NovelToon NovelToon
Andum

Andum

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyelesaikan masalah dengan masalah lainnya

Berita ribut-ribut di rumahnya Adi tentu bisa cepat sampai ke telinga Fai dan suaminya, Delta. Apalagi sang ibu sampai jatuh pingsan gara-gara keributan yang bersumber dari sejenis manusia bernama Dewi Amora.

"Nikahi dia Ar.." Ketika sadar itulah kata-kata yang diucapkan Yani.

Arraz, meski dengan hati hancur lebur. Meski dengan perasaan tak suka, meski rasa cintanya sudah terkikis habis untuk sang Dewi, namun anggukan kepala langsung terlihat kala ibunya meminta dirinya melanjutkan pernikahan dengan Dewi Amora.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Fai pada adiknya yang sedang mengambil air minum di dapur.

"Nggak apa-apa." Jawab Arraz tanpa senyuman.

"Dari kemarin belum makan kan? Mau mbak buatkan nasi goreng?" Fai mengusap punggung adiknya pelan.

"Udah. Nggak perlu mbak. Aku nggak laper."

Arraz memperhatikan semua kesibukan para tetangga yang ada di ruang tamu rumah orang tuanya. Mereka sedang bantu-bantu menyusun parsel dan membuat kue. Di tempat Arraz, gotong royong seperti ini masih banyak terjadi. Ketika ada tetangga mau hajatan, para sanak saudara juga tetangga dekat rumah yang lain akan saling bantu menyumbang tenaga dengan suka cita tanpa berharap imbalan untuk membalas jasa mereka. Semua dilakukan tanpa pamrih.

"Ibuk gimana mbak?" Kembali Arraz meneguk air di gelas. Menghabiskannya dalam sekali teguk.

"Ibuk cuma syok. Tapi nggak apa-apa. Mbak lebih khawatir sama kamu, kamu yakin akan tetap lanjutin pernikahanmu dengan Dewi?" Fai menatap Arraz iba.

"Iya. Ibuk maunya kayak gitu. Ya udah."

Jika itu orang lain yang berada di posisi Arraz, mungkin akan memilih kabur dari rumah atau membangkang permintaan orang tuanya. Tapi ini Arraz, dia bukan lelaki seperti itu. Apa itu kabur? Ada masalah ya hadapi lah!

Merasakan perutnya tak enak, Arraz meminta ijin pada kakaknya untuk kembali ke kamarnya. Fai mengijinkan begitu saja. Biarkanlah, mungkin adiknya itu butuh istirahat menenangkan pikirannya.

Di kamar, Arraz membaringkan tubuhnya. Dia miring ke kanan, menghadap ke tembok, dia menikmati semua rasa sakit dalam dirinya. Iya di hati, iya di perutnya. Pikirannya melayang jauh ke masa depan. Bagaimana dirinya nanti menjalani kehidupan rumah tangganya jika istrinya saja punya penyakit kelamin menular?

Sedang kalut-kalutnya, pintu kamar terbuka. Arraz mengerutkan kening kala yang dia lihat masuk ke dalam kamarnya bukan saudara atau kerabatnya tapi malah Zea. Iya Zea!

"Lho, eh.. Maaf pak guru, saya disuruh naruh parsel ini di kamar katanya. Saya salah kamar apa bagaimana ini ya? Maaf ya pak guru, saya nggak ngerti..." Zea akan mundur lagi, dengan membawa kembali parsel buah di tangannya.

"Tunggu Ze." Arraz berdiri. Sedikit sempoyongan karena gerakan mendadak yang dia lakukan.

"Eh, pak guru! Pak guru mau ngapain?"

Arraz menarik tangan Zea masuk ke dalam kamarnya. Dikunci!

"Ze, kamu tau kan saya mau menikah?" Tanya Arraz berada di depan Zea.

"Tahu, pak. Makanya saya ke sini buat bantu-bantu kan?"

Mereka saling pandang. Bicara dengan jarak dekat.

"Tapi, calon istri saya itu ternyata titisan Medusa yang udah mengupgrade diri sedemikian rupa sampai saya nggak sadar jika wanita itu jahat sekali. Saya difitnah, tapi saya harus tetap menikahi dia."

"Waduh. Kalau itu saya harus bilang kasihaaaan. Saya turut prihatin, pak."

"Bisa saya minta bantuan kamu buat bikin dia menyesal karena sudah maksa saya menikahinya?"

"Bantu? Bantu apa pak? Saya harus bagaimana?"

"Kamu mau bantu saya?"

"Hmmmm.. Boleh. Kata ibuk saya, kalau ada orang yang minta bantuan, sebaiknya kita bantu sebisanya kita."

"Oke good."

Setelah bicara begitu, Arraz membuka tirai kaca di kamarnya. Dia matikan lampu setelah itu.

