Di desa terpencil yang bahkan tidak tercatat di peta, Xu Hao lahir tanpa bakat, tanpa Qi, dan tanpa masa depan. Hidupnya hanyalah bekerja, diam, dan menahan ejekan. Hingga suatu sore, langit membeku… dan sosok berjubah hitam membunuh kedua orang tuanya tanpa alasan.
Dengan tangan sendiri, Xu Hao mengubur ayah dan ibunya, lalu bersumpah. dendam ini hanya bisa dibayar dengan darah. Namun dunia tidak memberi waktu untuk berduka. Diculik perampok hutan dan dijual sebagai barang dagangan, Xu Hao terjebak di jalan takdir yang gelap.
Dari penderitaan lahirlah tekad. Dari kehancuran lahir kekuatan. Perjalanan seorang anak lemah menuju dunia kultivasi akan dimulai, dan Xu Hao bersumpah, suatu hari, langit pun akan ia tantang.
Note~Novel ini berhubungan dengan novel War Of The God's.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali melanjutkan perjalanan
Ling’er berdiri anggun di depan batu besar itu, mata beningnya menatap Xu Hao dengan penuh kesungguhan. Angin sore berembus lembut, membawa aroma bunga liar yang bermekaran di hutan. Senyum samar muncul di bibirnya, namun suaranya tegas dan jelas.
“Selamat, Xu Hao. Kau telah menembus ranah Core Formation.”
Xu Hao membuka matanya perlahan. Cahaya merah pekat masih berpendar samar dari tubuhnya, bekas dari inti yang baru terbentuk. Ia menunduk dalam-dalam, wajahnya dipenuhi hormat. “Terima kasih, nona Ling’er. Tanpa bimbinganmu, mungkin aku sudah hancur saat mencoba menembus batas ini.”
Ling’er menggeleng pelan, rambut hitam panjangnya terayun di bawah sinar sore. “Tidak perlu berterima kasih. Semua ini adalah hasil usahamu sendiri. Aku hanya menunjukkan jalan.”
Xu Hao terdiam sejenak, lalu bertanya dengan raut serius. “Nona… ada hal yang mengganjal dalam hatiku. Aku mendengar bahwa inti spiritual biasanya berwarna emas. Namun inti milikku berwarna merah pekat. Apa artinya itu?”
Ling’er menatapnya dalam-dalam, seolah hendak menembus lapisan batin Xu Hao. Ia menarik napas panjang lalu berkata, “Warna inti emas bukanlah warna mutlak. Inti memang lazimnya berwarna emas. Namun jika terbentuk dengan warna lain, bisa berarti dua hal, ia adalah anugerah langka… atau justru sampah. Itu tidak penting bagimu saat ini.”
Sorot matanya melembut, lalu ia melanjutkan. “Yang paling utama adalah intimu terbentuk sempurna tanpa retakan sedikit pun. Itu artinya jalan kultivasimu masih bersih dan stabil. Kau harus mensyukuri hal itu.”
Xu Hao menunduk sekali lagi, bibirnya melengkung kecil. “Inti merah pekat ini… sempurna. Aku akan menjaganya sebaik mungkin.”
Ling’er lalu melangkah mendekat, berdiri hanya beberapa langkah darinya. Suaranya berubah menjadi lebih serius. “Xu Hao, dengarkan baik-baik. Aku akan menjelaskan tentang tahapan Core Formation. Ingat semua kata-kataku, karena inilah dasar yang akan menentukan jalanmu ke depan.”
Xu Hao merapatkan duduknya, masih bersila di atas batu. Ia mengangguk penuh perhatian. “Aku mendengar dengan hati terbuka, nona.”
Ling’er mengangkat tangannya, menunjuk ke langit sore yang mulai memerah. “Pertama adalah umur panjang. Seorang kultivator di ranah Core Formation bisa hidup ratusan tahun lebih lama. Biasanya empat ratus hingga enam ratus tahun, tergantung pada kekuatan inti yang mereka miliki. Ini adalah anugerah yang tidak ternilai, karena memberi waktu panjang untuk terus melangkah ke ranah yang lebih tinggi.”
