NovelToon NovelToon
Beginning And End Season 2

Beginning And End Season 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Cintapertama / Balas Dendam / Romansa Fantasi / Anime
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

Lanjutan dari Beginning And End.

Hasane Reina... selamat dari kematian. Di rumah sakit Osaka, mayat Reina di bawa oleh dua perawat. namun setelah perawat itu mengunci pintu kamar mayat, terungkap identitas yang membawa Reina ke ruang mayat, yaitu Reiz dan Tia.

Reiz dan Tia menukar mayat Reina dengan boneka yang hampir menyerupai diri Reina. Lalu Reina secara diam diam di bawa ke Rusia, untuk menukar jantung nya yang rusak dengan jantung robot yang akan bertahan di akhir tahun.

Namun supaya dapat hidup selama nya, Reina harus mencuri sebuah jantung, sumber kehidupan. Namun yang ada di benak Reina saat ini adalah membalas kan dendam nya kepada ayah kandungnya sendiri, Yaitu Hasane Danton. Reina berencana akan mengambil jantung Danton dan membunuh nya dengan sangat keji.

Apakah Reina berhasil? dan apa yang akan Reina lakukan selanjutnya? apakah dia masih menyembunyikan diri nya bahwa dia masih hidup kepada Kei dan yang lainnya? itu masih sebuah misteri....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 : Kenangan Alice si teman masa kecil Leon.

Reina, dengan senyum simpatik, mengangguk pelan. "Jadi begitu..." katanya, suaranya lembut, menunjukkan pemahaman. Ia menyesap teh chamomile-nya, menunggu Alice melanjutkan ceritanya. Tatapannya yang hangat menunjukkan rasa empati yang tulus.

Alice menjatuhkan sumpitnya dengan bunyi clack yang cukup keras di atas meja, menunjukkan frustrasinya. Rambutnya yang hitam di sebelah kiri dan putih di sebelah kanan, bergoyang-goyang mengikuti gerakan kepalanya yang tiba-tiba. Mata hijau zamrudnya yang tajam, memancarkan kekecewaan yang mendalam. "Hahh… baiklah… aku akan menceritakannya…" suaranya berat, seakan membawa beban kenangan pahit.

Flashback

Udara Moskow di musim panas terasa menyesakkan. Matahari yang terik membakar aspal, membuat udara terasa panas dan berdebu. Alice, dengan rambut hitam dan putihnya yang diikat tinggi, berlari kecil menuju Leon yang sedang duduk di bawah pohon rindang di halaman sekolah. Napasnya tersengal-sengal, menunjukkan betapa semangatnya ia ingin bermain bersama Leon.

"Leon! Leon!" suaranya riang, penuh dengan antusiasme anak kecil. Ia melambaikan tangannya, menunjukkan kegembiraannya. Wajahnya yang biasanya dingin dan penuh perhitungan, kini tampak cerah dan penuh harapan.

Leon, dengan rambut putih gradasi merah mudanya yang agak panjang, menatap Alice dengan ekspresi yang sedikit canggung. Ia mengusap keringatnya dengan lengan bajunya, menunjukkan rasa tidak nyamannya. Senyumnya terlihat terpaksa.

"Aduh… Alice…" suaranya lembut, namun diwarnai sedikit keraguan. Ia mencoba bersikap halus, namun kata-katanya terdengar menyakitkan bagi Alice. "Kita ini sudah besar… main masak-masakan itu sudah nggak level dengan usia kita…" Ia menggaruk kepalanya, menunjukkan rasa tidak enak hati. Tatapannya menghindari kontak mata dengan Alice.

Alice mengembungkan pipinya, menunjukkan rasa kecewanya yang besar. Air matanya mulai menggenang di pelupuk mata. "Yaudah, ayo pergi ke taman!" suaranya sedikit bergetar, menunjukkan kecewaannya yang terselubung. Ia mencoba menahan air matanya, namun suaranya terdengar sedikit terisak.

Tiba-tiba, Alisiya dan Andras muncul dari balik pohon, menciptakan kejutan yang tak terduga. Alisiya, dengan rambut pelanginya yang berkilauan, berlari riang ke arah Leon, menarik tangannya dengan penuh semangat. Andras, dengan rambut ungu tuanya yang panjang dan bergelombang, tersenyum tipis dari kejauhan, menunjukkan sikap yang sedikit sombong.

