NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:511.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

Kekhilafan satu malam, membuat Shanum hamil. Ya, ia hamil setelah melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam agama sebelum ia dan kekasihnya menikah. Kekasihnya berhasil merayu hingga membuat Shanum terlena, dan berjanji akan menikahinya.

Namun sayangnya, di saat hari pernikahan tiba. Renaldi tidak datang, yang datang hanyalah Ervan—kakaknya. Yang mengatakan jika adiknya tidak bisa menikahinya dan memberikan uang 100 juta sebagai ganti rugi. Shanum marah dan kecewa!

Yang lebih menyakitkan lagi, ibu Shanum kena serangan jantung! Semakin sakit hati Shanum.

“Aku memang perempuan bodoh! Tapi aku akan tetap menuntut tanggung jawab dari anak majikan ayahku!”



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Hamil Itu Salah Satu Rezeki

Sepanjang perjalanan menuju tempat pertemuan dengan relasi bisnisnya Ervan termenung, mengingat permintaan Renaldi, belum juga kata-kata mamanya tadi pagi, keduanya menginginkan perempuan itu menggugurkan kandungannya. Dan, ia pun saat ditelepon tidak memberitahukan pada Renaldi jika sudah menikahi kekasih adiknya itu karena terpaksa akan keadaan.

Andai Renaldi tahu jika mantan kekasihnya dinikahi kakaknya? Apa yang akan terjadi?

Ikhsan, yang diam-diam memerhatikan bosnya dari tempat duduknya akhirnya buka suara. “Pak Ervan, Anda mau baca terlebih dahulukah beberapa proposal yang nanti akan dibahas saat meeting?”

Ervan yang sejak tadi termenung, menatap asistennya. Pria itu mendesah pelan. “Tidak perlu, semalam saya sudah cek email dari kamu,” tolaknya sembari merubah posisi duduknya dengan tarikan napas panjangnya.

“Kalau begitu ada yang bisa saya bantu?”

Pria itu kembali terdiam, “Ikhsan, kamu tahu rumah sakit yang bisa menggugurkan kandungan?” Suara Ervan begitu pelan, seakan tidak boleh ada yang mendengarnya. Padahal di dalam mobil hanya ada Ikhsan dan sopirnya.

Ikhsan menolehkan wajahnya ke belakang, menatap bingung. “Pihak rumah sakit biasanya akan menerima proses menggugurkan kandung jika memang bermasalah, Pak. Kalau tidak ada masalah dengan kandungan atau kesehatan, biasanya tidak akan bisa. Itu jatuhnya ilegal. Memangnya siapa yang mau menggugurkan kandungan, Pak? Sangat disayangkan kalau sampai digugurkan, sudah jatuhnya berdosa, dan biasanya akan berpengaruh ke rahimnya. Kelak, akan sulit untuk hamil kembali, ini pengalaman kakak saya pribadi. Jadi ... saran saya sebaiknya bawa ke rumah sakit dulu sebelum mengambil keputusan,” saran Ikhsan, pelan, takut menyinggung bosnya.

Ervan sendiri pun belum punya pengalaman mengenai kehamilan, menikah saja baru mau akan dilaksanakan.

“Kamu sudah dapat nomor hp Shanum?”

“Nomornya sudah saya kirim ke ponsel Pak Ervan, bisa dicek kembali.”

Ervan segera mengecek ponselnya, dan sudah terkirim nomor gadis itu. Tanpa pikir panjang lagi ia mencoba meneleponnya, tapi apa yang terjadi panggilan teleponnya tidak diterima Shanum.

“Ck ... berani juga dia tidak menjawab panggilan teleponku!” Ervan geram, dan kembali mencoba menghubunginya.

Sementara itu, Shanum sendiri sedang dalam perjalanan menuju rumah Bik Ratih, ponselnya sejak tadi ia silent sehingga tidak tahu jika ada telepon untuknya.

“Menjengkelkan, sudah berkali-kali aku telepon tetap saja dia tidak menjawabnya!” Ervan semakin geram.

Ikhsan yang mendengarnya tidak menimpalinya. Hanya tersenyum tipis menatap jalan di depan.

...***...

Satu jam kemudian, mobil yang membawa Ervan tiba di salah satu hotel bintang lima. Langkahnya begitu tegap dengan raut wajahnya begitu dingin. Sejak dulu banyak wanita yang terpesona padanya, hanya saja tidak ada satu pun yang menarik di mata Ervan, kecuali Meidina Dyaningtias, salah satu anak sahabat dari mama Diba. Salah satu womenpreneur di bisnis dunia kecantikan. Usianya pun masih terbilang muda, 27 tahun.

