Putri Pewaris Yang Ditukar

Waktu pulang pun tiba.....

Semua siswa berhamburan keluar kelas, mobil sudah berjejer di depan sekolah. Satu persatu anak masuk ke dalam mobil yang menjemputnya. "Ale, mobil jemputan kamu mana?" tanya Grace.

"Hari ini aku tidak dijemput, soalnya Mama sedang sibuk," sahut Alesha.

"Ya, sudah kamu ikut aku aja biar aku antar kamu pulang," ucap Grace.

"Tidak usah, soalnya aku gak pulang ke rumah tapi harus ke kedai dulu," tolak Alesha.

"Kedai? kamu punya kedai? kedai apa?" tanya Grace antusias.

"Bukan kedai milik aku sih, tapi kedai milik Papa aku. Jadi aku tiap hari bantu-batu di sana, kedai ramen," sahut Alesha.

"Aku boleh gak mampir ke kedai kamu?" seru Grace.

"Boleh banget, kamu bisa mampir kapan pun yang kamu mau," sahut Alesha.

"Ya, sudah sekarang aku antar kamu ke kedai kamu aja biar aku tahu lokasinya di mana jadi nanti aku gak ribet nyarinya," ucap Grace.

"Ngerepotin gak? takutnya aku ngerepotin," sahut Alesha tidak enak.

"Enggak, ayo masuk."

Akhirnya dengan terpaksa, Alesha pun ikut ke mobil Grace. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sampai di depan kedai ramen. "Ini kedai ramen Papaku," ucap Alesha.

"Wah, rame juga ya. Pasti rasanya enak makanya rame kaya gitu," puji Grace.

"Kata orang-orang memang seperti itu, mau nyobain sekarang?" tawar Alesha.

"Aduh, kalau sekarang sepertinya tidak bisa soalnya aku ada jadwal les biola. Nanti sajalah hari minggu, aku ke sini," sahut Grace dengan senyumannya.

"Ok, aku tunggu. Terima kasih ya, sudah mau nganterin aku ke sini," ucap Alesha tidak enak.

"Sama-sama."

Alesha pun keluar dari mobil Grace, dari dalam kedai Kamila melihat Alesha dengan tatapan marah. Baru saja Alesha masuk kedai, Kamila langsung menjewer telinganya Alisha membuat Alesha meringis kesakitan. Sementara itu, Grace yang belum pergi merasa kaget melihat Alesha diperlakukan kasar oleh Mamanya.

"Apa itu Mama Alesha?" batin Grace.

"Itu mobil siapa? apa kamu nebeng kepada temanmu? memalukan!" bentak Mama Kamila.

"Maaf Ma, Ale sudah menolak tapi Grace tetap mau mengantar Ale pulang," sahut Alesha dengan menahan rasa sakit.

"Lain kali jangan kamu ulangi lagi, jika Mama sampai melihat kamu nebeng ke mobil temanmu lagi maka Mama tidak akan memberimu makan seharian!" bentak Mama Kamila.

"Iya, Ma. Ampun Ma, Ale tidak akan mengulanginya lagi," sahut Alesha memohon.

Kamila pun menyeret Alesha masuk ke dalam kedai ramen itu. Grace masih terkejut melihatnya tapi dia sama sekali tidak bisa menolong. Grace pun menyuruh sopirnya untuk segera pergi dari sana karena sudah telat untuk les biola.

"Sekarang ganti baju kamu dan bantuin Mama, banyak pembeli!" bentak Kamila.

"Iya, Ma."

Alesha menghapus air matanya dengan kasar, dia pun dengan cepat mengganti bajunya. Alesha memakai baju yang sama dengan baju pelayan lainnya sehingga banyak orang yang mengira jika Alesha pelayanan di kedai itu padahal dia anak pemilik kedai. "Yang sabar ya, Ale," ucap Mira sembari menepuk pundak Alesha.

"Terima kasih, Kak," sahut Alesha dengan senyumannya.

Mira merupakan pelayan di kedai itu. Dia sudah bekerja di sana lumayan lama dan dia tahu bagaimana Kamila memperlakukan Alesha. Bahkan Mira dan yang lainnya merasa jika Alesha bukan anak kandung Kamila karena perlakuan Kamila kepada Alesha berbeda dengan perlakuan Kamila kepada Dandi.

