NovelToon NovelToon
Gara-gara Buket Bunga

Gara-gara Buket Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Disarankan membaca Harumi dan After office terlebih dahulu, agar paham alur dan tokoh cerita.


Buket bunga yang tak sengaja Ari tangkap di pernikahan Mia, dia berikan begitu saja pada perempuan ber-dress batik tak jauh darinya. Hal kecil itu tak menyangka akan berpengaruh pada hidupnya tiga tahun kemudian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Bisa Menghindar

Awalnya Sandi berniat sarapan di tempat, sambil berharap bertemu dengan Mak Jum. Sekedar untuk tempat berbincang di hari liburnya yang sepi. Tapi nyatanya dia malah terjebak bersama dengan lelaki yang berhasil menggetarkan hatinya, baik tiga tahun lalu ataupun sekarang.

Melihat menu yang terlihat menarik pun, rasanya hilang selera makannya. Alhasil dia lebih memilih ala kadarnya dan membungkus sarapannya untuk dibawa ke kamar kos saja.

"Jam berapa mau ke tempat Mia?" Tanya Ari.

Mereka berjalan beriringan menuju arah kosan, "kayaknya nggak jadi Mas!" sahut Sandi ragu.

Ari menghentikan langkahnya. "Kenapa?"

Otomatis langkah Sandi terhenti, bukan apa-apa. Dia merasa sungkan pada orang yang telah membelikannya sarapan. "Sejak pindah, aku sama sekali belum nyuci baju. Jadi baju kotor udah numpuk banget." Dia berdalih. "Mas Ari ke tempat Mbak Mia, sendiri aja." Sarannya.

"Ada binatu tuh!" Ari menunjuk ke arah samping warung kopi. "Emang belum buka, jam delapan nanti bisa."

Keduanya kembali berjalan. "Sayang uangnya mas! Cucianku banyak banget. Pasti mahal, deh!"

"Khusus kamu, aku kasih free hari ini."

"Hah?" Sandi mendelik dan menghentikan langkahnya.

"Aku serius. Buat kamu khusus hari ini, gratis."

"Tapi Mas?"

Ari meraih lengan berbalut cardigan merah, "Nggak usah pake tapi-tapi, pokoknya siang ini kita ke tempat Mia."

Sandi hanya bisa pasrah dan akhirnya mengangguk. Pun soal rencananya sarapan di kamar kos, itu tak bisa dilakukannya. Karena Ari justru mengajaknya makan di warung kopi yang belum buka itu.

***

Sandi bernapas lega, karena tak bertemu si 'kanebo kering' ketika mengunjungi Mia. Hanya ada Kusti dan Gio juga para asisten rumah tangga di rumah mewah dua lantai, yang terletak di salah satu kawasan perumahan mewah Jakarta Selatan.

Sandi sendiri tak menyangka, Jaka bisa sekaya itu. Padahal hanya bekerja sebagai sekertaris CEO. Namun dia tak berani bertanya asal muasal kekayaan dari suami Mia itu.

Lalu soal kedatangannya bersama Ari, Mia sempat memberi kode mata seolah bertanya 'kenapa bisa mereka bersama?'. Tapi Sandi membalas juga dengan kode mata. Sebagai mantan rekan satu divisi, mereka acap kali melakukan hal tersebut.

Mungkin jika tadi menolak ajakan Ari, Sandi tak akan tau sisi lain dari lelaki itu. Ari begitu akrab dengan Kusti dan Gio, juga Lues sekali menggendong bayi usia hampir sepuluh hari.

"Jadi jelaskan kenapa bisa, kamu datang sama Mas Ari? Seingat saya, kamu bahkan tak kenal secara resmi dengan dia?" Hingga kini, Mia selalu berbicara formal padanya. Berbeda dengan rekan kerjanya yang baru.

Kini mereka berada di dapur, untuk membuat minuman. "Aku ngekos di dekat tempat tinggalnya Mas Ari." Jawabnya.

"Oh ... Aku pikir, kalian benar-benar lagi dekat tanpa sepengetahuan aku."

"Baru kemarin magrib kita ketemu, itupun aku duluan yang sebut nama dia. Kalau nggak, mungkin Mas Ari nggak bakal ngenalin aku." Sandi menjelaskan. Sebenarnya dia ingin bertanya soal bagaimana kepribadian lelaki yang sejak tiga tahun lalu disukainya. Tapi Sandi terlalu malu.

"Setau aku, Mas Ari tinggal di apartemen."

"Ya mungkin baru pindah kali, atau memang udah kos di sekitar situ sebelumnya." Ujarnya. "Emang Mbak Mia nggak tau?" Tanyanya.

"Aku jarang Wa, ya kamu tau kan gimana suamiku."

"Semoga aja, selama aku kerja di kantor pusat. Aku nggak berinteraksi sama suami mu, mbak! Aku takut lihat wajahnya, kayak mau mutilasi* orang. Serem, hiiii ...." Sandi bergidik ngeri.

Mia pernah merasakan apa yang Sandi rasakan, tapi sejak Jaka mulai mendekatinya. Rasa takut itu perlahan hilang, berganti rasa cinta.

"Ya mungkin sekarang nggak, karena baru pindah. Tapi suatu saat pasti bakal interaksi atau ikut meeting bareng."