Dan, di hotel tersebut, tanpa buat janji mereka bertemu. Wanita cantik itu tersenyum melihat sosok tunangannya masuk ke lobi hotel, begitu juga dengan Ervan.

“Kak Ervan, wah nggak disangka bisa bertemu di sini,” sapa Meidina begitu lembut dan manis.

Langkah Ervan semakin mendekat, lalu mengecup pipi kekasih hatinya. “Aku ada meeting dengan relasi, dan kamu sendiri ada acara apa di sini?” tanya Ervan dengan tatapan hangatnya.

Meidina tersenyum lalu mengamit lengan calon suaminya. “Sama seperti Kak Ervan, hari ini aku ada makan siang bersama-sama dengan teman-teman. Jadi ngimana kalau kita bareng ke sana,” saran Meidina.

“Boleh.” Ervan tampak menyetujuinya, pikirannya yang tadi sempat tersita dengan Shanum kini telah terhempaskan begitu saja.

Sementara itu, di tempat yang berbeda. Shanum sudah tiba di rumah Bik Ratih, dan saat ini sedang menikmati sebungkus nasi padang yang sempat dibelinya di depan gang sebelum sampai di rumah.

“Makannya jangan terburu-buru, Bibi nggak minta kok,” seloroh Bik Ratih saat mengantarkan teh manis hangat untuk keponakannya.

Shanum tersenyum lebar. “Maklum Bik, lapar berat. Bibi nggak makan?”

“Bibi masih kenyang sama tadi makan pisang goreng. Oh, iya Tia udah kasih kabar, katanya ada kost’an dekat toko. Besok kamu bisa melihatnya dulu, pas kamu masuk kerja.”

“Alhamdulillah,” balas Shanum dengan mulutnya penuh dengan nasi.

Bik Ratih tersenyum pilu melihat keponakannya, ada rasa iba yang melingkupi hatinya. Di usia masih muda, kondisi hamil, lalu diusir pula oleh kedua orang tuanya. Dan, pria yang menikahinya pun tidak ada rasa empati, atau setidaknya memberikan perlindungan meski terpaksa melakukannya. Terkesan hidup Shanum benar-benar kena karma.

“Sha, Bibi kok nggak tega kalau kamu ngekost atau ngontrak sendirian. Apalagi kamu kondisinya lagi hamil, Bibi takut kamu kenapa-napa. Mending kamu tinggal sama Bibi aja di sini.” Suaranya terdengar cemas.

Gadis itu meneguk teh hangat-hangatnya perlahan-lahan sebelum menjawab. “Makasih Bik atas tawarannya. Shanum nggak pa-pa sendirian kok, lagian dari rumah Bibi ke tempat kerja Shanum lumayan jauh dan sering kena macet, ada baiknya Shanum ngontrak atau ngekost aja. Selain hemat waktu juga hemat uang. Dan, Shanum tidak mau merepotkan Bibi,” jelasnya.

Bik Ratih menarik napas panjang. “Hamil di usia muda tidaklah mudah, Sha. Kadang fisik suka berubah-ubah rasanya, apalagi kalau mengalami ngidam, atau mual setiap hari. Dan, belum lagi, perasaan ibu hamil itu amat sensitif. Bibi saja selalu butuh suami di samping Bibi saat hamil si Ika.”

Shanum tersenyum getir, ia memang belum terlalu merasakan perubahan yang sangat signifikan pada saat ini. Mual dan pusing pun juga tidak, mungkin si jabang bayi tahu kondisi ibunya seperti apa.

“Bismillah Bik, ada Allah yang menjaga Shanum, walau tidak ada suami bahkan ibu dan ayah yang menemani. Shanum pun juga ingin belajar mandiri, dan mungkin ini waktunya buat Shanum, sekaligus belajar dewasa. Jadi, Bibi jangan terlalu khawatir.”

Bik Ratih mengulum senyum tipisnya. “Shanum, kalau ada apa-apa nanti, kasih kabar Bibi ya. Kamu masih punya Bibi yang siap membantu kamu.”

Shanum mengangguk dengan sinar matanya berbinar-binar. “Iya, Bik, makasih banyak.”

...***...

Usai menghabiskan makan siang, Shanum memilih beristirahat di kamar sepupunya. Pada saat itu ia baru sempat mengecek ponselnya. Keningnya mengerut saat melihat beberapa kali panggilan telepon yang tak terjawab.

“Siapa yang nelepon?” gumamnya sembari mengecek nomor tersebut.

“Ah, nomor nggak dikenal. Paling telepon dari pinjol.” Shanum berbicara sendiri, lalu membalas pesan dari teman kerjanya di toko kue, tidak memikirkan siapa yang menelepon.