Xu Hao mengangguk, mata berbinar. “Empat ratus tahun… bahkan lebih… benar-benar tak terbayangkan.”
Ling’er melanjutkan. “Kedua adalah kekuatan energi yang berlipat ganda. Jika Foundation Establishment adalah danau Qi, maka Core Formation adalah inti yang memadat, yang mampu menghasilkan energi tanpa henti. Dengan itu, satu seranganmu bisa menyapu puluhan kultivator di ranah Foundation. Teknik yang sama, saat dilepaskan oleh seorang Core Formation, bisa berubah menjadi bencana bagi musuhnya.”
Xu Hao mengepalkan tangannya, merasakan kekuatan barunya bergejolak. “Aku bisa merasakannya… Qi yang tak pernah berhenti berputar di inti ini.”
Ling’er tersenyum tipis, lalu menunjuk pada tanah. “Ketiga, kau kini bisa terbang tanpa artefak. Dengan kekuatan Qi-mu sendiri, tubuhmu bisa melayang di udara. Artefak memang bisa membuat terbang lebih cepat, namun kemampuan terbang murni adalah tanda kebesaran seorang Core Formation. Kau sudah melampaui keterikatan bumi.”
Mata Xu Hao bersinar penuh rasa ingin tahu. “Terbang… hanya dengan Qi sendiri? Itu bagaikan mimpi.”
Ling’er mengangguk. “Keempat, kesadaran spiritual. Mulai sekarang, kau akan memiliki radar alami. Kau bisa memindai sekelilingmu, mulai dari ratusan meter hingga beberapa kilometer. Kau bisa memata-matai musuh, mencari bahan, atau mengendalikan senjata dari jarak jauh dengan presisi. Ini adalah keuntungan besar dalam pertarungan.”
Xu Hao menelan ludah. “Mampu melihat tanpa mata… bahkan mengendalikan senjata. Benar-benar kemampuan seorang ahli.”
Ling’er mengangkat jari telunjuknya, nada suaranya penuh wibawa. “Kelima, pengendalian senjata jarak jauh. Kau bisa mengeluarkan pedang atau senjatamu, lalu menggerakkannya hanya dengan pikiran. Pedang itu bisa menjadi perpanjangan dari tubuhmu, lincah dan mematikan. Para ahli pedang di ranah Core Formation bisa membantai musuh hanya dengan satu helai pedang terbang. Kau juga bisa menciptakan serangan kejutan dengan Qi yang dibentuk menjadi pedang.”
Xu Hao tertegun, membayangkan dirinya mengendalikan pedang terbang, lalu menciptakan energi pedang untuk serangan kejutan. Hatinya dipenuhi semangat membara.
Ling’er lalu melanjutkan. “Keenam, perubahan penampilan. Dengan mengendalikan otot dan Qi, kau bisa sedikit merubah tubuhmu. Menyembunyikan usia, mengubah tinggi badan, bahkan membuat ilusi sederhana. Ini berguna untuk menyamar dan menipu musuh.”
Xu Hao tersenyum miring. “Berarti aku bisa mengelabui musuh dengan wajah lain… menarik sekali.”
Ling’er menatapnya serius, lalu menyampaikan hal terakhir. “Dan yang ketujuh… membangun pusat ingatan. Seorang kultivator Core Formation bisa membuka ruang khusus di pikirannya. Dengan itu, mereka bisa menyimpan informasi tanpa batas, menghafal kitab dengan sekali baca, atau mengolah strategi dalam sekejap. Inilah anugerah yang paling berharga.”
Xu Hao mendengar dengan mata berkilau, penuh kekaguman. “Semua itu… luar biasa. Aku berjanji akan menguasai setiap kemampuan Core Formation dengan sebaik mungkin.”
Ling’er menghela napas panjang, menatap langit sore yang perlahan memudar menjadi malam. “Apakah ada yang ingin kau tanyakan dari penjelasanku?”
