Pembalasan Istri Yang Dianggap Bodoh (Skenario Istri)

Setelah Ayana pergi, Kai berjalan ke arah kamar adik tirinya. Saat membuka pintu kamar, ia melihat Grace sendang bertelepon dengan seseorang.

“Semalam kami benar-benar mabuk, Bang. Jadi Ayana nginep di rumah ku, hubungi aja lagi mungkin dia sudah bangun sekarang. Oke, aku tutup dulu... aku harus sarapan.“

“Siapa?“ Tanya Kai setelah Grace menutup panggilan nya dengan Darius.

Grace tersentak mendapati Kai menguping, ia berdecak kesal. “Kakak masih marah? Apa aku harus sarapan di kamar? Bisakah nanti aku ketemu Ayana di kamarnya?“

“Dia baru aja pergi!“

“Hah? Kakak ngusir dia? Semalam murni kesalahan ku, kak! Aku yang berinisiatif menelepon pria bayaran, Ayana tak tau apa-apa jangan salahkan dia!“

Kai menoyor dahi adik tirinya, “Kakak nggak ngusir dia, tapi dia sendiri yang pergi! Mungkin dia harus mengurus suaminya di rumah.“

“Bener? Kakak nggak macem-macem sama temanku?“ mata Grace menyipit curiga.

Kai mengangkat bahunya, “Ngomong-ngomong, kamu belum menceritakan secara detail tentang rencanamu bersama teman mu itu. Tepatnya, apa yang kalian rencanakan agar Ayana berpisah dari suaminya itu?“

“Ck! Kenapa kakak harus penasaran!? Ini urusan kami berdua...“

“Ini urusan kakak juga, kau bilang butuh akses ke setiap proyek di perusahaan dan kakak harus percaya padamu. Sekarang kakak ingin tahu tentang rencana mu karena tak ingin kamu merugikan perusahaan.“

Grace mendengus, “Aku hanya akan menggunakan beberapa puluh atau ratus miliar uang perusahaan demi rencana kami berdua, nggak mungkin buat perusahan rugi karena nilai saham saja bernilai triliunan. Jangan pelit pada adikmu ini, kelak... aku akan membuat perusahaan untung banyak. Oke?“

“Tetap saja, kakak berhak ikut campur.“

“Apa mau kakak?“

“Kakak hanya perlu tau setiap kegiatan teman mu setiap hari.“

“Untuk apa?“

“Jangan banyak tanya, tapi jangan sampai dia tau kalau kakak meminta mu melaporkan setiap kegiatan nya.“

“Baiklah, asal kakak gak halangi urusanku.“

“Hm, lalu... apa dia masih berhubungan badan dengan suami nya itu?“

Pertanyaan aneh dan konyol?

Bahkan Grace langsung menaruh curiga pada kakak tirinya itu, kenapa sampai urusan ranjang Ayana kakaknya itu sampai ingin tau?

“Kak, are you okay? Otakmu terbentur sesuatu atau kamu sedang bertengkar dengan Cassandra?“

Benar! Pertanyaan darinya memang terdengar sangat konyol.

“Sudahlah, aku tak perduli.“ Dengan wajah masam, Kai keluar dari kamar Grace.

“Kak, tunggu! Sampai kapan aku dihukum?“

“Hukuman mu selesai, tapi kalau kau tak bisa mengatur hidupmu lagi... kakak akan segera menikahkan mu kalau kau begitu inginnya berhubungan dengan laki-laki!“

“Enak saja, ini hidupku! Aku akan menikah dengan laki-laki pilihan ku sendiri!“

Kai menghela nafasnya seraya melangkah menuju ruangan makan, jika soal berdebat Grace memang selalu pintar dan ia selalu mengalah pada adik tirinya itu.

Di meja makan, Kai baru saja selesai menerima telepon saat Grace bergabung dengan nya di meja.

“Ohya... sebentar lagi Mama dan Papa kembali ke tanah air, begitu pun Leoni. Kakak tau sejak orang tua kita menikah, Leoni tak pernah menyukai mu. Kau selalu bersikap lebih dewasa darinya, jadi jika ada masalah yang ditimbulkan Leoni nanti... sikapi dengan bijak. Kau tau, Papa terlalu memanjakan nya dan jika ada masalah kamu akan dimarahi Papa jadi sebisa mungkin hindari saja Leoni.“

“Aku tau, kakak lah yang selalu menyayangi ku. Makasih, Kak.“ Grace benar-benar bersyukur, di keluarga barunya Kai begitu menyayangi nya seperti adik kandung sendiri.

“Kakak akan mengecek perusahaan hari ini, nanti siang ajak teman mu makan siang. Kakak akan reservasi restoran, kita akan makan bersama.“

“Kenapa harus ajak Ayana?“ Grace mulai curiga lagi.