"Lho pak, ini kenapa malah gelap-gelapan kayak gini? Saya takut gelap pak." Zea kebingungan bercampur ketakutan.

"Saya nggak akan ngapa-ngapain kamu, tapi saya minta tolong sama kamu buat akting. Kamu bisa akting?"

"Akting apa pak, jangan matiin lampu bisa nggak pak? Mana ada orang akting gelap-gelapan gini?!"

"Kamu teriak aja. Sekeras yang kamu bisa, minta tolong. Dan nanti ketika saya udah buka pintu kamar ini, kamu bilang sama orang-orang kalau saya sudah melecehkan kamu. Bisa?"

"Buset! Nggak ada yang lain gitu pak? Kok agak ekstrim gitu ya."

"Nggak Zea. Teriak sekarang. Yang kenceng."

Meski dalam kegelapan, Arraz bisa melihat jika Zea mengangguk menyetujui ide gilanya.

"Aaaaaaah... Tolooooooooool eh... Tolooooooooong!! Ibuu ibuuuuuu, bapaaaaak bapaaaaaaak semua yang ada di siniiiiiiiiiii!!"

Arraz malah melongo. Lah, dikira cupu ternyata suhu!

"Ada apa?? Zea? Zea kamu di dalam??" Itu suara bi Tias.

"Iya buuuuk, tolongin buuuuk."

"Aaah.. Jangan teriak Ze, nanti orang-orang malah ke sini. Saya belum selesai Ze." Arraz ikutan gila.

"Ya Allah! Zea, mas Arraz!! Mas Arraz, Zea diapain mas?!" Bi Tias terdengar panik.

"Aaaah.. Iya Ze, kamu pinter banget.. Sekali lagi Ze, aku masuk ya?!" Arraz makin jadi aja dia.

Zea plonga plongo. Yang di luar kebingungan, yang di dalam pinter banget aktingnya. Zea bertanya dengan nada dramatis..

"Paaaaak.. Ini boleh dibuka nggak paaaaak? Aku mau makan ini pak!"

Arraz tersenyum mengangguk. Zea lalu membuka... Parsel gaess parseeeel!!

"Makan aja Ze, semua ini milikmu!" Tentu Arraz berkata dengan suara keras.

"Ya Allah Gusti. Kalian ngapain di dalam?? Buka pintunya Ar!! Jangan gila kamu!!" Ini suara mbak Fai.

Arraz mengacak rambutnya. Dia mendekati Zea, lalu membisikkan kata terimakasih. Karena memang tirai jendela di buka, Arraz jadi bisa melihat jika Zea manggut-manggut polos sekali.

"Saya akan buka pintu. Nanti kalo ada yang tanya kamu di sini tadi ngapain, kamu jawab aja--"

"Dilecehkan?" Sahut Zea cepat.

Arraz mengacak rambut gadis di depannya. "Iya. Makasih ya, Ze."

"Sama-sama pak. Makasih udah bolehin saya makan ini nya pak guru." Zea menaruh pir yang baru saja dia koyak dengan giginya.

Keduanya cengengesan menahan tawa. Senyum itu pudar ketika Arraz benar-benar membuka pintu kamarnya. Di depan sudah ada banyak orang. Arraz pura-pura menaikkan resleting celananya. Rambut acak-acakan, kondisi kamar yang masih gelap gulita, dan di sana ada Zea yang duduk di tepian ranjang milik Arraz.

"Astaghfirullah... Zea!! Sini nak.. Kamu diapain tadi sama mas Arraz?" Bi Tias merangsek masuk ke dalam kamar. Membawa Zea untuk keluar. Dia belai wajah Zea yang tak terdapat tanda-tanda dianiaya.

"Dilecehkan, buk." Jawab Zea enteng.

"Ya Tuhan, Ar. Udah gila kamu ya?!" Fai mendorong adiknya kesal.

"Ya gimana, namanya pengen." Arraz cuek banget ngomongnya.

Yani mendekat dan langsung menampar Arraz dua kali. Adi ingin menggantung anak bungsunya itu jika bisa. Dan Delta, kakak ipar Arraz dia hanya geleng kepala karena semua yang dia ingin lakukan sudah diwakili semua orang di sana.

"Besok kamu akan menikah dengan Dewi tapi sekarang kamu menodai bocah belasan tahun, kamu taruh di mana otakmu itu sebenarnya hah?" Yani mendorong bahu Arraz dengan emosi meletup-letup.

"Huhuhuuu.. Gimana nasib kamu sekarang Ze. Ya Allah nak, kalau tau bakal kayak gini.. Tadi ibuk nggak bakal minta kamu buat ikut ibuk ke sini.." Bi Tias sudah menangis tersedu-sedu.

Yani kembali memukul Arraz. Kali ini dada anaknya yang dipukul. Arraz memalingkan wajahnya tak ingin menatap wajah ibu, ayah atau Fai.

