Jika perselingkuhan, haruskah dibalas dengan perselingkuhan ...
Suami, adalah sandaran seorang istri. tempat makhluk tersebut pulang, berlabuh dan tempat penuh kasih nan bermanja ria juga tempat yang sangat aman.
Namun, semua itu tak Zea dapatkan.
Pernikahannya adalah karena perjodohan dan alasannya ia ingin melupakan cinta pertamanya: Elang. teman kecilnya yang berhasil meluluh lantahkan hatinya, yang ditolak karena sifat manjanya.
Namun pernikahan membuat zea berubah, dari manja menjadi mandiri, setelah suaminya berselingkuh dengan wanita yang ternyata adalah istri dari teman kecilnya.
Haruskah zea membalasnya?
Ataukah ia diam saja, seperti gadis bodoh ...
Novel ini akan membawamu pada kenyataan, dimana seorang wanita bisa berubah, bukan saja karena keadaan tapi juga karena LUKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah rumor.
Aku menghembuskan nafas, ada rasa lega karena ada orang yang memperhatikan keluargaku. Sementara suamiku sudah sangat jarang berkumpul disini, alasannya selalu sibuk kerja.
Mengingat mas reza dengan tiba-tiba, membuatku kembali merasa sesak dan muak.
Aku masuk kedalam, kubuang wajah muramku dengan muka ceria bak mentari hari ini. Suara Arsya yang memanggilku dan langsung menempel memelukku, aku pun menyambutnya dengan pelukan erat.
Kurapikan rambutnya yang tebal, sedikit manja dia didepanku namun anak itu kembali kekursi sofa yang bahkan sudah sobek dibeberapa bagian.
Aku duduk disamping ibu, sempat kulihat kantong hijau dengan nama toko yang sempat Elang beli untuk di rumah. Faktanya itu untuk di rumah ibuku, aku makin tak paham.
"Kamu sudah makan, Nak?" tanya Ibu.
"Suah, Bu." sambil mengangguk aku menjawabnya.
Ibu kembali terdiam, fokus pada brownis yang tengah dipotongnya dan disimpan di piring kecil untuk dimakan. Lalu, ia menyodorkan salah satu piring itu tepat didepanku.
"Makanlah, ini dari Elang," ujarnya.
Aku menerimanya dan menyendokkannya kedalam mulutku, aku menikmati brownis yang kupilih karena permintaan Elang yang ternyata itu untuk keluargaku.
"Sejak kapan si Elang sering kemari?" tanyaku dengan nada kesal.
Ibu tersenyum, "Sejak ayah meninggal, tapi dulu masih jarang. Akhir-akhir ini malah hampir setiap hari, ibu dengar dia sudah menduda."
Aku hanya ber-oh saja, karena ibu tak tahu aku kerja di Perusahaannya Elang.
Aku menyendokkan lagi kue brownis milikku dan memasukannya kedalam mulut, sangat manis dan coklat banget.
"Katanya, Alana itu selingkuh sampai punya anak," ujar ibuku.
Aku tersedak oleh bolu coklat itu, terbatuk-batuk sampai sulit rasanya untuk bernafas. Perkataan ibu, membuatku tercengang dan sulit kupercaya.
Ibu memberiku segelas air putih dan aku meminumnya segera, aku belum bisa mencerna kenyataan pahit tersebut.
"Kata siapa, Bu?" tanyaku, setelah merasa lega.
"Kata maminya Elang, Bu Dibjo. Kemarin beliau kemari, minta dijahitkan bajunya yang sobek," ungkap Ibu, yang kemudian berdiri memasukkan sisa brownis kedalam kulkas.
Aku termenung, aku sudah menduganya. Mana ada Elang mau mengghibah Alana, pria itu sudah pasti akan melindunginya. Nafsuku hilang mendengarnya, pinter banget Elang menutupi semuanya.
Jika diperhitungkan lagi, anak itu berusia kisaran 3 tahun artinya mereka sudah 4-5 tahun berselingkuh. Tepat setelah ayah meninggal dan mas Reza berubah.
"Bu dibjo cerita apalagi sama ibu, tentang Elang?" tanyaku mencari kebenaran.
Ibu duduk kembali kekursi semula, ia menghela nafas berat seakan apa yang ia dengar itu seperti beban yang berat.
"Dulu Alana gak mau punya anak, giliran sudah hamil ternyata anak pria lain. Kamu mau tahu siapa prianya?" ibu mendekati telingaku dan aku pun mendekatinya.
Aku yakin itu Reza namanya, namun ternyata bukan.
"Abi namanya, gak tahu apa kepanjangannnya," ungkap Ibu dengan suara berbisik.
"Abi," gumamku mengulang nama selingkuhan Alana.
"Waktu itu, bu Dibjo gak sengaja mendengar nama itu saat Alana masih sama Elang. Katanya mereka sering telpon-telonan, ketemuan dibelakang Elang sampai akhirnya hamil. Sudah seneng-senennya keluarga soedibjo akan punya cucu, gak tahunya cucu orang," cerita ibu panjang lebar.
