NovelToon NovelToon
Benih Twin'S CEO Kejam

Benih Twin'S CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:132k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Karena dipaksa untuk segera memiliki anak, Jovan sang CEO dari perusahaan ternama diam-diam menikah lagi. Dengan kejamnya, dia mengusir Seina selaku istri pertamanya yang dikira mandul. Namun nasib buruk pun menimpa Jovan yang mana istri keduanya mengalami kecelakaan hingga membuatnya keguguran bahkan rahimnya terpaksa harus diangkat demi menyelamatkan nyawa Ghina.

Lima tahun kemudian, Seina yang dikira mandul kembali dengan tiga anak kembar yang memiliki ketampanan mirip Jovan.

“Bunda, Oom itu milip Kakak Jelemy, apa Oom itu Ayah kita?” tanya Jelita, si bungsu.

“Bukan!” elak Seina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA TUYUL PAPA

"Bun.. Bundaaa..." panggil Jhansen, menarik tangan kiri Seina di tangga. Jeremy dan Jelita memiringkan kepala melihat Jhansen merengek.

"Hm, kenapa, sayang?" tanya Seina.

"Bunda capek nda?" tanya Jhansen polos.

"Tidak, memang kenapa, hmm?"

"Kaki Jencen cakit cebelah. Nda bica jalan agi. Endongin Jencen bental, Bunda." Manja Jhansen mengangkat tangan kecilnya.

"Hu.. kakak Jencen lemaah cakali huuu... itu ajaa udah cape. Jadi Jelita yang kuat dong," ejek Jelita, disetujui Jeremy.

"... Bundaaa..."

"Cengen telus huuu..." tambah Jelita pada kakak keduanya yang menangis lagi.

"Astaga, sepertinya Onty tahu siapa yang seharusnya tua di sini," canda Salwa.

"Tuwaan Jelita pacti, Onty. Kakak Jen cengen telus kak Jen takut cama kacoa, hii!" Ungkap Jelita. Seina menggelengkan kepala lalu menggendong Jhansen yang memang suka dijahili.

"Sudah... sudah... kalian jangan bertengkar, sayang. Tidak baik, kita masuk ke dalam saja yah." Salwa lalu menggandeng tangan Jeremy dan Jelita, namun Jeremy melepaskannya.

"Hm, kenapa?" Salwa dan Seina bingung.

"Jelemy nda mau masuk, Bunda. Jelemy mau ke mobil aja tuguin Bunda cama Onty Calwa."

"Masa Jeremy tidak mau masuk. Nanti tidak bisa ketemu Papa loh," kata Seina agak heran.

"Jelemy nda mau liat Papa."

Penolakan anaknya membuat alis Seina terangkat. Ia mengusap rambut Jeremy lembut, "Baby, Jangan bicara begitu, nanti Papa bisa sedih."

"Tapi, habis dali dalam, Bunda janji yah bawa Jelemy main ke situ." Tunjuk anak itu ke arah taman bermain.

"Baiklah, Bunda janji bakalan bawa kalian ke bianglala di sana nanti." Akhirnya Jeremy menurut. Ia masuk sambil menggandeng tangan Ibunya.

"Huuuu... Kakak Jelemmi manjaaaa!" seru Jelita, tapi Jeremy abai.

"Tidak terasa mereka sudah besar ya, Sei," kata Salwa menahan tawa.

"Ya, ini semua berkat kalian, terima kasih, Salwa." Seina tersenyum pada Salwa, yang membalasnya dengan binar.

"Oh ya, Sei. Apa kau sungguh tidak ada niat untuk mempertemukan anak-anakmu dengan Ayahnya?" tanya Salwa berbisik sambil mengawasi ketiga anak yang berjalan di depan.

"Tidak, Gara tidak ingin hal itu terjadi, Sal."

"Tapi kamu mau kan, Sei?" Tebak Salwa.

Seina memang belum bisa melupakan Jovan. Ia penasaran kehidupan Jovan saat ini. Apakah dia juga sering memikirkanku? pikir Seina, lalu tertunduk lesu, mengira Jovan mungkin telah melupakannya dan bahagia dengan istri keduanya.

