bahwa Darian hanyalah adik tirinya ia merasa kesal,tetapi ada kesedihan bahwa adik yang ia sayang bukan anak dari mamanya.
"Baik, Ayah. Aku akan mengikuti rencana ini"ucap Raka lalu berjalan meninggalkan keluarga Wiranata.
.
.
Sera sudah terlelap tidur di kamar milik Reindra,karena tadi dia sempat demam panas dan sudah dipanggilkan dokter pribadi keluarga Wirajaya.
"Baik,tuan muda ini obatnya sudah saya siapkan. Jika nona sudah bangun silahkan suruh dia minum"ucap sang dokter lalu berjalan keluar.
Reindra duduk di tepi ranjang,sambil menatap gadis kecilnya. Gadis kecil yang kehidupan sebelumnya ia relakan dan menjaganya dari kejauhan,tetapi itu adalah pilihan terburuk bagi Reindra. Karena orang yang berada di sisi Sera waktu itu adalah penjahat dan pengkhianat yang selalu menipunya.
"Gadis kecilku,di kehidupan kedua kali ini aku akan menjagamu"Reindra mengelus pipi Sera yang masi terasa panas.
Reindra merasa sedih karena melihat gadis kecilnya sakit seperti ini,apalagi hampir dilecehkan oleh Darian. Reindra mengepalkan tangannya tak terima atas perbuatan Darian. Ia mengambil ponselnya lalu menelepon asistennya.
"Halo tuan,ada apa?"tanya asisten Reindra melalui telpon.
"Tarik saham kita dari perusahaan Wiranata,lagipula perusahaan Maheswara juga mulai menarik kerja sama dengan keluarga Wiranata"ucap Reindra.
"Baik tuan"
Telepon dimatikan sepihak,sedangkan tangan Reindra sekarang sudah di genggam oleh Sera. Badan Sera berkeringat,genggaman tangannya menandakan ketakutan. Reindra menatap jemari kecil Sera yang menggenggam tangannya. Keringat dingin masih menempel di keningnya. Dengan hati-hati, Reindra mengambil tisu di sebelah meja nakas lalu mengusap peluh itu pelan dan merapikan selimut agar tubuh Sera tetap hangat.
"Tenanglah, aku di sini" bisiknya lirih.
Sejenak, Sera mengerang pelan dalam tidurnya, wajahnya tampak gelisah. Reindra mencondongkan tubuh, khawatir. Tiba-tiba, Sera bergerak dan tanpa sadar menarik Reindra ke dalam pelukannya.
Reindra terkejut. Tubuhnya menegang sesaat ketika merasakan kedua tangan Sera melingkar di pinggangnya, meski lemah dan bergetar. Napasnya tercekat, dada hangatnya langsung dihantam gelombang emosi yang tak bisa ia kendalikan.
"Sera" gumamnya pelan.
Sera masih terlelap, bibirnya bergerak seakan menggumamkan sesuatu.
"Jangan tinggalkan aku, Hentikan hentikan" suaranya begitu lirih,namun cukup untuk menghancurkan hati Reindra.
Pelukan itu semakin erat, membuat Reindra akhirnya menyerah. Ia membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapan Sera, lalu menunduk hingga keningnya menyentuh rambut Sera. Aroma lembut yang begitu familiar menusuk dadanya, membawa kenangan kehidupan sebelumnya yang penuh penyesalan.
"Tidak lagi, gadis kecilku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi meski nyawaku taruhannya. Aku akan membalaskan dendammu" ucap Reindra dalam gumaman berat, suaranya bergetar menahan emosi.
Tangannya terulur, mengusap punggung Sera perlahan. Ia ingin gadis itu merasa aman, bahkan dalam tidurnya yang gelisah. Waktu seakan berhenti. Di dalam kamar yang tenang itu, hanya ada suara napas Sera yang teratur dan detak jantung Reindra yang berpacu terlalu cepat. Reindra mencium kening Sera lalu menatapnya lekat lekat,seolah ia tidak mau momen ini selesai.
"Tidurlah Sera,aku akan menjagamu sampai kamu bangun" ucap Reindra lembut di kuping Sera.