Aku masih diam mendengarkan omongan ibu, tapi otakku melayang dengan penuh tanya. Benarkah namanya Abi bukan Reza?
"Eh, Ze. Coba dulu Elang naksirnya kekamu, pasti kalian bahagia sekarang. Juga Arsya itu jadi anaknya Elang pasti keluarga soedibjo bahagia sekali, secara Elang adalah anak tunggal." halu nya ibuku melebihiku.
Aku membulatkan mataku menatap ibu lekat, tapi tak menampik jika itu gak cuma khayalan. Nahasnya cuma kehaluan.
"Ayah kamu malah nerima perjodohan kamu sama si Reza, kemana itu suami kamu? Pasti alasannya sibuk lagi, ya," tanya Ibu yang malas untuk ku jawab.
"Sibuk-sibuk mulu anak istri gak dipedulikan, selingkuh kah dia?" sewot ibuku.
"Ibu, gak usah aneh-aneh, deh!" semprotku menghentikan ghibahan ibu yang makin menjadi.
Beginilah kalau para wanita berkumpul, ujungnya pasti ngomongin orang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya ...
Aku yang tengah mengerjakan tugas dipanggil keruangan Ceo, aku pergi sementara pak Er masih dikursinya.
Elang tengah mengerjakan pekerjaannya, saat aku masuk. pria itu tak sedetik pun menoleh padaku, matanya terus menatap layar persegi yang ada dihadapannya. Tak juga terganggu oleh suara pintu yang terbuka tutup, ia begitu fokus pada aktivitasnya.
"Ada apa, Pak?" tanyaku.
"Tolong ubah jadwal besok, gue mau cuti ada acara keluarga," jawab Elang tanpa menoleh.
"Baik, Pak. Apa ada lagi?" tanyaku lagi.
"Tak ada," jawabnya terdengar ketus.
Aku membungkuk, "Baiklah, kalau begitu saya pamit."
Aku pergi dengan pikiran yang heran, tapi segera ku hempaskan semuanya. Pria seperti Elang selalu naik turun moodnya. Wajar jika tak ada asisten yang betah disampingnya.
...
Aku menyelesaikan pekerjaanku sebelum makan siang, jadi aku pamit kekamar mandi terlebih dahulu. Ditempat lembab itu aku membuang racun yang berupa cair, saat selesai ku dengar obrolan pegawai lain dari ruang sebelah.
Rasanya membingungkan, mereka begitu bebas berbicara dan tak takut akan dipecat. Ini bukan hanya tentang menilai pegawai lain, tapi begitu menyudutkan. Dua wanita itu seakan sok tahu dan sok benar, aku yang hendak keluar karena selesai pun, serasa di kurung ditoilet.
"Serius! Jadi, bu zea itu teman pak Elang. Pantes langsung diterima," ujar seoarang wanita.
"Apa menurut, lo? Pak Elang bercerai karena mereka diem-diem selingkuh, soalnya gua pernah denger dulu bu Zea naksir pak El tapi ditolak," sahut wanita satunya lagi.
"Kata siapa?" tanya temannya.
"Kata senior, dulu pernah dateng kenikahannya pak Elang," jawab pegawai tersebut.
"Duh kasihan dong, bu Alana. Dia bisa kalah sama wanita kaya bu Zea, kayanya kita kudu ati-ati sama yang namnya ani-ani," suara yang kutangkap sudah menyudutkan aku.
Rasanya begitu sesak, padahal aku dan Elang gak ada hubungan apapun. Rumor macam apa ini?
Jelas-jelas gak masuk akal, karena kami sudah lama gak bertemu.
"Ya, lawan ajalah. Emang dia siapa? Cuma Pelakor," lagi aku difitnah.
Diruang kecil itu aku hanya diam, sampai mereka pergi dan menghilang saat itulah aku keluar.
Padahal aku sudah berusaha agar tak ada rumor seperti ini, malah bikin nyesek aja ulah mereka.
Aku mencuci tanganku sembari merapikan rambutku, lalu keluar dari tempat tersebut. Namun, aku terkejut. Elang berdiri dengan bersandar pada dinding samping toilet wanita.
Aku tak ingin pewagai lain berpikir negatif, jadi aku mengabaikannya. Aku pura-pura tak melihat Elang dan berjalan pergi meningalkan lelaki itu.
"Zea," panggil Elang dari belakang.
Aku menulikan telingaku, dimana ada beberapa pegawai yang melewati jalan yang sama, mereka mungkin hendak pergi kekantin untuk makan siang.
"Zea!" panggil Elang semakin keras, terdengar pula langkah kakinya yang berjalan cepat mendekatiku.
Tapi aku masih kukuh untuk tak melihatnya, sampai aku merasa kakiku licin dan ...
Sebuah tangan menarikku, memutar tubuhku seperti tarian dalam dansa, bukannya mencegahku jatuh kelantai, tapi malah jatuh kedalam pelukan Elang dan sialnya ... Bibir kami bersentuhan.
Padahal Elang lebih tinggi dari ku, tapi kenapa bisa begini?
kenapa harus pelit sih ma istri..