"Hei, Leon… mau ke kantin?" suara Andras sedikit bernada menggoda, menunjukkan sikapnya yang percaya diri.

Alisiya, dengan mata yang berbinar-binar, menarik tangan Leon dengan erat. "Ayo, Leon… masa kamu ninggalin Andras sih… kan kamu pacaranya dia…" suaranya riang, namun kata-katanya menyakitkan bagi Alice. "Sepulang sekolah, kita pergi ke taman, yuk!" Ia menatap Leon dengan penuh kasih sayang.

Alice terpaku di tempat, menyaksikan Leon pergi bersama Alisiya dan Andras. Gigi-giginya menggeretak, menunjukkan rasa kesalnya yang terpendam. Tangannya mengepal erat, kuku-kukunya menancap ke telapak tangannya. "Ihh… dasar…" gumamnya, suaranya penuh dengan kekecewaan dan rasa sakit hati. Air matanya mengalir deras di pipinya, menunjukkan rasa sakit yang mendalam. "Padahal aku teman masa kecilnya…" Ia terisak pelan, menunjukkan betapa hancurnya hatinya.

End Flashback

Alice menatap Reina, matanya masih berkaca-kaca. Suaranya bergetar saat ia berbicara. "Cih… si Leon itu…" Ia menunjuk Alisiya dengan sumpitnya, menunjukkan rasa kesalnya. "Padahal aku teman masa kecilnya… dan dia lebih memilih Alisiya…" Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan emosinya. "Aku maklum kalau Andras ada di sana, karena saat itu Leon memang berpacaran dengan Andras, tapi… Leon bahkan tidak melirikku sama sekali!" Ia menekankan kata-kata terakhirnya, menunjukkan rasa sakit hati yang masih tersimpan dalam dirinya.

Alisiya, dengan wajah yang penuh penyesalan, mengangkat kedua tangannya. "Alice… maaf ya… aku nggak bermaksud…" suaranya lembut, menunjukkan rasa penyesalan yang tulus. Ia menatap Alice dengan mata yang penuh simpati.

Alice menghela napas panjang, mencoba meredakan emosinya. "Hah… lupakan saja…" katanya, suaranya lebih tenang, namun masih terdengar sedikit getir. "Kita kan rekan agen rahasia… jangan sampai masalah kecil ini merusak kerja sama kita." Ia tersenyum tipis, mencoba menunjukkan sikap profesionalismenya.

Alisiya menggaruk kepalanya, menunjukkan rasa lega. "Iya deh… Alice…" suaranya lebih riang, menunjukkan rasa syukurnya. Ia mengerti bahwa persahabatan mereka lebih penting daripada masalah masa lalu.

Jimmy, dengan senyum mengejek yang menyebalkan, menyela. Rambutnya yang cepak dan berkilau memantulkan cahaya lampu, menonjolkan wajahnya yang sedikit sombong. "Ya, wajar Leon nggak mau main sama kamu, Alice," katanya, suaranya bernada meremehkan. "Umur segitu, masih ajak Leon main masak-masakan anak TK? Lucu banget!" Ia tertawa terbahak-bahak, suaranya nyaring dan sengaja untuk memancing Alice.

Alice langsung bereaksi. Wajahnya memerah, urat-urat di lehernya menegang. Ia berdiri dengan sentakan, kursi tergeser dengan bunyi berderit. "Diam, botak!" suaranya bergetar menahan amarah. Ia menunjuk Jimmy dengan sumpit, jari-jarinya gemetar. Rambutnya yang hitam dan putih seakan berdiri tegak karena amarahnya. Mata hijau zamrudnya menyala tajam, memancarkan aura bahaya.

Jimmy, sama sekali tak gentar, malah menyeringai lebih lebar. "Hei! Jangan ejek kepala botakku, dasar bocil!" Ia menaikkan dagunya, menunjukkan sikap menantang. "Makan banyak lain kali, biar tinggi!" Ia tertawa lagi, suaranya nyaring dan penuh ejekan. Ia sengaja menggerakkan kepalanya, menunjukkan kebotakannya dengan bangga.