“Nak, kita istirahat dulu ya, besok Ibu kembali bekerja. Anak Ibu di dalam harus kuat ya. Walau nanti kamu nggak punya papa, tapi akan ada Ibu yang selalu menyayangimu. Semoga saja papamu akan menyesali seumur hidupnya.” Shanum tersenyum getir, tangannya mengusap perutnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Di tempat yang berbeda, Ervan masih meeting dengan relasi kerjanya di restoran ruang VIP. Namun, kali ini Ervan dibuat gelisah karena relasinya datang membawa istrinya, postur tubuh perempuan itu mungil sama persis dengan istrinya. Dan kondisinya sedang hamil muda. Ingatannya kembali pada Shanum yang sama-sama sedang hamil muda.

“Hamil itu salah satu rezeki yang tak ternilai, Pak Ervan. Karena tidak semua istri langsung hamil dan memiliki anak. Saya amat bersyukur setelah tiga tahun menikah, akhirnya istri saya hamil. Maka dari itu ke mana-mana, saya pasti ajak istri kalau dia tidak kecapek'an. Dan, sungguh miris melihat berita di luar sana banyak perempuan yang menggugurkan kandungannya, padahal banyak pasangan yang menanti dikaruniai anak,” ungkap Barra tampak serius sekaligus bahagia.

Entah mengapa ucapan relasinya agak menyentil Ervan. Ia pun hanya bisa mengangguk, lalu matanya melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Bersambung ... ✍️

1
Herman Lim
mimpi aja u mei yg ada bntr lagi hari kehancuran kamu sdr 🤣🤣 mimpi aja
Valen Angelina
jgn cari penyakit meidina... nnti malu sndiri. ..
Sugiharti Rusli
dia sepertinya nantangin keluarga pak Wijatnako dan Ervan sekarang
Sugiharti Rusli
dia khawatir klinik tempat usaha dia diambil-alih oleh Ervan, padahal ga ada si Shanum sangkut-paut dengan masalah klinik kali,,,
Sugiharti Rusli
padahal kan si Meidina berhubungannya sama si Ervan, harusnya dia menabuhkan perang sama mantan tunangannya donk
Sugiharti Rusli
semoga nanti Ervan dan asistennya bisa meredam itu semua yah, soalnya yang mau diserang justru Shanum
Sugiharti Rusli
soalnya bisa berbahaya kalo ada orang" ga bertanggung-jawab yang kemakan berita dari si Meidina bisa membahayakan dirinya
Sugiharti Rusli
ternyata Shanum memang masih harus menyendiri dulu deh dia,,,
Shee
meidina cari gara² tar dana di tarik baru tau rasa.
orang juga bakalan tau disini siapa yang salah dan bener. walau meidina awalnya tunangan evan tapi kalau belum jodoh kenapa masih masak.
tapi y juga siapa yang mau ngelepas mesin ATM secara sukarela pasti g ya🤣🤣🤣
Jeng Ining
kamu lupa Shanum yg skrg bukan hanya Shanum si anak sopir yg kerja jd pelayan di toko kue, di saat Ervan udh bersungguh² dg Shanum, mengganggu Shanum berarti kamu sedang menantang Ervan utk kluarin kesungguhannya, hati² dg duri yg kamu tebar atw pun lobang yg kamu gali demi bertarung ngelawan Shanum, jgn² kamu sndiri yg celaka Mei
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Jeng Ining
yupss .. sangat betul, pd akhirnya dia yg mau dn mampu bertahan yg jd pemenangnya
Rabiatul Addawiyah
widiwww Shanum di tembak sm kakaknya mantan yg skrg dah kd suaminya 😁
Ddek Aish
hati-hati Mei...membangun impian dari nol ngga salah woi kamu sudah menghabiskan uang Ervan 20M lbih membangun klinik oleh perempuan tangguh dari nol pakai uang tunangannya. dokumen pengeluaran masih sama Ervan siap kamu dan keluargamu di hujat mikir sebelum bertindak
indy
Meidina berani sekali, tunggu balasan dari ervan
Naufal Affiq
itu hak mu meidina,mau gimana cara mu mengambil empati orang,tapi bukan hat ervan yang kau gapai,melain kan ke hampaani
Mulaini
Meidina cinta mu sudah di tolak dan ATM berjalan mu terputus malah kamu menyalahkan Shanum seharusnya sadar itu tandanya kamu tidak berjodoh dengan Ervan.
Kasih Bonda
next Thor semangat
merry
tiga org dr kluarga mu sakitin shanum tnpa ada yg belain,, tiga org dr kluarga ud hncr mental dan fisik yaa
merry
tuntut ajj pak uang segitu bkn dikitt lohh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!