"Seina, menurutku, kalau kamu sudah lepas dari masa lalumu, sebaiknya kamu mencari saja Ayah pengganti untuk anak kembarmu. Pasti akan terlihat indah kalau kamu memberi mereka keluarga yang utuh." Saran Salwa.

"Tidak, Sal. Aku masih trauma untuk percaya pada laki-laki lain. Lagipula masih ada Gara yang bisa menjadi Ayah angkat mereka. Sepertinya kamu deh yang harusnya mencari pasangan hidup," cetus Seina menyenggol bahu Salwa.

"Ihh enggak deh, aku belum siap, hahaha..." Tawa Salwa, lalu tertunduk sedih seolah memiliki kisah masa lalu yang membuatnya tak menikah.

"Bundaa....!" Tiba-tiba tiga anak kembar itu berhenti, menunjuk ke arah lorong dengan dinding kaca.

"Kenapa, hm?" Tanya Seina dan Salwa.

"Bunda... Onty ... coba liat di citu ada Papa!"

Salwa menoleh ke samping kiri. Ia melihat seorang pria dan wanita muda berjalan beriringan. Salwa senang meski agak kecewa karena Papa yang dimaksud rupanya adiknya sendiri.

"Kak.. selamat datang di perusahaan kita."

"PAPAAA!" seru Jelita berlari ke arah Gara. Jhansen mengejarnya, kecuali Jeremy yang cemberut karena dugaannya benar bahwa mereka ke tempat kerja adik Ibunya.

"Aduhai manisnya kedua tuyul Papa."

Pria gagah itu menggendong Jhansen dan Jelita. Salwa dan Seina terkesima akan tenaga Gara yang kuat. Selama empat tahun ini Gara membentuk postur tubuh atletis. Usianya sudah 23 tahun, pengusaha termuda yang masuk daftar orang terkaya di kotanya.

"Ekhem... kok yang dipeluk cuma Papa Gara? Aunty Vara tidak dipeluk juga?" Sahut seorang wanita berkacamata dari belakang Gara.

"Coalna Onty Vala pendek cekali. Jadina nda bica liat," timpal Jelita dengan ucapan tajam tapi wajah imutnya tidak membuat Vara marah.

"Pufftt..." Tawa Gara mencoba menahan.

"Ihhh... padahal Onty sudah dandan cantik-cantik begini tapi Onty malah diejek." Vara mengucek-ucek kacamatanya sambil pura-pura menangis.

Jhansen dan Jelita turun lalu memeluk Vara bersama. Mendongak dengan senyum bersalah namun sangat menggemaskan.

"Kami main-main aja, Onty, janan cedih.. ya..."

Vara menarik tangannya lalu berjongkok, memeluk mereka penuh kerinduan. "Hikss, Onty kangen bangetttt. Kalian cepat sekali besarnya, Onty kan jadi semakin tua aja," tangis Vara membuat Gara dan Jeremy memutar bola mata.

"Kalian pasti capek, sini kalian ikut kami ke ruangan Papa untuk istirahat sebentar." Ajak Gara tapi kakaknya malah diam menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa, Sei?" tanya Salwa cemas.

Seina maju perlahan lalu memeluk Gara. Si kembar dan Vara terpaku akan tangisan Seina yang luruh di dekapan Gara.

"Kak, semua sudah berlalu dan Gara sudah tepatin janji. Apakah sekarang kakak bangga pada Gara?" Gara mengusap punggung Seina yang bergetar.

Seina mengangguk senang. Ia teringat dahulu dirinya susah payah menghidupi adiknya dan masa-masa sulit mereka kini berubah.

"Kakak bahagia punya adik sehebat kamu."

"Gara juga senang punya kakak yang tangguh dan hebat seperti Kak Seina," bisik Gara semakin erat memeluk tubuh kakaknya.

Twins cadel mendekati Gara dan Seina, lalu memeluk keduanya. Salwa dan Vara tersenyum bahagia, tersentuh oleh pertemuan Gara dan Seina.

Usai suasana haru, lesung pipi indah terus muncul di wajah cantik Seina.

