NovelToon NovelToon
Obsesi Om Duda

Obsesi Om Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ihsan Ghazi Rasyid, 40 tahun seorang duda beranak dua sekaligus pengusaha furnitur sukses yang dikenal karismatik, dingin dan tegas.

Kehidupannya terlihat sempurna harta berlimpah, jaringan luas, dan citra pria idaman. Namun di balik semua itu, ada kehampaan yang tak pernah ia akui pada siapa pun.

Kehampaan itu mulai berubah ketika ia bertemu Naina, gadis SMA kelas 12 berusia 18 tahun. Lugu, polos, dan penuh semangat hidup sosok yang tak pernah Ihsan temui di lingkaran sosialnya.

Naina yang sederhana tapi tangguh justru menjeratnya, membuatnya terobsesi hingga rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.

Perbedaan usia yang jauh, pandangan sinis dari orang sekitar, dan benturan prinsip membuat perjalanan Ihsan mendekati Naina bukan sekadar romansa biasa. Di mata dunia, ia pria matang yang “memikat anak sekolah”, tapi di hatinya, ia merasa menemukan alasan baru untuk hidup.

Satu fakta mengejutkan kalau Naina adalah teman satu kelas putri kesayangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 8. Kemarahan Rubi

Pagi itu, langkah Naina meninggalkan rumah dengan hati remuk. Seragamnya rapi, tapi matanya masih basah. Ia keluar tanpa menoleh, melewati meja makan tanpa sempat menyentuh sepiring nasi goreng yang sudah disiapkan.

Suaranya nyaris pecah ketika ia pamit singkat, “Aku berangkat sekolah,” lalu menutup pintu dengan cepat.

Di balik pintu, Bu Rahayu hanya terdiam sejenak, wajahnya masih menyisakan bekas amarah semalam.

Namun begitu Naina benar-benar pergi, ekspresinya berubah. Senyum lebarnya terbit, seakan semua masalah hilang begitu saja.

Namira, yang duduk di kursi dengan rambut dikepang dua, bersorak riang. “Ma, aku nggak sabar banget kalau nanti Kak Nain resmi jadi istrinya Om Ihsan. Kita bakal punya hidup baru, kan?” ujarnya polos penuh harap.

Bu Rahayu terkekeh sambil menepuk pundak putrinya. “Iya, Nak. Kita bakal kebagian rezeki. Kamu bisa sekolah setinggi-tingginya, nggak usah mikirin biaya lagi. Mama juga nggak perlu capek mikirin utang. Papa Kamu bisa balik dari Surabaya dan buka usaha di sini saja. Doain semua cepat beres,” katanya penuh semangat.

Namira menggenggam tangan ibunya, matanya berbinar. “Aku yakin Kak Nain bakal bahagia, Ma. Soalnya Om Ihsan orang kaya banget, kan? Sultan tujuh turunan!” serunya.

Bu Rahayu mengangguk-angguk dengan bangga. “Betul. Hidup Naina akan terjamin. Mungkin dia marah sekarang, tapi nanti juga ngerti. Perempuan itu harus pintar lihat kesempatan nanti kelak dia sendiri yang bakal bersyukur.”

Di meja makan sederhana itu, tawa ibu dan anak bercampur dengan harapan besar. Mereka larut dalam mimpi tentang masa depan yang mewah, tanpa menyadari ada seorang gadis yang sedang berjalan menuju sekolah dengan dada sesak, merasa dijual, dan tak punya tempat pulang yang benar-benar memeluknya.

Sedangkan di tempat lain…

Udara pagi yang semula biasa saja berubah tegang ketika Naina berdiri kaku di depan gerbang rumah besar itu. Ranselnya masih menggantung di punggung, jemarinya bergetar menahan rasa tidak percaya.

Matanya bertemu dengan sepasang mata Rubi, gadis sebayanya yang juga teman sekelas sekaligus rival terbesarnya.

Rubi melangkah tergesa, napasnya memburu. “Apa yang kamu lakukan di sini, Nain?” ujarnya sinis alisnya saling bertaut.

Naina menegakkan badan, meski jantungnya berdentum keras. “Pertanyaan itu harusnya aku yang ajukan. Kenapa kamu kelihatan kaget banget seolah aku nyasar,” sahutnya datar.

