NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 07 - Mabuk Cinta

Anya menatap gedung pencakar langit di depannya. Bangunan itu terlihat sangat modern dan mewah. Begitu megah hingga membuatnya merasa... tidak pantas berada di sana.

Atmajaya Group.

Tulisan besar itu terpampang di bagian atas gedung, menandakan bahwa seluruh bangunan ini adalah milik keluarga Atmajaya.

Setiap orang yang lalu-lalang di sana terlihat sangat rapi dan berkelas. Para pria mengenakan setelan jas atau kemeja lengan panjang lengkap dengan sepatu mengilap. Para wanita memakai gaun formal yang terlihat mahal, ditambah sepatu hak tinggi yang membuat penampilan mereka semakin anggun dan menawan.

Anya melihat bayangannya di pantulan kaca gedung. Ia hanya mengenakan kaus sederhana, celana jeans, dan sepatu kets. Penampilannya jelas tidak sepadan dengan tempat sebesar ini. Tapi ia tidak peduli. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah biaya rumah sakit ibunya.

Ia melangkah masuk ke lobi gedung dan menuju meja resepsionis. Di sana, seorang wanita dengan riasan tebal menyambutnya... atau lebih tepatnya, mengevaluasinya dari atas ke bawah lalu memalingkan muka.

Bahkan saat Anya menyodorkan kartu nama Aiden, wanita itu tak sudi melihatnya. “Apa kamu punya janji temu?” tanyanya sambil memandangi kuku yang baru dipoles.

“Saya belum buat janji, tapi Tuan Aiden mencariku tadi pagi. Katanya ingin bertemu dengan saya,” jawab Anya gugup, menarik kembali tangannya dan menyimpan kartu nama itu ke dalam tas.

“Maaf, kalau tidak punya janji, Anda tidak bisa bertemu dengannya,” ucap wanita itu datar, tangannya melambai sembarangan seolah menyuruh Anya pergi. Ia kembali pura-pura sibuk.

“Tapi…”

Mendengar Anya mencoba menjelaskan, resepsionis itu langsung menatap tajam dan mendesis, “Terlalu banyak wanita seperti kamu yang cari-cari kesempatan ingin dekat dengan Tuan Aiden. Lihat diri kamu! Tidak tahu malu!”

Anya membeku. Ia terdiam, tak tahu harus berkata apa. Memang benar pakaian yang ia kenakan tak semewah orang-orang di sekitar situ, tapi bukan berarti ia pantas dihina seperti itu. Dan yang paling menyakitkan, ia tidak berbohong Aiden memang benar-benar mencarinya.

Tapi apa gunanya membela diri pada orang yang tidak mau mendengarkan?

Orang-orang di sekitar mulai menatapnya. Tatapan merendahkan, mencibir, seolah ia bukan siapa-siapa dan tidak pantas berdiri di tempat ini.

Akhirnya, Anya memutuskan untuk pergi. Tak ada gunanya bertahan di sana. Mau bicara apa pun, ia tetap tidak akan bisa bertemu Aiden.

Sementara itu, Harris—asisten pribadi Aiden—tidak menyangka akan melihat sosok Anya di gedung Atmajaya Group. Ia tahu pagi tadi Anya menolak dijemput oleh Abdi. Tapi sekarang, perempuan itu justru datang ke kantor bosnya.

Ia pun menyaksikan bagaimana resepsionis memperlakukan Anya dengan kasar dan tidak profesional. Tanpa menunggu lama, Harris langsung menghubungi Aiden.

“Tuan, Nona Anya ada di lobi kantor. Tapi resepsionis menolaknya karena dia tidak punya janji dengan Anda,” lapornya.

“Jangan biarkan dia pergi.” Aiden menjawab singkat dan langsung menutup telepon.

Menerima perintah itu, Harris tetap berjaga di lobi, memperhatikan Anya dengan cermat. Bersiap untuk mencegahnya keluar, sambil menunggu Aiden turun langsung.

Saat Anya membalikkan badan dan hendak melangkah keluar, tiba-tiba suara lift pribadi di ujung ruangan terdengar terbuka. Semua orang langsung menunduk saat Aiden keluar dari sana.

Aiden tak memedulikan orang-orang di sekitarnya. Tatapannya tajam, langkahnya tegap, langsung menuju ke arah Anya berhenti tepat di depannya.

Anya terdiam, matanya membulat saat melihat Aiden yang datang menghampirinya. Bagaimana mungkin ada pria sesempurna ini di dunia nyata?

Pria itu tampak sangat tampan dan… berbahaya. Pakaian serba gelap yang dikenakannya membuatnya terlihat misterius sekaligus menawan. Kacamata hitam yang ia kenakan semakin mempertegas wibawanya. Rambutnya sedikit berantakan, tapi justru membuat penampilannya semakin memesona.

Bagi ukuran wanita, Anya memiliki tubuh yang cukup tinggi. Tapi berdiri di depan Aiden, tubuhnya terasa kecil. Ia bahkan harus sedikit mendongak untuk menatap wajah pria itu.

Aiden dan Anya langsung menjadi pusat perhatian di lobi. Semua orang bertanya-tanya, ada hubungan apa antara bos mereka dan wanita ini? Apalagi penampilan mereka begitu kontras Aiden yang begitu elite, dan Anya yang begitu sederhana.

