Disakiti, diselingkuhi, tidak dianggap sebagai istri. Itulah yang dialami oleh Sara selama tiga tahun pernikahannya.
Awalnya dia berniat bertahan karena keluarganya memerlukan kebesaran nama suaminya untuk bertahan dalam bisnis. Tapi dia tak tahan lagi.
Lalu kecelakaan terjadi, membuat suami yang tidak pernah mencintainya berubah.
Apa Sara membatalkan niatnya untuk berpisah? Atau dia tetap dalam pendiriannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Nenek, Naya sedih sekali. Bagaimana bisa kak Marco mengusir Naya tepat di depan wanita itu"
Naya mengeluarkan air matanya di depan Nyonya Besar Varamus. Berusaha mencari dukungan paling besar yang bisa dia terima.
"Kasihan sekali. Tenang saja, Nenek yakin semua ini tak akan bertahan lama. Ingatan Marco akan segera kembali dan wanita itu akan dilempar keluar. Oleh Marco sendiri" bela Nyonya Besar yang menyayangi Naya seperti cucunya sendiri.
Naya adalah keluarga jauh dari Nyonya Besar. Lebih tepatnya. Anak dari cucu sepupu Nyonya Besar Varamus. Mereka tidak pernah bertemu sampai pernikahan cucunya.
Cantik, masih belia dan memiliki sejarah keturunan yang sama seperti Nyonya Besar membuat Naya diterima dengan baik. Melihat kesempatan besar itu, segera saja Naya dan keluarganya menyusun rencana. Untuk menghancurkan pernikahan cucu Nyonya Besar.
Agar dia bisa masuk ke dalam keluarga Varamus. Menjadi Nyonya Varamus yang memiliki kekuasaan dan kekayaan besar.
"Tapi kemarin kak Marco membentak Naya. Membuat Naya sedih sekali"
Satu hal lagi yang membuat Nyonya Besar jatuh hati pada Naya. Naya bisa bersikap selayaknya wanita. Yang manja, lemah dan berusaha tampak cantik di setiap kesempatan. Tidak mandiri, dewasa dan membosankan seperti wanita itu.
"Naya yang cantik. Pasti kau sedih sekali. Bagaimana kalau Nenek membawamu pergi belanja? Apa itu akan membuat kesedihanmu sedikit terobati?"
Air mata Naya berhasil membuatnya kembali mendapatkan apa yang diinginkan.
"Naya akan berusaha kuat demi kesembuhan kak Marco"
"Baiklah. Sekarang kita akan pergi belanja. Setelah itu, bagaimana kalau kita menjemput Marco?"
"Apa kak Marco keluar dari rumah sakit hari ini?" tanya Naya antusias.
"Iya. Setelah pulang ke rumah, ingatan Marco akan segera kembali. Dan kalian akan segera bersama lagi"
Naya tersenyum dan memeluk Nyonya Besar.
"Naya tidak sabar menjadi cucu menantu Nenek"
"Tentu saja, aku juga tidak sabar melihatmu menikah dengan Marco. Juga melahirkan anak-anak yang lucu"
"Nenek. Jangan menggodaku!"
"Kau malu? Sungguh menggemaskan sekali cucu menantuku ini. Berbeda sekali dengan wanita pengejar uang itu"
Wanita pengejar uang. Julukan itu yang berhasil ditanamkan Naya pada otak Nyonya Besar juga kak Marco untuk wanita itu. Untunglah julukan itu sangat tepat karena keluarga wanita itu ternyata memiliki tujuan tersembunyi ketika menikahkan putri mereka dengan kak Marco.
Dengan beberapa bumbu dan api yang pas. Wanita itu segera diperlakukan buruk oleh Nyonya Besar dan kak Marco. Lalu semua orang di keluarga Varamus termasuk para pelayan mereka.
"Aku berbeda dengan wanita itu Nek. Aku lebih cantik"
"Dan sangat menggemaskan"
Akhirnya Naya dan Nyonya Besar pergi ke sebuah butik mewah. Disana Naya dimanjakan dengan banyak barang-barang mewah. Membuatnya selangkah lebih dekat dengan status Nyonya Varamus.
"Sekarang kita pergi ke rumah sakit!" kata Nyonya Besar membuat Naya bahagia.
Dengan kehadiran Nyonya Besar di sisinya, dia pasti tidak akan diusir.
Sejak pagi, Sara sudah sibuk mengikuti pria itu pergi ke pemeriksaan demi pemeriksaan yang harus dijalani untuk dapat keluar dari rumah sakit.