Minuman telah siap, tapi keduanya masih betah berbincang. "Siapa yang duluan ngajak kesini?" Tanya Mia.

"Mas Ari lah, masa aku mbak!"

"Kirain kamu." Mia tertawa.

"Ya nggak mungkin aku berani, aku kan pemalu."

"Iya-iya deh." Sahut Mia. "Bawa minum ke depan yuk!"

Sandi mengambil alih nampan berisi tiga cangkir teh dan kopi. Keduanya berjalan bersisian menuju ruang keluarga.

Mereka berbincang layaknya sebuah keluarga dekat, sementara Sandi hanya sesekali menanggapi jika ditanya. Selebihnya dia hanya sebagai penonton yang melihat interaksi antara Ari dan keluarga Mia.

Selama dua jam Ari dan Sandi berada di sana, mereka sempat makan siang bersama. Dan setelahnya keduanya pamit pulang, karena sebentar lagi Jaka akan kembali usai menemani CEO bermain golf dengan klien.

"Abis ini, kamu ada kesibukan apa?" Tanya Ari dari balik kemudinya.

"Paling bersih-bersih kamar, mas!" jawab Sandi sambil melirik pada lelaki berkemeja lengan pendek berwarna biru muda.

"Itu bisa entar malem, aku mau ajak kamu nonton dulu."

Sandi melongo mendengarnya, seolah tidak percaya. Apa maksudnya?

"Kok diem?" Ari menoleh sejenak, lalu kembali menatap jalan di depannya.

Tersadar, Sandi langsung membuka ponsel guna mengecek jumlah saldo pada aplikasi Mobile Banking miliknya. Dia tersenyum kecut. Sisa uang hanya cukup untuk makan dan ongkos naik ojek pulang-pergi ke kantor. Gajinya masih standar upah staf pabrik, sementara biaya hidup selama seminggu di ibu kota. Dia hampir mengosongkan isi saldo tabungannya.

"San ..." Ari memanggil.

"Saya nggak bisa mas." Tolaknya.

"Kenapa?" Ari kembali menoleh. "Jangan bilang mau beres-beres kamar." Dia kembali melihat ke arah depan. "Kamu bisa minta tolong istrinya Bang Ucup."

Sandi tau, jika kosan yang ditinggalinya. Menyediakan jasa bersih-bersih kamar dan binatu. Tapi masalahnya, dia harus menghemat uangnya hingga gajian bulan depan. Jangan sampai dirinya meminjam uang lagi. "Gajian masih lama, Mas!"

Dari balik kemudinya, Ari tertawa dan sialnya justru menambah kadar ketampanan lelaki pemilik lesung pipi pada sisi kiri wajahnya. "Sorry ... Sorry ... Aku nggak maksud meledek kamu. Soalnya ekspresi kamu, lucu banget."

Sandi kembali melongo, dia tak menyangka Ari mengatakan dirinya lucu. Selama ini tak pernah ada yang mengatakan seorang Sandi adalah perempuan lucu, mungkin ada tapi sewaktu dia masih balita.

"Kan, aku yang ajak. Jadi aku yang traktir. Mau ya? Soalnya aku udah lama banget nggak nonton."

"Tapi mas?" Sedari pagi, Sandi sama sekali belum keluar uang sedikitpun. Dari sarapan, kado untuk Mia, makan siang di rumah Mia. Dan kini diajak mengunjungi bioskop, yang tentunya akan membeli camilan pendamping selama menonton. Harganya bahkan lebih mahal dari harga tiket menonton.

Ari membelokan mobilnya, masuk ke arah parkiran sebuah mall yang kebetulan dilaluinya.

"Mas, uang saya beneran hanya tersisa untuk biaya makan dan ongkos ojek buat ke kantor." Walaupun Ari berniat mentraktirnya, tetap saja Sandi tidak tenang. Dia bukan tipe orang yang bergantung pada orang lain. Sandi terbiasa mandiri dalam hal apapun, termasuk soal keuangan. Semenjak dirinya duduk di sekolah menengah atas.

"Aku yang bayar, Sandi! Kan Aku yang ajak."

Sandi benar-benar merasa sungkan. "Apa Mas Ari sedang berulang tahun?" Tanyanya.

"Hari lahir aku udah lewat jauh." Ari menyahut, dia menghentikan mobilnya begitu tiba di parkiran bawah gedung pusat perbelanjaan. "Ini aku beneran pengen traktir kamu, jadi ayo keluar."

1
bunny kookie
top deh pokoknya 👍🏻💜💜
bunny kookie: bagus banget loh padahal kak,sat set loh cerita nya gk menye2 ,,
😭😭 apa yg sempat baca di paijo gk ikut kemari ya,ikut syedihh aku 😭😭😭
nabila anjani: Ka up lagi dong
total 3 replies
nabila anjani
Kak up lagi dong
Mareeta: udah aku up lagi ya
total 1 replies
bunny kookie
up lagi gak kak 😂
Mareeta: aku usahakan pagi ya kak
total 1 replies
bunny kookie
lanjut kak ☺
bunny kookie
nyampek sini aku kak thor ☺
Mareeta: terima kasih 😍 aku ingat dirimu pembaca setia karyaku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!