Meskipun Kamila selalu menyiksa dan memarahinya, Alesha tidak pernah sedikit pun membencinya. Alesha anak yang sangat baik hati, dia mempunyai keyakinan jika Mamanya sedang ada masalah makanya marah kepada dirinya. Alesha ikhlas dan ridho diperlakukan tidak adil oleh Kamila, karena menurut Alesha sebagai seorang anak dia harus berbakti kepada orang tuanya.

"Itu rumah makan apa, Pak? kok penuh banget?" tanya Edgar.

"Itu kedai ramen Tuan Muda, kedai itu memang selalu rame setiap hari," sahut Sopir pribadinya.

Edgar memperhatikan kedai itu dengan seksama, hingga tidak lama kemudian dia melihat seseorang yang dia kenal sedang membawakan pesanan. "Bukanya itu Alesha," batin Edgar.

Edgar terus memperhatikan Alesha. Alesha begitu sangat ceria dan selalu menyunggingkan senyuman seolah-olah tidak ada beban di hidupnya. "Apa dia anaknya seperti itu, selalu tersenyum bahagia?" batin Edgar.

"Apa Tuan Muda mau masuk ke sana?" tanya Sopir.

"Tidak, jalan saja," sahut Edgar.

"Baik, Tuan muda."

Mobil mewah Edgar pun pergi meninggalkan kedai Alesha. Selama diperjalanan, Edgar terus memikirkan Alesha. "Dia pelayan di kedai itu atau pemilik kedai? meskipun dia pemilik kedai, tapi kedai itu tidak terlalu besar kenapa dia bisa sekolah di sekolah yang mahal?" batin Edgar.

Edgar merasa bingung karena sekolah di sana semuanya anak orang kaya dan anak orang biasa-biasa tidak akan sanggup sekolah di sana. Di sekolah itu juga tidak menerima anak bea siswa karena alasan tidak mampu, bahkan bea siswa dengan alasan kepintaran pun hanya sedikit yang diterima.

***

Malam pun tiba....

Alesha sedang belajar setelah sebelumnya dia mencuci piring bekas makan dia, Dandi, dan juga Mamanya. Tiba-tina pintu kamar Alesha ada yang mengetuk. "Kak, apa aku boleh masuk!" seru Dandi.

"Masuk saja, Dek," sahut Alesha.

Dandi pun masuk. "Ada apa?" tanya Alesha dengan senyumannya.

"Aku gak bisa mengerjakan PR ini, bisa tidak kakak bantuin aku?" Dandi meminta tolong kepada Alesha.

"Mana bukunya sini, biar kakak lihat dulu," ucap Alesha sembari mengulurkan tangannya.

Dandi memberikan buku itu dan Alesha mulai mengajari Dandi. Mereka tidak tahu jika keduanya bukan saudara kandung, tapi beruntung sifat Dandi tidak menurun kepada Kamila. Dandi sangat menyayangi Alesha bahkan Dandi suka merasa sedih jika Kamila menyiksa dan memarahi Alesha.

Sementara itu, Kamila mengintip dari balik pintu kamar. Sebenarnya hatinya tidak mau bersikap jahat kepada Alesha tapi wajah Alesha yang sangat mirip dengan Juan membuat Kamila selalu emosi dan ingin melampiaskan kemarahannya kepada Alesha.

Tiba-tiba air mata Kamila menetes tapi dengan cepat dia menghapusnya dan memilih pergi.

"Bagaimana, kamu sudah mengerti?" tanya Alesha.

"Sudah Kak, terima kasih ya, kak," sahut Dandi.

"Sama-sama. Sudah malam, lebih baik sekarang kamu tidur supaya besok bangunnya tidak kesiangan," ucap Alesha sembari mengusap kepala Dandi.

"Ok, kak."

Dandi bangkit dari duduknya tapi pada saat dia akan keluar, dia membalikan tubuhnya dan memeluk Alesha membuat Alesha kaget. "Kakak harus kuat ya, jangan menangis," ucap Dandi.

Alesha tersenyum dan melepaskan pelukan Dandi. "Kakak kuat kok, jadi kamu jangan khawatir. Ya, sudah tidur sana."

Dandi mengangguk dan berlari keluar dari dalam kamar Alesha. Lagi-lagi Alesha tersenyum, dia tahu jika adiknya itu sedang menyemangati dirinya.