Semua telah terjadi, Zhang Gu Yue tersadar akan segala kebodohan nya, namun semua telah sia-sia. Kini dengan tubuh yang telah hancur dan bayi nya yang bahkan belum sempat melihat dan merasakan bagaimana hangat nya sinar mentari, mereka sama-sama terkapar di atas tanah yang begitu dingin bak tak memiliki perasaan. Tubuh itu mati dengan segala rasa penyesalan dan rasa sakit yang tak terbayang lagi.
Namun kini ia, Zhang Gu Yue kembali diberi kesempatan terlahir kembali. Ia berjanji akan menebus segala kesalahan dan kebodohan nya di masa lalu.
📌 Note :
1. Jangan plagiat
2. Kalau gak suka ya udah gapapa gak usah di baca
3. Selamat baca bagi yang mau
4. Jangan lupa vote dan komen nya
5. CERITA FIKSI (KHAYALAN PENULIS)
THANK YOUUU🤍
《 va_jiyoon 》
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon va_jiyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
《 07 》 Munculnya Zhang Gu Yue
...🤍🤍🤍...
"Lancang!" ucap Jendral Zhang Yan berdiri dari duduk nya.
"Siapa kau berani meminta hal tersebut atas nama keponakan ku" ucap Mentri Gu Yizhen menatap Zhang Gu Yue tajam.
"Siapa dirimu?" tanya Kaisar Tianzhi. Dia berusaha tetap tenang, walaupun di dalam hatinya ia sudah mengumpat atas kelancangan gadis di depan nya.
Tentu saja ia paham niat gadis kecil di hadapan nya itu. Walaupun tidak mengatakan nya secara langsung, sebenarnya gadis itu menginginkan pertunangan antara putra nya dan Nona Zhang dibatalkan.
Zhang Gu Yue tersenyum tipis, ini lah saat-saat yang ia tunggu. Mari kita lihat bagaimana reaksi orang-orang ini saat melihat bagaimana rupa wajah nya. Ia tau, tindakannya kali ini mungkin akan sedikit merusak reputasi Keluarga Zhang. Tapi ia sudah memperhitungkan semua dan ini juga demi kepentingan dirinya dan rakyat Jianrou.
Dengan gerakan tenang, dia bangkit dari sujud nya namun masih bersimpu di atas lantai lalu membuka cadar putih yang selama ini menutupi wajah cantik nya.
Mereka kembali dikejutkan dengan siapa yang muncul di tengah-tengah mereka kali ini. Terlihat jendral Zhang Yan langsung pucat dan keringat dingin menghiasi pelipis nya.
"Yue'er?!" ucap Gu Yizhen menatap keponakan nya bingung.
Bagaimana bisa orang yang dipanggil dari desa terpencil itu ternyata adalah keponakan yang ia sayangi. Seketika wajah nya menggelap saat melihat wajah pucat suami dari adik nya.
"Maafkan hamba Yang Mulia, hamba memutuskan hal tersebut karena hamba merasa tidak pantas untuk pangeran kedua yang agung. Hamba..." ucap Zhang Gu Yue sengaja tak melanjutkan ucapan nya lalu meremas pakaian sederhana nya.
"Jendral Zhang, ini?" tanya Kaisar Tianzhi dengan penuh penekanan.
Zhang Yan pun langsung ikut berlutut di bawah, "Maafkan atas kecerobohan hamba, hamba melakukan ini untuk mengajarkan putri hamba kedisiplinan" ucap Zhang Yan melirik putri nya dengan tatapan tajam.
Kaisar Tianzhi terdiam cukup lama lalu berucap, "Urusan ini akan di bahas setelah wabah telah reda. Untuk permintaan Nona Zhang Gu Yue, sepertinya ini harus ditanyakan pada pangeran kedua, Hangguang Feng bagaimana menurut mu?" tanya Kaisar Tianzhi.
Wang Hangguang Feng menatap tubuh Zhang Gu Yue dari atas sampai ke bawah. Tubuh itu kurus kering seakan-akan bisa dengan mudah tumbang saat tertiup angin, rambut yang terlihat kasar, pakaian sederhana, serta beberapa luka yang dapat ia lihat. Ia berfikir jika luka yang terlihat saja lumayan banyak seperti itu, bagaimana dalam nya. Jujur saja ia menjadi kehilangan minat pada nona muda itu sekarang.
"Menjawab Yang Mulia, anak ini merasa kami belum cukup mengenal satu sama lain dengan baik dan cinta di antara kami belum tumbuh. Mungkin permintaan Nona Zhang ini bisa dipertimbangkan" jawab Hangguang Feng.
"Kau yakin?" tanya Kaisar Tianzhi menatap putra nya dan mencoba meyakinkan jika jawaban itu benar adanya.
"Benar Yang Mulia" jawab Hangguang Feng percaya diri.
Kaisar Tianzhi menatap putra keduanya dan Zhang Gu Yue bergantian lalu menghela nafas panjang. Seperti nya Hangguang Feng hanya menatap gadis di depan nya ini dari penampilan fisik saja.