"Wahh sudah jam tujuh malam, apa Pak Gara tidak ada niat untuk mentraktir makan malam nih?" tanya Vara.

"Ekhee... Bunda, Jencen uda lapal." Jhansen memegang perutnya dan Jelita menepuk perut kakaknya.

"Dacal gentong, makan aja telul keljaanna."

Gara dan Vara kaget akan kepribadian Jelita yang cukup galak.

"Jencen butan gentoonggg! Dacal Kunti lele!"

Salwa dan Seina menepuk wajah melihat dua anak itu beradu mulut. Sedangkan Jeremy di sebelah Ibunya, membuang napas lalu menarik adiknya menuju mobil.

Gara dan Vara tertawa kecil melihat si sulung menjadi penengah, tapi keduanya diam kembali dan saling membuang muka. Lima tahun bekerjasama, mereka juga sering tidak akur.

"PAK GARA, TUNGGU!" Seseorang dari perusahaannya mengejar Gara karena ponselnya sengaja tidak dinyalakan.

"Ada apa?" tanya Gara dengan nada serak-serak basah yang menggetarkan hati. Bawahannya itu mengatakan ada undangan pesta besar di mana pengusaha kaya seluruh kota akan hadir untuk menjalin hubungan baik.

"Selama ini, kita tidak pernah memusuhi siapa-pun kan? Jadi kita tidak usah pergi ke sana. Mendingan waktu kita habiskan untuk nemenin tiga anak-anak menggemaskan ini." Cubit Vara ke pipi Jelita dan Jhansen kecuali Jeremy yang langsung pindah ke samping Salwa.

Gara berpikir demikian tapi Salwa berkata, "Gara, sebagai pengusaha baru yang baik dan sukses, mendingan kamu datang saja ke sana. Orang-orang akan beranggapan kalau kalian sombong jika tidak hadir. Terus bawalah kakakmu menjadi pasanganmu. Siapa tahu kakakmu dapat gebetan baru di sana," jelasnya mendorong Seina ke samping Gara.

"Aku tidak masalah sih, tapi memangnya kak Sei mau?" Gara menatap Seina yang ragu.

"Bundaa... onty... ebetan itu apa?" tanya Jelita.

"Bica di makan ya, Onty?" Ucap Jhansen.

Vara menahan tawa melihat kepolosan mereka, kecuali Jeremy yang tampak paham.

"Teman hidup baru buat Ibu kalian, sayang," jawab Salwa.

"Wahhh... bawaa Jelitaaa uga dong, Papa. Jelita ugah mau puna temen baluuu..." pinta anak perempuan mungil itu.

"Tidak boleh, di sana tidak ada anak kecil!"

Jelita cemberut dilarang Gara. Akhirnya bawahan itu pergi setelah Seina setuju. Gara kemudian membawa mereka ke restoran bintang lima.

Seina setuju bukan untuk mewujudkan keinginan Salwa, melainkan mencari ketenangan hati dengan 'mencuci mata' melihat pria tampan. Namun, dengan gaun putih indahnya, ia tak melihat satupun kecuali Gara. Semua tamu pria tua-tua dengan perut gendut.

Saat berdiri di samping Gara yang sedang berbincang, pandangan Seina tertuju pada sosok pria yang tak pernah ia temui lima tahun itu, kini muncul di pesta.

"Hmm, apa yang kakak lihat?" Tanya Gara sebab Seina tidak berkedip, fokus mengamati pria yang duduk sendirian di meja jamuan tanpa wanita di sampingnya.

"Ahhh i-itu sebaiknya kita pulang saja, Gara." Seina mendadak ingin pulang.

"Kak, kamu tenang saja, Gara yang akan melindungi kakak dari pria nakal di sini." Senyum Gara.

"Tidak, Gara. Kakak mau pulang sekarang."

Seina memohon sambil melirik ke meja jamuan, tapi pria itu sudah tidak ada. Gara bingung melihat kening Seina berkerut.

"Lihat siapa sih di sana Kak?" Tanya Gara penasaran. Seina menghela nafas, berpikir mungkin salah lihat. Tapi saat hendak menjawab Gara, tiba-tiba seorang pelayan membawa pesan misterius dari seseorang yang ingin bertemu Bos perusahaan J-Beauty Group.