Rubi mendengus pelan, menatap dari atas sampai bawah. “Kamu pikir rumah ini sekolah atau kamu datang minta bimbingan belajar? Padahal nilai kamu aja sering cuma beda tipis sama aku,” sindirnya.

Naina tersenyum tipis, menahan gejolak di dadanya. “Kalau nilai aku tipis, berarti kamu takut disaingi kan? Kalau enggak, kamu gak mungkin sewot gini,” ucapnya menohok.

Suasana makin panas, dua remaja itu saling beradu pandang seperti di kelas saat memperebutkan juara. Hanya kali ini medan tempurnya berbeda, lebih mengiris hati.

Dari dalam rumah, langkah berat Ihsan terdengar. Bayangan tubuhnya yang tegap muncul di ambang pintu. Udara seakan menahan napas ketika pria berwajah baby face itu mendekat.

“Kenapa ribut di depan rumah?” katanya dingin, suaranya dalam.

Rubi langsung menoleh, wajahnya penuh tanya. “Papa, kenapa Naina ada di sini?” serunya tak sabar.

Ihsan menatap Naina sekilas, lalu kembali pada putrinya. “Karena mulai hari ini dia akan sering ke rumah ini,” imbuhnya tenang.

Naina terdiam, tak mampu menyela. Rubi melangkah maju, wajahnya semakin merah. “Apa maksud Papa? Jangan bilang kalau dia…,” ucapnya terhenti.

Ihsan menghela napas, lalu dengan tatapan yang tak bisa diganggu gugat ia berkata.

“Naina adalah calon istriku dan calon Mama kalian berdua.”

Sekejap dunia Rubi runtuh. Mulutnya terbuka lebar, suaranya pecah.

“Papa gila! Dia teman sekelas aku! Gimana bisa Papa tega ngelakuin ini?” teriaknya penuh amarah.

Naina tersentak, jantungnya serasa jatuh. Dia ingin bicara, tapi lidahnya kelu.

Sementara itu, tawa riang terdengar dari belakang. Rayya, adik bungsu Rubi yang baru kelas dua SD, berlari kecil lalu melompat-lompat kegirangan.

“Yeay! Aku punya Mama baru! Akhirnya aku punya Mama lagi!” serunya polos penuh bahagia.

Kontras sekali. Satu pihak meledak marah, satu pihak melonjak suka cita dan satu lagi hanya bisa terdiam dengan dada yang sesak.

Ruang tamu mewah itu mendadak mencekam. Suara jam dinding berdetak pelan, kontras dengan dada yang berdegup keras.

Rubi duduk di sofa, wajahnya memerah, tangannya mengepal. Sementara Ihsan berdiri tegak dengan sorot mata yang tajam.

Naina memilih berdiri di dekat pintu, tubuhnya kaku seolah siap kabur, tapi tak mampu bergerak.

“Papa serius? Mau nikah sama Naina?” seru Rubi, nadanya penuh penolakan.

Ihsan menunduk sebentar, lalu menatap lurus ke putrinya. “Aku nggak pernah main-main dalam hal begini, Rubi,” ucapnya tegas.

Rubi bangkit, suaranya meninggi. “Tapi dia teman sekelas aku! Umurnya sama kayak aku! Papa tega ngelakuin ini?” ujarnya gemetar.

Naina menelan ludah, hatinya perih. Ia ingin membela diri, tapi takut salah bicara.

Ihsan menarik napas dalam, lalu berkata dingin, “Selama kalian masih SMA, semuanya akan dirahasiakan. Tidak ada seorang pun yang akan tahu. Termasuk teman-teman sekolah kalian.”

Rubi terbahak miris, matanya berkaca. “Rahasia? Papa pikir aku bisa hidup normal dengan rahasia kayak gini? Besok aku harus lihat wajah dia lagi di kelas, seolah nggak ada apa-apa? Ini gila, Pa!” serunya keras.

“Rubi, cukup!” potong Ihsan lantang, suaranya membelah ruang.

“Aku ayahmu, keputusan ini sudah bulat. Kamu hanya perlu belajar menerima.”