Setelah terdiam cukup lama, Kaisar Tianzhi pun kembali berucap, "Baiklah, sesuai permintaan Nona Zhang Gu Yue ini. Setelah wabah penyakit bisa teratasi dengan baik maka aku akan mengabulkan permintaan nya, yaitu hak kebebasan menikah. Sehingga di masa depan, gadis Zhang ini bebas memilih calon suami yang dicintai nya tanpa paksaan pihak lain"
"Terimakasih atas kemurahan hati Yang Mulia Kaisar Jianrou dan Pangeran Kedua" ucap Zhang Gu Yue kembali bersujud dengan senyum puas.
"Bangkit lah, lutut mu akan sakit nanti, kau masih harus bekerja keras untuk Jianrou ini. Jendral Zhang, karena putri mu telah kembali untuk urusan negara, maka perlakukan dia dengan baik"
"Baik Yang Mulia" jawab Zhang Yan.
"Baiklah, rapat selesai. Kembali lah ke kediaman masing-masing" ucap Kaisar Tianzhi lalu keluar dari aula pertemuan melewati pintu khusus nya. Lalu disusul para pangeran dan pejabat lainnya.
"Yue'er kau baik-baik saja? astaga kenapa kau menjadi seperti ini" ucap Gu Yizhen menatap keponakan nya dengan tatapan sedih.
"Paman, Yue'er baik-baik saja, tidak perlu khawatir. Setelah wabah ini teratasi, Yue'er akan mengunjungi Keluarga Gu nanti" ucap Zhang Gu Yue lembut.
"Anak yang malang. Jika butuh apapun itu beri tau paman ya" ucap Gu Yizhen.
"Tentu"
"Tuan Zhang Yan, sekali lagi kau memperlakukan keponakan ku seperti ini maka aku tidak akan segan-segan lagi" ucap Gu Yizhen menatap Zhang Yan penuh peringatan.
Zhang Yan hanya bisa mengiyakan hal tersebut, karena bagaimana pun juga keluarga istri nya ini bukan lah keluarga yang bisa ia remehkan walaupun posisi nya sebagai jendral besar.
"Paman, tidak baik membicarakan hal ini di istana. Yue'er pamit terlebih dahulu untuk melihat-lihat kondisi sekitar. Ayah, Yue'er pamit terlebih dahulu" ucap Zhang Gu Yue.
Kedua orang dewasa itu mengangguk dan membiarkan Zhang Gu Yue pergi melaksanakan tugas nya. Mereka juga tidak bisa berlama-lama di luar, karena penyakit itu masih begitu ganas mencari korban baru.
>>>>>
Selain itu di Lian Hua Ju, yang merupakan tempat tinggal selir agung Lie Shanming. Terdengar suara gaduh dan barang-barang yang pecah berserakan di lantai. Saat itu juga, Hangguang Feng terkejut menatap kediaman ibu nya yang kacau balau.
"Ibu selir, ada apa ini?" tanya Hangguang Feng panik sehingga lupa memberikan salam terlebih dahulu pada ibu nya.
"Bodoh!" umpat Selir Shanming menatap putra nya dengan raut wajah marah.
"Ibu selir tolong redakan amarah anda, sebenarnya kenapa?" tanya Hangguang Feng sambil melindungi diri dari amukan ibu nya.
Setelah beberapa saat Selir Shanming sudah mulai tenang dan duduk sambil memijat pelipis nya, sungguh kepala nya terasa begitu berat saat mengetahui bahwa putra nya setuju memutuskan pertunangan nya sendiri.
"Kau! kenapa kau setuju dengan pembatalan pertunangan mu hah. Apa kau tau apa yang kau lakukan itu justru merugikan diri mu sendiri?!"
"Memang nya kenapa? ibu selir, lihat sendiri dia sudah diasingkan tanpa sepengetahuan kita dan sekarang putri jendral itu terlihat tak menarik sedikit pun" ucap Hangguang Feng.
"Kau hanya berfikir tentang penampilan nya?" ucap Selir Shanming tak bisa berucap menatap sang putra.
"Aku-" Hangguang Feng terdiam dan baru menyadari apa yang baru saja terjadi. Zhang Gu Yue, gadis itu walaupun tidak menarik di mata nya tapi kekuatan keluarga itu adalah yang benar-benar ia butuhkan.
"Kenapa diam, kau baru sadar hah?!"
Hangguang Feng yang merasa bersalah pun langsung berlutut di hadapan sang ibu, "Ibu selir maafkan anak ini, aku- aku terlalu terlena dengan penampilan nya yang buruk. Sehingga tak berfikir panjang dan melakukan kesalahan" ucap Hangguang Feng.
"Ibu selir, lalu bagaimana ini?" ucap Hangguang Feng khawatir sampai-sampai tangan nya ikut bergetar.
"Hahhh... pergilah dulu, ibu akan memikirkan langkah selanjut nya" ucap Selir Shanming lalu bangkit dari duduk nya dibantu oleh pelayan pribadi nya menuju tempat tidur.
Mau tak mau Hangguang Feng pun pamit undur diri. Sungguh ia dibutakan oleh rupa Zhang Gu Yue yang berubah kasar seperti itu sehingga ia lupa jika di belakang gadis itu ada Keluarga Zhang dan Keluarga Gu. Yang mana bisa mengangkat nya ke kursi kekuasaan dengan mudah.
Kini ia hanya bisa pasrah dan menunggu keputusan ibu nya untuk menentukan langkah selanjutnya. Bukan ia tak mau melangkah sendiri, namun ia percaya akan keputusan ibu nya yang sering kali benar dan berhasil.
...🤍🤍🤍...