"Kalau begitu, kakak ke toilet bentar, kamu ke sana saja duluan. Nanti kakak nyusul kamu."

Gara pergi bersama pelayan dan Seina mencari toilet. Tiba di WC wanita, Seina tidak masuk dulu karena tak sengaja melihat jepitan rambut merah milik putrinya di lantai.

"Hm, kenapa bisa ada di sini?" Seina celingak-celinguk di depan toilet tapi tidak ada orang.

Seina menghubungi Salwa, tapi Salwa mengatakan anak-anak sudah tidur. Seina menyimpan jepitan itu, menduga milik orang lain.

Sayangnya, tanpa sepengetahuannya, dua anak kembarnya ada di pesta itu dengan penyamaran lucu.

"IH DOLONG NA JANAN KECENG-KECENG KAKAK JEN. PALANA JELITA PUCING."

Terdengar seseorang mengoceh dari koridor toilet. Perawakannya gemuk dan kecil. Namun orang yang bertopi koboi coklat dan berjas hitam itu bukanlah laki-laki melainkan dua bocah mungil yang sedang dalam penyamaran.

"BILICIK KALIII... DIAM AJA NAPA! CAPEK TAU!"

sentak Jhansen yang mendorong meja kecil pembawa hidangan, dan terlihat Jelita berdiri di atasnya.

Mereka berhenti di pintu masuk menuju toilet.

"NAPA CIH KITA KABULL? ADAA CETAN DI CITU YAA?" tanya Jelita.

"UKAN CETAN TAPII BUNDAA...!"

"AAAAPPPAAA? BUNDAAA? NAPA KITA HALUS KABUL DALIH BUNDAA ATUH?"

"BILAL NDA MALAHIN JENCEN!"

"IHH! KITA PIGI CINI KAN MAU CALI BUNDAAA...! NAPA KITA HALUS KABUL."

Jelita menghentak-hentakkan kakinya, tapi kembali tenang karena takut melihat semua mata orang mengarah pada mereka yang aneh karena kemeja penyamaran mereka terlalu panjang.

"AUUH AAHH... JENCEN CAPEK! MAU PULANG AJA KE OBILNA PAPA GALA."

Jhansen mendengkus ingin keluar dari kemeja panjang itu tapi Jelita turun dan menarik kakaknya hingga sebagian orang kaget melihat kemeja itu melorot, seakan tampak dua kepala di dalamnya.

"... JANAN PIGI DULUU... KAK!"

Tiba-tiba, seseorang menarik topi koboi Jelita dan kemeja itu, membuat semua mata terbelalak.

"AHHH BULUNAN KABULLL...!" Jhansen dan Jelita kembali berlari masuk ke koridor toilet sebelum dua anak itu ditangkap security.

"HAI, KALIAN BERHENTI!" Security segera mengejar mereka lalu salah satu dari anak kembar itu tak sengaja menabrak seorang pria tinggi dan gagah, membuat kedua anak itu terjatuh.

"ADUHH CAKIT PATAT NA JELITA." Jerit Jelita dan Jhansen yang melongo. Jelita pun mengikuti arah mata kakaknya. Ia mendongak dan melongo pada pria berjas hitam di depan mereka.

Mata dua anak itu mengerjap seolah wajah pria tinggi itu mirip dengannya.

"Astaga, maafkan Om ya sudah bikin kalian terjatuh. Kalian baik-baik saja kan?" tanya pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan tapi mereka berdiri sendiri lalu memohon padanya.

"OOMM TOLONIN KITA ADA YANG MAU TANGKAP JELITA CAMA KAKAK JENCEN."

Ekspresi pria itu kaget dan segera menarik kedua anak itu bersembunyi dari security.

"Aneh, pesta ini khusus dihadiri para pengusaha, tapi kenapa ada anak-anak di sini? Apa ada yang sedang melakukan penjualan anak?" pikir pria itu kemudian bertanya alasan mereka ada di sini.

"Orang yang mengejar kalian sudah pergi. Tapi sebenarnya siapa kalian ini? Kenapa bisa ada di tempat ini?"