"Semua pemeriksaan telah selesai. Hasilnya akan dikabarkan dokter di kamar. Silahkan beristirahat sekarang"
"Terima kasih Dokter" jawab Sara lalu membawa pria itu kembali ke kamar. Saat mereka sedang naik lift, pria itu menyentuh tangan Sara.
"Kau pasti lelah" kata pria itu. Sara menarik tangannya dan menggeleng.
"Tidak apa-apa"
"Benarkah? Kau tampak lelah sekali. Wajahmu bahkan lebih pucat dariku"
Sara melihat pantulan dirinya di lift. Benar kata pria itu, wajahnya sangat pucat. Apa karena dia terlalu lelah? Tidak. Dia biasa bekerja keras selama ini. Hanya menjaga pria itu di rumah sakit tidak mungkin membuatnya lelah berlebihan.
"Mungkin karena aku tidak memakai make up. Jadinya tampak pucat. Tapi aku tidak apa-apa"
Kembali ke kamar, Sara membantu perawat menempatkan pria itu kembali ke ranjang.
"Saya akan mengambil sarapan untuk Anda Tuan Marco" kata perawat.
Pria itu memang diharuskan puasa sejak semalam untuk pemeriksaan pagi ini. Jadi pasti pria itu lapar sekali sekarang.
"Terima kasih" jawab Sara menggantikan pria itu.
Tak lama perawat membawa makanan dan Sara mempersiapkan meja untuk pria itu makan.
"Aku ingin disuapi" pinta pria itu.
Sebenarnya Sara ingin keluar sebentar membeli camilan. Tapi apa boleh buat.
"Baiklah"
Saat Sara mengambil makanan dalam sendok, pria itu mulai berulah.
"Apa itu?" tanya pria itu.
"Ini daging"
"Kenapa begitu hitam?"
"Karena ada sausnya"
"Itu tidak bisa dimakan"
"Bisa"
"Tidak bisa"
Sara kesal dengan sifat manja pria itu yang mendadak muncul setelah kecelakaan. Terpaksa dia memakan daging yang ditolak.
"Lihat! Ini enak. Hitam karena ada sausnya. Rasa black pepper"
"Benarkah?"
"Apa sekarang kau mau makan?" tanya Sara.
"Boleh. Aaakk"
Sara pikir, sifat manja pria itu berakhir. Ternyata berlanjut pada makanan berikutnya. Sampai pencuci mulut juga.
"Aku kenyang" keluh Sara yang harus mencoba semua makanan pria itu.
"Baguslah"
"Apa??"
Sepertinya Sara mendengar pria itu berkata bagus kalau dia kenyang.
"Aku tidak mengatakan apa-apa"
Sara merengut sebentar lalu membereskan meja. Seseorang mengetuk pintu dan Sara membukanya.
"Nyonya, Tuan Marco" sapa dokter.
"Silahkan dokter"
"Berdasar hasil pemeriksaan pagi ini, kondisi Anda bisa dibilang sangat baik. Bahkan gips di tangan Anda bisa dilepas sekarang. Sendinya telah berada di tempat semula. Karena terapi dan perawatan yang maksimal selama di rumah sakit, saya pikir Anda bisa pulang hari ini. Kami akan mempersiapkan berkas keluar rumah sakit. Kalau Anda merasakan sesuatu yang tidak nyaman nanti, Anda bisa kembali ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan"
Untunglah. Akhirnya pria itu bisa pulang juga dari rumah sakit. Sara akan segera terbebas dari kewajibannya merawat pria itu. Dan mempersiapkan kepulangannya ke rumah akhir Minggu ini.
"Kata semua orang, aku kehilangan ingatan. Apa aku membutuhkan perawatan lanjutan untuk itu?" tanya pria itu mengubur kesenangan Sara. Dia lupa tentang amnesia pria itu.
"Saya pikir, Anda dapat mencoba mengingat sedikit demi sedikit. Tapi kalau hal itu membuat kepala Anda sakit, saya menyarankan tidak perlu dilakukan. Selama Anda merasa nyaman, saya yakin ingatan itu akan kembali dengan sendirinya"
Sara bingung. Apa yang harus dia lakukan selama pria itu mencoba mengingat? Tidak, itu tidak ada urusannya dengan Sara. Tidak ada orang yang menginginkan kehadirannya di rumah keluarga Varamus. Semakin cepat dia pergi maka itu lebih baik.
Bukankah begitu?