Xu Hao mengangguk perlahan, namun sebelum ia berbicara Ling’er berujar lembut, “Bangkitlah. Malam akan segera turun. Buatlah api unggun agar kita bisa melanjutkan pembicaraan ini dengan tenang.”
Xu Hao berdiri, membungkuk sedikit, lalu segera bergegas mengumpulkan ranting-ranting kering di sekitar hutan. Tak lama, percikan api muncul, dan sebuah api unggun menyala terang. Nyala api memantulkan cahaya hangat di wajah mereka berdua.
Ling’er duduk di depan api, tubuhnya terlihat anggun di bawah cahaya merah keemasan. Xu Hao duduk di sampingnya, masih dengan raut serius. Mereka mulai berdiskusi panjang, tanya jawab yang intens tentang ranah Core Formation, tentang inti merahnya, tentang bagaimana Xu Hao bertindak saat melawan musuh. dan tentang masa depan yang harus ia tapaki.
Langit di alam rahasia kini telah gelap sepenuhnya. Bintang-bintang bertaburan, sementara hutan sunyi hanya dipenuhi suara burung malam sesekali. Api unggun berderak, menemani dua kultivator muda yang tengah mendiskusikan jalan abadi. Hingga pagi hampir tiba
Api unggun telah meredup, hanya menyisakan bara merah yang berkelip sesekali. Malam itu telah menjadi panjang, Xu Hao dan Ling’er duduk berdampingan, bercakap tanpa henti. Mereka tidak hanya berbicara tentang jalan kultivasi dan ranah Core Formation, tetapi juga hal-hal pribadi. Sesekali tawa kecil keluar, sesekali pula keheningan menelan mereka ketika keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Suara burung malam kadang terdengar, memecah kesunyian hutan yang seolah ikut mendengar percakapan mereka.
Bintang-bintang perlahan meredup, dan warna keemasan mulai merayapi cakrawala timur. Cahaya pagi yang lembut menyingkap kabut tipis di antara pepohonan. Xu Hao menoleh, sorot matanya penuh rasa ingin tahu.
“Nona Ling’er,” ucapnya pelan, “selama lima hari itu, ketika kau memegang kedua tanganku untuk menyalurkan esensi… apa sebenarnya yang kau lakukan? Saat itu aku tidak sadar, jadi aku tidak mengerti apa yang terjadi.”
Mendengar pertanyaan itu, wajah Ling’er yang biasanya tenang berubah memerah. Matanya ungunya berkilat gugup, lalu dengan cepat ia memalingkan wajah ke arah lain. Ia menunduk, jemarinya meremas gaunnya sendiri, sebelum akhirnya menjawab dengan suara lembut namun kaku.
“Itu hanyalah proses sederhana… sebuah metode rahasia dari klan Serigala Mistis. Tidak bisa aku jelaskan lebih jauh. Kau hanya perlu tahu, itu penting untuk menyalurkan esensi jiwa kepada mu.”
Xu Hao menatapnya beberapa lama. Ia bisa merasakan ada yang tidak diungkapkan sepenuhnya, namun tatapan tulus Ling’er membuatnya tidak menekan lebih jauh. Ia hanya mengangguk. “Kalau begitu, aku mengerti. Terima kasih, nona.”
Ling’er berdiri perlahan. Gaun tipis berwarna muda yang dikenakannya tersibak angin pagi, menyingkap sedikit lekuk tubuhnya yang halus. Sinar matahari yang baru muncul jatuh di atas wajahnya, menambah pesona seperti dewi yang turun ke dunia fana. Aroma manis tubuhnya terbawa angin, membuat Xu Hao merasa damai dan tenteram.
Xu Hao ikut bangkit. Namun sebelum ia sempat berbicara, Ling’er berkata dengan suara tenang, “Sekarang pergilah. Jalanmu masih panjang. Lanjutkan perjalananmu.”
Xu Hao menatapnya dalam-dalam, lalu bertanya, “Apakah kita bisa bertemu lagi di masa depan?”