"Kamu tau, perbuatan mu ini sudah merusak masa depan bocah di bawah umur?" Adi berusaha menahan amarahnya.

"Tau." Arraz berkata tanpa rasa takut sambil memandang ke sisi lain. Dia masih tak ingin bertatapan dengan siapapun.

Lama-lama Zea kasihan juga sama Arraz. Lelaki yang nanti bakal jadi gurunya itu diam saja ketika ibu dan keluarganya menuding Arraz melakukan hal yang tidak-tidak. Bukankah sebenarnya Arraz ini adalah korban? Korban dari kebusukan sang calon istri. Belum kelar masalah satu, malah sengaja nambah masalah lain lagi. Si Arraz ini hobi banget ngumpulin masalah apa bagaimana sih?

"Jangan salahin pak guru terus buk.." Zea bersuara.

Semua mata memandang ke arahnya. Termasuk Arraz. Arraz sudah menggeleng pelan, samar sekali tapi dapat Zea lihat.

"Sekarang semua udah kayak gini.. Zea masih kecil, tapi sudah kehilangan kehormatannya.. Mau tidak mau Arraz harus tanggung jawab." Adi memberi solusi.

"Tanggung jawab gimana, yah? Jangan bilang kalau Arraz harus menikahi Zea?! Itu nggak mungkin! Tiga hari lagi Arraz akan menikah dengan Dewi. Dia sudah punya calon istri, yah!" Yani makin kacau saja. Suaranya meninggi.

"Lalu bagaimana dengan Zea, bu? Zea juga korban di sini! Anakmu ini lama-lama tak kebiri aja biar nggak bisa macem-macem sama burungnya!"

"Ya sudah.." Arraz menimpali.

"Ya sudah apa? Mau dikebiri??" Ujar Yani, Adi dan Fai hampir bersamaan.

Arraz mengambil tangan Zea. "Saya akan bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan pada Zea. Saya akan menikahi Zea."

"Zea masih kecil mas.. Ya Allah.." Bi Tias ingin pingsan rasanya.

"Lalu Dewi bagaimana?" Tanya Yani mengerutkan keningnya.

"Aku tetap akan menikah dengan Dewi, sesuai permintaan ibuk. Tapi sebelum itu, Zea yang akan aku nikahi lebih dahulu. Menjadi istri pertama ku."

"Edan!"

"Gila!"

"Parah!"

Ketiga suara itu dari Yani, Fai dan Delta. Bi Tias hanya bisa beristighfar aja. Dan Zea, dia yang nggak di briefing lebih dulu jadi melotot ingin menggetok kepala pak guru itu dengan kampak naga geni 212.

1
Dewi kunti
😂😂😂😂😂 nganti apal
Dewi kunti
Yo gede anu ne kok🤭🤭🤭
99% Menuju Tobat😇
seperti apa?
maaf aku yg polos ini bertanya dengan nada dering selembut2nya.. tolong dijawab, jangan dijokiin😐
Alya Karunia
dari senyum" terus nyengir eh kok bablas ketawa baca bab ini 😄😄
Hikari Puri
akhirnya setelah sekian kali diphp othornya,kelakon jg adegan kokop mengkokopnya🤭🤭
vanilla
kayane udah gak buka lowongan deh Thor...buat gantiin patungnya
vanilla
mungkin rokok...
vanilla
hadeuhhh thorrr...làgi makan pagi inihhh
vanilla
readers kecewa gak jdi kokopan..
Alya Karunia
ga bisa berkata kata lagi sama kelakuan mu Wi Wi 😡
99% Menuju Tobat😇
mungkin tulang patah🤔
𝐙⃝🦜尺o
cinta koq punya selingan, ancen gendheng si dewi
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
rai gedeg si Dewi Kunti ini malah buka aib didepan mertua dan emaknya hahhah wes budhe gek akenen megat wae mantu bosokmu iku hahahah
ora mangan nongko keno pulute awakmu arr kuapokkkkk
Dewi kunti
ak Ki gur gemes pingin ngruwes Sik jengger pitik
Mrs. Dinold
semangat semangat yg nulis..,,selalu d tunggu up nya..🥰🥰🥰
🍊 NUuyz Leonal
urat malunya udah di bikin bakso kayak nya si Dewi 🤦🤦🤦
🍊 NUuyz Leonal
kan kan akhirnya kamu membuka bobrok nya kamu sendiri 😏😏
🍊 NUuyz Leonal
ini ternyata maksudnya 😫😫😫
🍊 NUuyz Leonal
Baru tau perumpamaan nya udah di ganti ya🤣🤣🤣
99% Menuju Tobat😇
tengah jalan loh ini.. mau digerebek trus dinikahkan lagi?🤔🤔🤔🤔
99% Menuju Tobat😇: tolong jgn terulang lagi😳😳😳
Dfe: ya ampuuuuun idenya bagus bingoooooo🤩🤩
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!