Cerita cinta seorang duda dewasa dengan seorang gadis polos hingga ke akar-akarnya. Yang dibumbui dengan cerita komedi romantis yang siap memanjakan para pembaca semua 😘😘😘
Nismara Dewani Hayati, gadis berusia 20 tahun itu selalu mengalami hal-hal pelik dalam hidupnya. Setelah kepergian sang bunda, membuat kehidupannya semakin terasa seperti berada di dalam kerak neraka akibat sang ayah yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Tidak hanya di situ, lilitan hutang sang ayah yang sejak dulu memiliki hobi berjudi membuatnya semakin terpuruk dalam penderitaan itu.
Hingga pada akhirnya takdir mempertemukan Mara dengan seorang duda tampan berusia 37 tahun yang membuat hari-harinya terasa jauh berwarna. Mungkinkah duda itu merupakan kebahagiaan yang selama ini Mara cari? Ataukah hanya sepenggal kisah yang bisa membuat Mara merasakan kebahagiaan meski hanya sesaat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCSD 7 : Terbongkar
Mobil yang dikemudikan oleh Kasim perlahan mulai meninggalkan halaman rumah sang majikan. Kali ini di dalam mobil, ia membawa sang Nyonya besar dan juga asisten rumah tangga yang sudah puluhan tahun menjadi kepercayaannya.
"Kira-kira apa yang akan mereka lakukan di dalam sana?"
Oma Widuri yang duduk di bangku belakang mencoba membuka obrolan dengan Kasim dan juga Darmi sambil mengedarkan pandangannya ke arah jalanan yang dilaluinya.
Kasim dan Darmi yang duduk di bangku depan saling melempar pandangan dan sama-sama mengendikkan bahu seakan tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh sang majikan.
"Maksud Nyonya apa? Saya benar-benar tidak mengerti." jawab Kasim masih sambil fokus dengan kemudinya.
Oma Widuri membuang nafas kasar. "Taukah kalian apa yang dilakukan oleh cucu menantuku ketika suaminya sedang berada di luar rumah?"
Kasim dan Darmi sama-sama menggelengkan kepalanya. "Tidak Nyonya, kami sama sekali tidak mengetahui apapun."
"Huh kalian ini sama saja denganku. Aku sama sekali tidak pernah menyangka jika wanita itu telah menipu cucuku mentah-mentah." Oma Widuri kembali menghela nafas dalam. "Taukah kalian kalau selama ini Dita sudah bermain serong dengan Damar?"
Kasim dan Darmi seketika terperanjat saat mendengar penuturan sang majikan. Mereka sama sekali tidak menyangka jika akan mendengar berita seperti ini.
"Ohhhh pantas...."
Oma Widuri yang sebelumnya menatap suasana di ruas jalan yang ia lalui kemudian menautkan pandangannya ke arah Darmi. Ucapan Darmi benar-benar mengusik jiwanya. "Pantas apa, Mi? Apa yang kamu ketahui tentang Damar dan Dita?"
"Pantas saja saya seperti pernah mendengar desahan-desahan di kamar itu Nyah. Namun saya mengabaikannya karena saya pikir itu adalah suara makhluk tak kasat mata yang menempati kamar itu."
Oma Widuri semakin bersemangat mengorek informasi dari asisten rumah tangga yang ia miliki ini. "Memang sejak kapan kamu sering mendengar desahan-desahan itu, Mi?"
Darmi terlihat tengah berpikir seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Kalau tidak keliru sudah sejak dua bulan belakangan ini Nyah. Dan saya lebih sering mendengarnya di waktu malam, tepatnya sebelum tuan Dewa pulang dari kantor."
Oma Widuri mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ternyata sudah lama juga mereka bermain belakang. Tapi jika sejak lama kamu mendengar desahan-desahan itu, mengapa tidak langsung kamu dobrak saja pintunya Mi?"
Oma Widuri berpikir jika saat Darmi mendengar suara desahan seseorang yang tengah larut dalam lautan hasrat mereka, ia langsung bertindak pasti kebusukan Dita akan segera terbongkar dan mungkin saat ini sang cucu sudah resmi menjadi seorang duda. Dan itu jauh lebih baik daripada sang cucu terus menerus dipermainkan seperti ini.