Ling’er terdiam sejenak. Senyum samar muncul, namun matanya redup. “Aku tidak tahu.”
Xu Hao menarik napas panjang, lalu dengan nada berat namun penuh kelakar ia berkata, “Kalau begitu… aku tidak ingin bertemu denganmu lagi.”
Ling’er terbelalak, wajahnya memerah penuh amarah. “Bajingan!” serunya ketus.
Xu Hao langsung terkekeh, mengangkat tangannya seolah menyerah. “Aku hanya bercanda, nona. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan orang yang membantuku, juga yang memberiku bimbingan dan wawasan?”
Ling’er menunduk sebentar, lalu tersenyum lembut. “Baiklah. Kalau begitu, pergilah. Jika takdir mengizinkan, kita pasti akan bertemu lagi. Hanya saja…” suaranya melembut, “aku berharap ketika itu tiba, kau tidak berubah. Jangan sampai kau membenciku.”
Xu Hao tertegun mendengar kata-kata itu. Dengan nada serius, ia menjawab, “Aku tidak punya alasan untuk membencimu. Bahkan jika suatu hari ada alasannya… aku akan memaafkanmu. Karena semua kebaikan yang sudah kau berikan padaku.”
Ling’er menatapnya diam-diam, hatinya bergetar.
Xu Hao menghela napas, lalu tanpa ragu melompat ke udara. Tubuhnya terangkat, melayang dengan Qi barunya. Ia menoleh sekali lagi, lalu berteriak lantang, “Nona! Jaga dirimu baik-baik. Jika kita bertemu lagi di masa depan, jangan sampai wajah cantikmu menjadi keriput!”
Suara tawanya yang nyaring menggema di udara, semakin jauh seiring ia terbang menjauh.
Wajah Ling’er memerah, tangannya mengepal. “Bocah bau! Kurang ajar!” teriaknya, namun suaranya tenggelam dalam tawa Xu Hao yang memudar bersama jarak.
Ketika Xu Hao benar-benar hilang dari pandangan, hutan kembali sunyi. Hanya angin pagi yang berhembus. Namun tiba-tiba, udara di samping Ling’er bergetar hebat. Ruang seolah terpelintir, membentuk sebuah celah spasial yang berputar perlahan. Dari celah itu, keluar seorang wanita muda dengan wajah dingin. Rambut panjangnya diikat rapi, pakaian biru yang ia kenakan memancarkan aura mistis.
Wanita itu melangkah maju, lalu menundukkan kepala. “Nona Yue Ling,” ucapnya dengan suara hormat, “apakah pemuda itu benar-benar dibiarkan begitu saja?”
Ling’er menatapnya dingin. “Apa maksudmu?”
Wanita itu mengangkat wajahnya, sorot matanya penuh ketegasan. “Dia telah mengambil kesucianmu. Cepat atau lambat, dia akan menjadi ayah dari anak-anakmu. Sebaiknya bunuh saja dia sekarang, agar tidak menimbulkan masalah di masa depan.”
Ling’er menegang, lalu matanya berkilat tajam. “Bodoh. Kau tidak tahu apa-apa.”
Wanita itu tetap bersikeras. “Aku tahu, nona Yue Ling-lah yang melakukannya. Tetapi pria itu tidak pantas mengetahui kebenaran. Membunuhnya sekarang adalah langkah terbaik. Bahkan ini adalah saran terakhir dari ayahandamu sebelum mengirimkan kita ke reruntuhan kuno.”
Tatapan Ling’er berubah sedingin es. “Cukup. Itu hanya pesan terakhir ayah. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Tidak perlu kau ingatkan.” Suaranya Ling'er penuh tekanan. “Tugasmu hanya satu, membantu proses kehamilanku. Dengan teknik terlarang klan, anak ini akan lahir dalam lima bulan.”
Wanita itu terkejut, namun kemudian menunduk. “Baiklah, nona. Aku akan patuh.” Setelah hening sejenak, ia bertanya dengan suara pelan, “Berapa benih yang berhasil nona dapatkan?”