Alice, dengan wajah merah padam, mendekati Jimmy dengan langkah cepat dan penuh amarah. Tangannya mengepal, siap untuk menghajar Jimmy. "Apa?!" suaranya hampir berteriak, menunjukkan kemarahan yang sudah di luar kendali.

Helena, yang sedang menikmati ramennya dengan tenang, mengangkat tangannya, mencoba meredam situasi yang semakin memanas. Gerakannya halus dan tenang, berbeda jauh dengan suasana yang kacau. "Sudah-sudah…" suaranya tenang namun tegas, menunjukkan otoritasnya sebagai pemimpin tim. Ia mengunyah ramennya dengan perlahan, menunjukkan sikapnya yang terkendali. "Daripada bertengkar, lebih baik kita fokus pada misi selanjutnya…" Tatapan matanya yang silver tajam, menembus ketegangan di ruangan.

Mike, dengan ekspresi wajah yang tenang dan sedikit khawatir, mengatakan kepada Helena, "Habisin dulu makananmu, Helena…" Suaranya lembut, mencoba menenangkan Helena. Ia sedikit menggeser kursinya mendekati Helena dan Jimmy, siap memperantarai jika diperlukan.

Helena menelan ramennya dengan cepat, menyeka mulutnya dengan tisu. "Udah…" katanya, suaranya tegas. Ia mengeluarkan jam tangan canggihnya, sebuah perangkat teknologi futuristik yang berkilauan di bawah cahaya lampu. Dengan sentuhan jari yang terampil, ia menampilkan hologram tiga dimensi yang berisi informasi yang telah ia catat. Hologram tersebut tampak melayang di udara, menunjukkan keahlian teknologi yang mereka miliki.

"Sesuai informasi yang kudapatkan dari Andras dan Leon," Helena berkata, suaranya serius, menarik perhatian semua orang. "Besok adalah penampilan piano Sirosaki Emi di Stadion Kuroku. Aku sudah menyelidiki lokasi tersebut. Jadi… siapa yang akan berbicara dengan Emi setelah dia tampil?" Ia menatap teman-temannya satu per satu, menunggu jawaban mereka. Tatapannya serius dan penuh perhitungan.

Alice, yang masih menahan amarahnya, langsung mengangkat tangannya, menunjukkan kesiapannya. "Aku saja," katanya, suaranya penuh tekad. "Lagipula, aku pengin tahu banyak tentang Emi. Waktu aku melihatnya bertarung menggunakan shotgun, aku sangat terkesan! Dia sangat lincah dan cepat!" Ia tersenyum, namun senyumnya masih diwarnai sedikit sisa-sisa amarah.

Reina, dengan anggukan kepala yang tenang dan penuh pengertian, menunjukkan persetujuannya. "Baiklah, Alice. Semuanya sudah diatur. Rencana selanjutnya akan dilakukan setelah penampilan Emi." Senyumnya ramah, namun matanya menunjukkan ketajaman dan kesiapan. Suasana tegang sebelumnya kini telah mereda, diganti dengan suasana yang lebih tenang dan penuh optimisme. Mereka siap menghadapi misi selanjutnya, dengan kekuatan tim yang solid.

1
Riri
ini bukan maha karya, ini sebuah wahyu yang di tulis dengan tinta jiwa dewa author 🤓🙀
secret: wihhh 😭🙏🙏
total 1 replies
Rezaa..
semoga season dua lebih bagus dari season satu... no momy Andras 😭
secret: gapapa... nanti Andras muncul lagi kok... tapi nunggu lama ya wkwkw
total 1 replies
Rezaa..
baru bangun dari kematian lansung rasis si Reina cok 🤣🤣
secret: rasis dulu sebelum membantai /CoolGuy/
total 1 replies
esere
Serius... cerita ini walaupun panjang, tapi seru... karakter karakter nya unik sama narasi nya hidup gitu... pokok nya setia dari s1 🔥
secret: yoi dong 🤝
total 1 replies
esere
hampir kenak parani gara gara Reina mati 😭😭
secret: Dawg... mereka lansung putus asa baca waktu Reina mati 🤣
total 1 replies
Author Sylvia
semangat,moga rame yang baca/Smile/
secret: makasih ya author... kamu juga!!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!