Perlahan-lahan, mereka menyadari siapa Anya sebenarnya. Ya, dia... perempuan di berita itu. Perempuan yang bersama Tuan Aiden di hotel!

Bisik-bisik mulai terdengar, tapi Aiden tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menatap Anya dalam diam, mengabaikan semua orang di sekelilingnya.

Anya mulai merasa tidak nyaman. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini. Dengan gugup, ia berkata,

“Aku dengar… kamu mencariku?”

Aiden hanya mengangguk pelan.

Ia lalu memberi isyarat pada Harris agar mendekat. Harris segera menghampiri dan Aiden membisikkan sesuatu padanya. Harris mengangguk cepat, lalu mundur.

“Ikut aku,” ucap Aiden tenang. Tanpa menunggu jawaban, ia langsung berbalik.

Anya sempat tertegun, lalu buru-buru mengikuti Aiden dengan langkah kecil dan kepala tertunduk. Mereka masuk ke lift pribadi, sementara semua pasang mata di lobi terus mengawasi.

Begitu pintu lift tertutup, Harris langsung menjalankan perintah Aiden.

Ia berjalan menuju meja resepsionis. Wanita yang tadi mengusir Anya masih terpaku, belum bisa move on dari kemunculan Aiden barusan.

“Kamu bisa ambil gaji terakhirmu bulan ini di bagian keuangan,” ucap Harris datar.

Wanita itu membelalak. “Tunggu... maksudnya saya dipecat?”

Matanya langsung berkaca-kaca. Ia panik dan mencoba membela diri. “Tapi saya tidak salah apa-apa, Pak! Saya hanya menjalankan peraturan. Siapa pun yang tidak punya janji, tidak boleh langsung bertemu CEO!”

Harris hanya mengangkat bahu. Ia pun tak tahu detailnya. Perintah itu datang langsung dari bos.

Memang terasa tidak adil. Resepsionis itu hanya menjalankan tugasnya sesuai SOP. Tapi hari ini, wanita yang ia halangi adalah Anya orang yang sedang dicari oleh Aiden.

Dan sayangnya, dia juga terlalu kasar.

Harris hanya bisa menghela napas.

Sepertinya... bosnya benar-benar sedang jatuh cinta.

Di dalam lift hanya ada Anya dan Aiden. Mereka memang menggunakan lift pribadi milik Aiden, yang tidak bisa diakses sembarang orang. Hanya segelintir orang saja yang memiliki akses, seperti Harris asisten pribadi Aiden dan Abdi sang sopir.

Suasana di dalam lift terasa canggung. Atau lebih tepatnya, hanya Anya yang merasa seperti itu. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Aiden, berharap pria itu akan memecah keheningan.

Sayangnya, Aiden tetap diam. Ia hanya menatap lurus ke depan, menunggu lift tiba di lantai tujuannya. Di balik kacamata hitamnya, Aiden sebenarnya memperhatikan Anya yang terus gelisah dan tidak bisa diam. Bibirnya sempat melengkung membentuk senyum tipis saat melihat gerak-gerik wanita di sampingnya.

Hari ini, rambut hitam Anya yang biasanya tergerai, diikat sederhana menjadi kuncir satu, membuatnya tampak lebih muda. Sesekali, tangannya menyisir rambut yang terlepas dari ikatan tanda ia gugup. Pakaian sederhananya tak mampu menyembunyikan aura anggun dan kelembutan tubuhnya. Kakinya tetap terlihat jenjang meski hanya dibungkus sepatu kets. Ia tidak butuh sepatu hak tinggi untuk terlihat menarik. Wajahnya polos tanpa riasan berlebihan, tapi justru itu yang membuat pesonanya semakin memancar.

Bunyi ting dari lift menyadarkan Aiden dari lamunannya. Ia langsung melangkah keluar, disambut oleh seorang wanita cantik asistennya.

Wanita itu memiliki rambut cokelat yang tergerai indah. Ia mengenakan blus putih dengan rok span hitam yang rapi. Sepatu hak tinggi merah menyempurnakan penampilannya, membuatnya terlihat makin seksi dan profesional.

Namun di mata Aiden, wanita itu tak ada artinya. Hanya ada satu sosok yang memenuhi pikirannya saat ini, Anya.

Anya sempat terpaku melihat wanita itu. "Jadi… ini asisten kantor? Wajah kayak gitu harusnya jadi model, bukan asisten!"

Melihat kecantikan Elise, Anya spontan menundukkan kepala, merasa minder dengan penampilannya yang sangat sederhana.

Sementara itu, Elise menatap Anya tajam. Ia menilai Anya dari ujung kaki hingga ujung kepala, tak menyembunyikan rasa aneh dan tidak suka terhadap kehadiran wanita ini. Apalagi wanita ini datang dengan diantar langsung oleh Aiden sendiri.

Meski jelas-jelas tidak suka, Elise tetap bersikap sopan di depan Aiden."Baik, Tuan," jawabnya tenang, meski nada suaranya terdengar sedikit kecewa. Ia melirik Anya dengan tatapan dingin. Tatapan yang membuat Anya merasa seperti disayat tatapan seorang wanita yang cemburu melihat pria yang disukainya dekat dengan wanita lain.

Anya segera mengejar Aiden dan merasa sedikit ketakutan dengan tatapan Elise yang tajam tadi.

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!