Ling’er menarik napas panjang, lalu menjawab datar, “Enam benih pada awalnya. Namun aku menghancurkan dua di antaranya, dan membagi esensi jiwa petarung ke dalam empat benih yang tersisa.”
Wanita itu terperangah. “Nona benar-benar luar biasa. Dengan cara ini, keturunan klan Serigala Mistis akan bangkit kembali dari ambang kepunahan.”
Ling’er mengangguk tipis. Sorot matanya penuh tekad. “Ayo, kita pergi ke reruntuhan. Sudah waktunya aku memasuki tidur panjang, sebelum kelahiran ini. Ketika aku bangun, klan akan memiliki harapan baru.”
Wanita itu mengangguk dalam. Ia mengangkat tangannya, membelah ruang sekali lagi. Celah spasial terbuka, memancarkan cahaya misterius. Tanpa menoleh lagi, Ling’er melangkah masuk bersama wanita itu.
Celah itu menutup rapat, menyisakan hutan yang kembali sunyi, seolah tak pernah ada sesuatu pun yang terjadi. Hanya suara burung pagi yang perlahan mengisi udara, menyambut hari baru.
Di langit alam rahasia.
Langit pagi di dalam alam rahasia begitu luas, biru jernih tanpa noda, seolah dicuci oleh kabut spiritual semalam. Cahaya matahari menembus lapisan kabut tipis yang melayang di pegunungan, membuat seluruh pemandangan seperti lukisan kuno yang hidup.
Di atas langit, Xu Hao melesat lincah, tubuhnya meliuk-liuk seperti burung rajawali yang baru saja merasakan kebebasan. Ia tidak menggunakan pedang terbang, hanya mengandalkan kekuatan tubuhnya sendiri. Pakaian biru sederhana yang ia kenakan berkibar tertiup angin, menambah kesan gagah dan bebas.
Xu Hao tersenyum kecil, perasaan senang memenuhi dadanya. Ia baru saja menerobos ke ranah Core Formation, sebuah ranah yang membuat dirinya bisa terbang tanpa bantuan artefak. Qi dalam tubuhnya mengalir stabil, napasnya panjang, auranya tenang seperti lautan yang dalam. Usia panjang yang menjadi impian para kultivator kini telah terbuka di depannya.
Namun di tengah kegembiraannya, pikiran praktis menyelinap. “Terbang dengan kekuatan sendiri memang menyenangkan,” gumamnya dalam hati, “tetapi jika sedang dikejar atau harus menempuh perjalanan jauh, kekuatan ini akan cepat terkuras. Pedang terbang tetap solusi terbaik.”
Baru saja ia hendak melanjutkan renungan, tiba-tiba tubuhnya berhenti di udara. Alisnya sedikit berkerut, matanya memandang ke kejauhan. Dengan kepekaan yang baru ia miliki setelah masuk Core Formation, Xu Hao bisa merasakan aura asing yang mendekat.
Seperti radar yang menyapu, kesadarannya meluas. Ia menemukan dua titik cahaya. dua orang sedang meluncur ke arahnya dengan cepat, keduanya berada di ranah Foundation Establishment.
Xu Hao menahan diri. Ia tidak melarikan diri, sebaliknya, ia berdiri di kehampaan, tenang seperti gunung. “Kesempatan bagus,” bisiknya pelan, “untuk menguji kekuatan baruku.”
Ia mengangkat tangan, cincin penyimpanannya berkilat. Dari dalamnya keluar sebuah pedang perak yang terlihat sederhana, namun dingin auranya. Dengan langkah ringan, ia berdiri di atas pedang itu, membiarkan tubuhnya melayang mantap di udara.
Mengikuti saran Ling’er yang ia ingat, Xu Hao menekan kultivasinya. Auranya menyusut, turun perlahan hingga hanya setara dengan Foundation Establishment tahap akhir. Wajahnya tetap datar, hanya sorot mata yang sedikit tajam.