Rubi terdiam, tapi bukan karena setuju. Dadanya sesak, air mata jatuh meski ia buru-buru menghapusnya.

“Papa cuma mikirin diri sendiri. Papa nggak pernah mikirin perasaan aku,” katanya getir.

Suasana semakin berat. Rayya yang tadinya riang kini terdiam, menatap bingung bergantian pada kakaknya dan ayahnya.

Sementara Naina berdiri di sana, merasakan dunia menekannya dari segala sisi. Dia tahu dirinya bukan sekadar tamu yang salah tempat. Dia adalah badai yang akan merobohkan rumah ini dari dalam.

POV Ihsan

Tatapan putrinya menusuk, tapi ia tak goyah. Ia tahu keputusannya akan melukai, namun hati dan logikanya sudah terlanjur terkunci pada Naina.

Aku sudah melewati banyak hal, kehilangan, dan kesepian yang panjang. Aku butuh seseorang, dan hanya Naina yang bisa mengisi kekosongan itu.

Suara Rubi menggema di telinga, protesnya keras, tapi Ihsan merasa itu hanya riak kecil. Dia masih muda, belum mengerti. Aku ayah, aku yang paling tahu apa yang terbaik.

Meski begitu, ada rasa bersalah yang menekan, seakan ia mengkhianati peran sebagai orang tua. Namun egonya lebih besar. Aku tidak bisa mundur. Sekali aku sudah memilih, aku harus menuntaskannya.

POV Rubi

Dunia seolah runtuh di depan matanya. Sosok yang paling ia hormati kini berubah jadi orang asing. Papa tega banget.

Gimana aku bisa hadapi sekolah kalau semua ini terkuak? Bagaimana aku bisa duduk di kelas, tatap muka dengan Naina, tahu bahwa di rumah dia jadi calon mama aku?

Dadanya panas, bukan hanya marah, tapi juga hancur. Selama ini aku bangga punya ayah keren, pengusaha sukses, jadi panutan. Tapi sekarang? Semua sirna.

Papa bahkan nggak mikirin aku sedikit pun. Air mata jatuh diam-diam, meski ia benci terlihat lemah. Aku benci sama Papa, dan aku benci sama Naina lebih dari sebelumnya.

POV Naina

Kaki terasa berat, seakan tertanam di lantai marmer dingin itu. Ia ingin bicara, ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan keinginannya sepenuhnya.

Tapi lidahnya kelu. Kenapa aku harus ada di posisi ini? Kenapa harus aku yang dipilih?

Tatapan Rubi membakar, penuh kebencian. Ia tahu sejak dulu mereka rival, tapi kali ini persaingan berubah jadi perang batin yang jauh lebih dalam.

Aku nggak minta semua ini, tapi kalau aku mundur, Mama di rumah akan makin hancur. Aku harus bertahan, meski sakitnya bukan main.

Ada detik di mana ia ingin lari, tapi suara hati menahannya. Kalau aku pergi, aku akan meninggalkan semua yang sedang aku perjuangkan. Aku nggak bisa dan harus kuat.

POV Rayya

Anak kecil itu hanya tahu satu hal: ia akan punya mama baru. Senyumnya lebar, matanya berbinar, tubuh mungilnya masih bergetar karena bahagia.

Akhirnya aku nggak sendirian lagi. Ada yang bakal nyiapin sarapan, ada yang bakal menyisir rambut aku, ada yang bakal peluk aku sebelum tidur.

Ia tidak peduli pada jeritan Rubi, tidak paham pada tatapan dingin ayahnya, tidak mengerti air mata yang jatuh dari mata kakaknya.

Baginya, kebahagiaan sederhana sudah cukup. Aku hanya ingin ada yang sayang sama aku. Dan kalau itu Naina, aku siap menerimanya.

Halaman rumah terasa dingin meski matahari pagi mulai naik. Mobil hitam keluarga sudah terparkir rapi, sopir menunggu dengan mesin menyala.

Rubi melangkah keluar dengan langkah cepat, seragam putih abu-abu tampak kontras dengan wajahnya yang muram.

Naina berdiri kikuk di teras bersama Ihsan. Ia masih tamu, tapi rasanya seperti orang asing yang ditolak keberadaannya. Matanya hanya menatap lantai, takut menantang pandangan Rubi.