“Bawa saja!“ Kai pun selesai sarapan dan beranjak dari kursinya.

Grace mengetuk-ngetuk kepalanya, dia tak mendapatkan jawaban atas sikap aneh Kai terhadap Ayana.

•

•

•

Sesuai permintaan Kai, Grace membawa Ayana makan siang bersama di ruangan pribadi sebuah restoran. Keduanya sedang membicarakan rencana selanjutnya untuk Darius.

“Investasi 30 miliar? Kau gila!“

“Aku sudah gila sejak aku memergoki Darius dengan Mona! Tenang saja, kau pancing dengan 30 miliar hanya untuk mengikat Darius. Dengan uang itu, dia akan semakin percaya padamu. Nanti kau siapkan segala dokumen tentang perjanjian investasi ini, kita akan bermain disana.“

Grace akhirnya mengerti, “Kau cerdik juga, memang pantas karena kau kuliah bisnis dulunya. Sayang sekali kau hanya jadi ibu rumah tangga, menyia-nyiakan bakat mu dalam berbisnis.“

“Aku sudah berusaha yang terbaik menjalani peran ku sebagai istri nya dengan baik selama 3 tahun ini, menuruti semua keinginan nya dan menghargai dia sebagai suami. Aku berhenti berkerja karena tak ingin ego nya terluka jika aku lebih sukses darinya, aku hanya ingin menjalani pernikahan dengan bahagia. Cih... sebenarnya, definisi bahagia itu apa?“

Ayana menghela nafas panjang, ia merasa dua tahun berpacaran dan menikah selama 3 tahun bersama Darius terasa sia-sia. Hubungan lima tahun lamanya, Ayana benar-benar tak mengenal sifat asli Darius.

“Bahagia itu kita yang ciptakan, jika tidak bahagia untuk apa terus dipertahankan?“

Tiba-tiba saja ada suara bariton yang menjawab Ayana dari arah pintu, seketika bulu halus di sekujur tubuh Ayana berdiri karena ia bisa mengenali suara itu.

Ayana menoleh ke arah Grace dengan pandangan kesal. “Kau meminta Kakak tirimu datang? Kenapa kau tak bilang dulu padaku?!“

“Egh itu__“

“Aku yang minta adikku untuk mengajak mu makan siang, bukankah kau kabur tadi pagi dan kita belum menyelesaikan urusan kita.“ Kai berjalan ke arah meja dan langsung duduk di kursi kosong tepatnya di samping Ayana.

“Kursi kosong masih banyak, bisakah kamu duduk di kursi lain.“ Ayana tak nyaman duduk berdampingan dengan pria itu, wajahnya tak terlihat ramah melihat kehadiran Kai.

Kai mengangkat dagunya tinggi, mengeluarkan aura dingin di sekitar tubuhnya. “Makan, lalu kita bicara!“

“Kamu!“ geraman terdengar dari bibir Ayana.

Kai menatap ke arah makanan yang sudah tersedia di atas meja, dia menunjuk salah satu menu. “Aku ingin itu, ambilkan!“

Tak ada yang bergerak, Ayana maupun Grace tidak tahu untuk siapa perintah Kai. Dengan lirikan tajam, Kai menoleh ke samping dan menatap Ayana. “Kau berhutang padaku atas perilaku mu semalam, apa kau ingin aku membeberkan kejadian semalam yang terjadi pada kita berdua pada adikku?“

“Apa?! Apa yang terjadi semalam pada kalian? Apa saat semalam mabuk, kau berbuat sesuatu Ay?“ Grace tiba-tiba saja penasaran sekaligus bersemangat.

Ayana melotot pada Kai, namun tak mampu melawan. “Diam! Aku ambilkan.“

Tanpa perlawanan namun penuh keterpaksaan, Ayana mengambil menu di atas meja makan dan menaruh di piring lalu menyodorkan ke arah Kai.

“Hm, kau penurut juga.“ Kai tersenyum tipis.

Kalau aku gak malu atas perbuatanku padamu semalam dan tak ingin Grace tau, aku nggak mungkin menuruti mau mu! Dasar pria menyebalkan! Rutuk Ayana.

“Berhenti menatapku dengan pandangan penuh kejengkelan dan juga berhenti mengutukku dalam pikiran mu! Jangan sampai kau jatuh cinta padaku karena perbedaan benci dan cinta sangat lah tipis!“ Cibir Kai, seolah tau apa yang dipikirkan Ayana pria itu malah sengaja mengatakannya dengan lantang.

Sementara Grace duduk dengan pandangan menyelidik bergantian ke arah Ayana dan Kai. Sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka semalam?