"Waktu itu saya benar-benar takut Nyah, karena saya pikir itu adalah suara makhluk ghaib yang sedang mantap-mantap. Karena kamar itu memang tidak berpenghuni bukan? Jadi setiap saya mendengar suara itu, saya langsung berlalu begitu saja.
"Hemmmm... Kita lihat nanti, apa yang akan mereka lakukan hari ini. Aku rasa cucuku akan segera menceraikan Dita jika sampai mengetahui kebejatan yang dilakukan oleh wanita itu."
Darmi berdecak lirih. "Tuan Dewa benar-benar kasihan ya Nyah. Padahal tuan Dewa itu sangat mencintai dan penuh kasih sayang kepada nyonya muda, tapi ternyata nyonya muda berbuat serong di belakang tuan."
"Aku rasa Dita menampakkan wajahnya yang asli. Di mana dia tidak dapat bersabar di kala Dewa sedang menghadapi ujian hidupnya."
***
Di sebuah perusahaan konveksi pembuatan bra dan under wear terbesar di kota Bogor, terlihat Dewa sedang fokus dengan layar laptop yang ada di hadapannya. Jemarinya begitu lincah menari-nari di atas keyboard, saling berbalas e-mail dengan para investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan milik Dewa.
PT. Widuri Under Wear, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konveksi di mana semua jenis under wear diproduksi di sini. Sebuah perusahaan yang puluhan tahun lalu telah didirikan oleh sang nenek dan hingga kini perusahaan itu masih berdiri kokoh berkat tangan dingin sang cucu yang menjadi penerusnya.
Dewa bukanlah satu-satunya cucu oma Widuri. Dewa memiliki seorang kakak laki-laki bernama Kunto Wisnu Aji yang saat ini tinggal di Surabaya. Sama sekali tidak tertarik dengan perusahaan yang diwariskan oleh sang nenek, ia memilih mendirikan perusahannya sendiri yang bergerak di bidang properti. Ia pun juga sudah memiliki seorang pendamping hidup yang bernama Indira Anarawati Anindya.
Dewa menyandarkan punggungnya di kursi kebesaran yang ia duduki. Ia sedikit memijit-mijit pelipisnya yang terasa pening. "Aaahhh... Mengapa kepalaku terasa berat seperti ini? Rasa-rasanya aku ingin segera beristirahat di rumah."
Dewa beranjak dari posisi duduknya. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia berpikir jika ia pulang, rasa sakit di kepalanya akan segera menghilang. Tentunya setelah bertemu dengan sang istri tercinta. Dewa melangkahkan kakinya, melenggang meninggalkan ruangannya.
Langkah kakinya mengayun ke arah sebuah ruangan, di mana Krisna, seorang laki-laki yang menjadi kepercayaannya berada. Tanpa membuang banyak waktu, Dewa masuk begitu saja di ruangan Krisna.
"Astaga!!! Apa yang kamu lakukan Kris!!!"
Dewa terkejut setengah mati tatkala memergoki Krisna sedang menindih seorang wanita di atas sofa. Blouse warna putih yang dikenakan oleh wanita itu sudah separuh terbuka. Dan menampilkan dadanya yang mulus.
Krisna yang tengah asyik menikmati bagian dada wanitanya itu juga tak kalah terkejut. Buru-buru ia berdiri dari posisinya. Dan mulai mengatur nafasnya.
"Wa, apakah kamu tidak punya sopan santun? Mengapa kamu masuk ke ruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu?"
Dewa berdecih. "Hey, aku adalah pemilik perusahaan ini. Jadi tanpa mengetuk pintu ruangan bawahanku pun aku bisa masuk seluruh ruangan yang ada di sini."
Krisna tersenyum miring. "Tapi jika seperti ini, kamu benar-benar mengganggu privasi ku Wa!"
"Cih, privasi apa yang kamu maksud? Kamu yang sudah melanggar etika dengan berbuat mesum dengan karyawanku yang bekerja di sini. Seharusnya aku turunkan jabatan kamu untuk menjadi tukang bersih-bersih toilet di kantor ini."
Mendengar kata-kata turun jabatan membuat wajah Krisna berubah pias. Ia mendekat ke arah Dewa dan mulai memasang wajah memelasnya.
"Ampun Wa... Jangan turunkan jabatanku menjadi tukang bersih-bersih toilet ya. Masa kamu tega denganku? Aku hanya tidak bisa menahan hasratku, jadi aku melakukan ini."