"Kami calli Bunda cama Papa, Oom," jawab Jelita di dekat Jhansen yang mengangguk.

"Kalian anak siapa? Nanti Om bawakan ke orang tua kalian." Pria itu mengangkat tangan ingin mengusap kepala mereka tapi menarik tangannya lagi. Ia harus mengangkat panggilan dari Asisten pribadinya yang kehadirannya sudah ditunggu.

"Baiklah, saya akan ke sana, Pak Lu."

Setelah itu, Jhansen berkata, "Oom, kami anaknya Papa Gala. Pelusasahannaa Jelita beyu-titih gelup." Pria itu tersentak kaget bukan karena ucapannya yang kacau tetapi karena keterangan Jhansen.

"Papa Gara dari perusahaan J-Beauty Group? Apa jangan-jangan mereka?" Jhansen dan Jelita segera dibawa olehnya.

1
cetom😘😘
tadi maxico torr, sekarang Paris, Mexico di benua Amerika utara sedangkan Paris di Eropa
zh4insu
Pengen ber*k,,,?
Deliz Diaz Dla FM B
Lanjutannnnnnn
Piyah
lanjut jngn di tamatin dong
Deliz Diaz Dla FM B
Lanjutannnnnnn
Piyah
jngn di bikin rebet ah
Piyah
lanjutkan ga pake lama
༎ຶP I S C E S༎ຶ: bab baru udh update kk
total 1 replies
Zidhat Al ihsan
aku kurang suka KL seina rujuk Ama Jovan mengingat perbuatannya dulu yg menyakiti seina sangat kejam dan amat sangat menyakitkan
༎ຶP I S C E S༎ຶ: siap, trima ksih sarannya kk, trus ikuti ya ceritanya
total 1 replies
Deliz Diaz Dla FM B
Lanjutannnnnnn
༎ຶP I S C E S༎ຶ: sdh dilanjutkan kk /Determined/
total 1 replies
Irmha febyollah
jadi ghina sakit jadi seina juga sakit.
༎ຶP I S C E S༎ຶ: /Sob/ gara-gara Jovan egois tuh, mereka berdua jdi korbannya
total 1 replies
Nora♡~
Tetap💪💪💪thor persatuan semula Seina dan Jovan ya thor... lanjut..
༎ຶP I S C E S༎ຶ: siap kk, trima kasih supportnya /Determined/
total 1 replies
Piyah
nahbegini kan enak bacanya g rumit gapusing lanjut terus
༎ຶP I S C E S༎ຶ: trima ksih sarannya kk, siap dilanjutkan 💪
total 1 replies
Piyah
jngn ruwet2 pusing
༎ຶP I S C E S༎ຶ: siap kk
total 1 replies
Piyah
ruwet amcritanya pusing lama2bacanya
༎ຶP I S C E S༎ຶ: 😁😁 sabar kk
total 1 replies
zh4insu
Ya Allah, aku nangis... Kasian si kembar.
Semoga Seina/ Elsha bisa bersatu lagi dengan Jovan, agar anak-anak bisa bahagia bersama orang tua yang lengkap.
zh4insu
Si Jovan gak metong kan kak othor?
Kasian si kembar baru bertemu bapaknya dah mau metong...
༎ຶP I S C E S༎ຶ: tdk smdh itu kk, nyawa Jovan kek kucing punya 9 nyawa 😆 dua nyawanya dh kepake tuh 🤭 ✌️
total 1 replies
Nora♡~
Tetap💪💪💪thor... lanjut..
༎ຶP I S C E S༎ຶ: siap kk, ikuti terus ya cerita triple cadel 😍
total 1 replies
zh4insu
Nyesel kan kamu jovan,,,
zh4insu: Iya kak,,, tapi dy metong gak kak? 😁
༎ຶP I S C E S༎ຶ: nyesel dulu bru sadar tuh Jovan nya 😆
total 2 replies
Eemlaspanohan Ohan
lanjut
C2nunik987
kalau melihat kebodohan dan kekejaman Jovan aku kesellll tapi klo liat jelita ma jhansen yg lindu ayahnya aku kasian ma triplets 🙈🙈🙈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!