Sebelum membuka pintu mobil, Rubi menoleh. Pandangannya tajam, menusuk lurus ke arah ayahnya.

“Papa tahu nggak? Sejak hari ini aku nggak pernah anggap Papa orang tua yang bisa aku banggakan lagi,” ucapnya dingin.

Ihsan terdiam, rahangnya mengeras.

Rubi bergeser menatap Naina. Senyumnya tipis, penuh luka sekaligus tantangan.

Rubi menunjuk langsung tepat di wajahnya Naina, “Dan kamu, jangan mimpi bisa duduk di meja keluarga ini dengan tenang. Buat aku, kamu cuma orang asing yang numpang cari tempat. Bukan calon Mama, bukan juga sosok yang bakal aku hormatin,” ujarnya pedas.

Naina menelan ludah, dadanya bergetar. Ia ingin bicara, tapi tenggorokannya kering.

Rubi menoleh sekali lagi pada ayahnya. “Kalau Papa nikahin dia, itu sama aja Papa bunuh hubungan kita. Aku nggak akan pernah balik jadi anak Papa lagi,” serunya, suaranya nyaring menusuk udara.

Pintu mobil dibanting keras. Sopir melirik gugup, lalu melajukan kendaraan itu keluar gerbang.

Keheningan menyelimuti halaman. Naina berdiri terpaku, tubuhnya kaku seperti patung.

Kata-kata Rubi berputar di kepalanya, meninggalkan rasa bersalah dan takut yang bercampur jadi satu.

Ihsan menghela napas panjang, lalu menatap Naina dengan sorot dingin yang sulit ditebak. “Jangan ambil hati kata-katanya,” ujarnya datar.

Tapi Naina tahu, luka dari ucapan tadi tidak mudah hilang. Baik untuk dirinya, maupun untuk keluarga yang hampir retak ini.

1
sunshine wings
😍😍😍😍😍♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak 🥰😘
total 1 replies
sunshine wings
Kan Nai.. Penuh dengan rasa cinta.. ♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
sunshine wings
Support paling ampuh.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak kakak soalnya suamiku lebih muda aku 😂🤭
total 3 replies
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 2 replies
sunshine wings
Yaaa.. Kirain apa Nai.. Sudah pasti Ihsan akan ngelakuin.semua itu dengan senang hati karna itu maunya kan.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂 betul banget tuh kak nantangin lagi 🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
bertemanlah Ruby dengan naina,tertawalah bersama
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: setuju tapi yah keegoisan Rubi menutupi sisi baiknya
total 1 replies
Fadila Bakri
teman saingan jadi calon anak tiri
Eva Karmita
sesakit dan sebenci apapun naina tetap anakmu dan darah daging mu Bu ..😤😏
ayah sabung naina berhati mulia mau Nerima naina seperti putri kandungnya beda sama emaknya naina yg berhati siluman 😠👊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😏😏😏😏😏
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca novel aku ini kakak judulnya Pawang Dokter Impoten ceritanya seru sudah banyak babnya
total 1 replies
sunshine wings
Dan menjauh dari mamanya.. 😬😬😬😬😬
sunshine wings
Ya Allah.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
sunshine wings
pikiran licik.. 🤭🤭🤭🤭🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂
total 1 replies
sunshine wings
Sepatutnya jangan di bedain kerana anak itu rezeki yg tidak ternilai oleh apapun.. Kasian banget hidupmu Naina.. 🥹🥹🥹🥹🥹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sedih yah
total 1 replies
Maulida greg Ma
kejamnya
sunshine wings
Ditukar judulnya author ya.. 👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: aku ganti kak mumpung ada cover nganggur 🤭😂🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
😲😲😲😲😲
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Sialan emangnya..
Apa mereke adek beradek tiri author???
Kenapa beda kasih sayangnya???
🤔🤔🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: akan terjawab nanti Kak ☺️
total 1 replies
sunshine wings
Ayo pak semangat 💪💪💪💪💪
keluarkan Naina dari rumah itu.. 🥺🥺🥺🥺🥺
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: yah yah
total 1 replies
sunshine wings
🙄🙄🙄🙄🙄😏😏😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!