Dewa menatap mata Krisna dengan sinis. "Apakah kamu begitu miskin hingga tidak bisa menyewa hotel untuk melakukan itu? Dan malah justru berbuat hal itu di jam kerja seperti ini?"
Krisna memukul pundak Dewa. "Hey tuan Dewa yang terhormat! Saat ini adalah jam istirahat siang, jadi aku boleh melakukan apapun. Dan aku sedang menyantap hidangan makan siangku, jadi tidak ada yang keliru bukan?"
"Yang keliru itu otak mesum kamu Kris! Lagipula bagaimana bisa kamu berbuat mesum seperti ini, padahal di ruangan ini ada banyak CCTV?"
Krisna terbahak. "Kalau hal itu aku tidak perlu risau. Lihatlah kamera-kamera CCTV itu!" Ucap Krisna sambil menunjuk ke arah sudut langit-langit di mana CCTV itu terpasang.
Dewa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari berdecak. Ternyata otak sahabat sekaligus tangan kanannya ini begitu cemerlang, ia menutup kamera CCTV itu dengan kain, sehingga apa yang dilakukanya di dalam ruangan ini tidak terekam sama sekali.
"Benar-benar mesum kamu Kris!"
Krisna kembali terbahak. "Oke, aku minta maaf perihal ini. Aku tidak akan mengulanginya lagi jika tidak khilaf." Krisna menghela nafas dalam. "Ah iya, ada urusan apa kamu ke ruanganku?"
"Aku mau pulang, jadi aku minta untuk sementara waktu kamu yang menghandle semua pekerjaanku."
Dahi Krisna sedikit mengerut, karena tidak biasanya sang bos besar pulang ke rumah di siang hari seperti ini. "Apakah kamu sedang tidak fit?"
Dewa hanya mengendikkan bahunya. "Sepertinya begitu. Kepalaku terasa berat sekali. Dan aku ingin beristirahat di rumah."
"Baiklah kalau begitu. Pulanglah. Aku akan menggantikanmu di sini."
Dewa mengangguk. "Terimakasih." Dewa membalikkan badannya. Saat tangannya menyentuh tuas pintu, ia sejenak terdiam. "Karena kamu sudah berbuat mesum di kantor, bulan ini aku potong gaji kamu tujuh puluh lima persen!"
"Apa?????? Hey jangan bercanda kamu Wa!!"
Sedangkan Dewa hanya acuh. Ia berlalu begitu saja meninggalkan ruangan Krisna.
***
Sementara itu di sebuah kamar yang begitu luas dan mewah, terlihat Dita tengah berbaring di atas ranjang. Tubuhnya polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupinya. Dan seorang laki-laki berbadan kekar, mengungkungnya.
"Ssshhhhh.. Beb... Kamu benar-benar perkasa. Sudah tiga kali aku mencapai pelepasan. Namun sekalipun kamu belum juga sampai. Aku sangat puas Beb.... Sssshhhh....Aaahhh...."
Damar terus memacu tubuh Dita. "Eemmmmphhh .... milik kamu benar-benar nikmat Hon... Aku benar-benar menyukainya. Ooohhhh.... Eempphhhhh.... Apakah kamu sudah siap meledak untuk ke empat kalinya?"
Dita mengangguk pelan sambil menatap mata Damar dengan tatapan penuh damba. "Lebih cepat Beb... Ayo kita raih sama-sama."
Damar pun semakin memacu tubuh Dita dengan gerakan cepat. Seolah ingin segera mencapai tujuannya. Lenguhan, erangan dan teriakan-teriakan kecil menggema memenuhi kamar yang merupakan kamar pribadi Dita dengan Dewa.
"Aaaaarrrgghhhhh Baby..."
"Aaaaarrrgghhhhh Honey....."
Tubuh keduanya berguncang hebat. Setelah itu keduanya nampak begitu lemas. Posisi Damar masih menindih Dita sembari ia berikan ciuman-ciuman sensualnya di wajah sang kekasih.
Ceklek...!!!!
Brakkk!!!!!!!
Pintu kamar terbuka. Damar dan Dita menoleh ke arah sumber suara. Dua orang yang tengah bergumul itu seketika terperanjat dengan kedua bola mata yang sudah terbelalak sempurna.
"M-Mas Dewa!!!"
"T-Tuaaan!!!"
.
.
. bersambung...
mengecewakan😡