Tak lama, dua cahaya lain mendekat. Dua pria muncul, satu tua dan satu muda, masing-masing mengendarai pedang terbang. Begitu melihat Xu Hao, senyum puas langsung tersungging di wajah mereka.
“Hahaha! Kebetulan sekali kita bertemu di sini, bocah!” seru pria tua itu, suaranya lantang. “Pak tua di depan portal sangat ingin mencincangmu, karena kau berani menginjak wajahnya!”
Xu Hao hanya menatap dingin. “Lalu, apa yang kalian inginkan?”
Pria muda tertawa merendahkan. “Bagaimana kalau kau ikut saja bersama kami menemui pak tua itu? Siapa tahu kami mendapat hadiah besar karena menyerahkanmu.”
Keduanya tertawa bersamaan, seperti sudah membayangkan keuntungan di depan mata.
Namun, tawa mereka langsung membeku ketika Xu Hao melepaskan penekanan kultivasinya. Aura Core Formation menyembur deras, bagaikan gunung raksasa yang jatuh dari langit. Udara bergetar, awan tipis berhamburan.
Mata kedua kultivator itu melebar. “Tidak mungkin! Kau… kau menipu kami!”
Xu Hao tersenyum tipis, matanya dingin seperti bilah pedang, tangannya mengarahkan kearah dua kultivator. “Selamat tinggal, orang tolol.”
Di saat berikutnya, hampir tanpa gerakan, energi pedang tipis berwarna merah pekat melesat dari belakang mereka. Energi itu begitu kecil, namun kecepatan dan ketajamannya menembus ruang. Dalam sekejap, cahaya merah menembus kepala keduanya.
Pria tua itu sempat ingin bersuara. Dalam hatinya, ia menjerit. “Bagaimana mungkin? Bocah ini… ketika pertama kali masuk ke alam rahasia, dia hanya Foundation Establishment tahap akhir! Bagaimana mungkin dalam sembilan hari sudah menjadi Core Formation!” Namun sebelum kata-kata itu sempat keluar, kesadarannya hancur. Kepalanya meledak, darah berhamburan di udara.
Pria muda hanya menatap Xu Hao dengan sorot matanya tidak rela, seakan merasa kematian ini adalah kemalangan paling konyol dalam hidupnya. Namun nasibnya sama, kepala meledak dalam sekejap, tubuhnya kehilangan nyawa, terjatuh bebas ke tanah.
Xu Hao berdiri tegak di atas pedang peraknya, tatapannya dingin. Ia mengangkat tangan, pedang terbang milik kedua pria itu tersedot masuk ke cincin penyimpanannya. Dengan jentikan jari, dua cincin penyimpanan dari mayat itu ikut tertarik, melayang ke tangannya.
Ia memeriksa isinya. Beberapa pil obat, artefak kecil, koin emas, serta pernak-pernik lain. Xu Hao tersenyum tipis, jelas senang dengan perolehan itu. Semua benda segera ia masukkan ke dalam cincinnya sendiri.
Matanya lalu menatap ke bawah. Dua mayat tanpa kepala jatuh berdebam di tanah hutan, darah menyebar membasahi rerumputan. Angin pagi berhembus, membawa bau amis samar ke udara.
Xu Hao bergumam pelan, suaranya mengandung ketegasan. “Aku tidak bisa membayangkan… bagaimana jika aku berada di posisi mereka? Mati begitu saja, tanpa perlawanan berarti.”
Ia menggelengkan kepala, menutup matanya sejenak. “Mulai saat ini… aku tidak boleh menyepelekan siapa pun. Sekali lengah, kematian menungguku dengan cara yang sangat tidak mengenakkan.”
Ia menarik napas panjang, lalu tubuhnya kembali melesat ke langit, pedang peraknya membawanya menembus udara. Angin pagi menyambutnya, awan putih berlarian di sekitar. Senyumnya samar, namun matanya penuh semangat.
“Alam rahasia ini masih panjang untuk dijelajahi,” pikirnya. “Dan petualangan sesungguhnya baru saja dimulai.”
plotnya juga terlalu santai.
baru 1 bab aja udah kelam banget