NovelToon NovelToon
Mas Dosen, Ayo Cerai!

Mas Dosen, Ayo Cerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: za.zhy

Nala Purnama Dirgantara, dipaksa menikah dengan Gaza Alindara, seorang Dosen tampan di kampusnya. Semua Nala lakukan, atas permintaan terakhir mendiang Ayahnya, Prabu Dirgantara.

Demi reputasi keluarga, Nala dan Gaza menjalani pernikahan sandiwara. Diluar, Gaza menjadi suami yang penuh cinta. Namun saat di rumah, ia menjadi sosok asing dan tak tersentuh. Cintanya hanya tertuju pada Anggia Purnama Dirgantara, kakak kandung Nala.

Setahun Nala berjuang dalam rumah tangganya yang terasa kosong, hingga ia memutuskan untuk menyerah, Ia meminta berpisah dari Gaza. Apakah Gaza setuju berpisah dan menikah dengan Anggia atau tetap mempertahankan Nala?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon za.zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Sakit

Nala menggigil kedinginan, hujan dan angin kencang membuat Nala memeluk dirinya sendiri. Gaza yang melihat itu mendekat, ia menarik Nala ke dalam pelukannya. berusaha membagi rasa hangat dari tubuhnya. Sepertinya sudah cukup lama mereka berdiri dibawah hujan, tetapi wanita tua itu belum menyuruh mereka berhenti.

“Lepas…” gumam Nala pelan.

“Nenek ngeliatin kita dari sana. Ingat, kita harus tetap bersandiwara.” Suara Gaza pelan, tapi cukup tegas. Ia bahkan semakin mengeratkan pelukannya pada Nala, tanpa peduli, ucapannya menyakiti Nala.

Nala melirik  ke arah rumah, benar saja. Puspa berdiri sambil tersenyum puas. Ia bahkan mengambil kuris untuk mengawasi Gaza dan Nala.

“Lima menit lagi,” teriak Puspa.

Suaranya samar-samar terdengar oleh Nala dan Gaza. “Sebentar lagi.” Gaza menenangkan Nala yang berusaha melepas pelukannya.

“Diam, Nala!” Suara Gaza sedikit meninggi dan berhasil membuat Nala membeku dan memilih pasrah dalam dekapan suaminya.

Siapapun yang melihat pasti mengira itu adalah adegan romantis, tapi bagi Nala tak lebih dari penyiksaan. Hari ini ia mengalami banyak hal. Ia menyandarkan kepalanya di dada Gaza, mencari ketenangan dengan mendengar detak jantung suaminya. Pikirannya bertanya-tanya, salahnya dimana hingga harus menjalani kehidupan seperti ini.

“Mas?” panggil Nala pelan.

“Hem…” gumam Gaza dingin nyaris tak terdengar “Bisa gak hubungan kita seperti hubungan suami istri pada umumnya?” Pertanyaan yang Nala sesali setelah ia utarakan.

Gaza tak menjawab, ia mengelus punggung Nala seolah menenangkan istrinya. Tapi sejujurnya, Gaza yang mulai merasa terusik. Nala tak setenang dulu lagi, tak lagi menurut dan mulai memperlihatkan bagaimana hubungan mereka selama setahun ini.

“Akan seperti itu nantinya,” jawab Gaza setelah cukup lama diam, tapi tak menemukan jawaban yang tepat.

“Aku capek,” lirih Nala.

“Istirahat La. Bukan berhenti,” ucap Gaza, kali ini sedikit melunak. 

Nala tak lagi menjawab, percuma saja rasanya. Ia harus tegas jika memang Gaza menjadi pria lemah dan tak punya prinsip, tak seperti Gaza yang orang-orang kenal.

“Kak Gaza!” teriakan Zanna menyadarkan Nala. “Masuk! Nenek sudah masuk kamar,” lanjut Zanna sambil melambaikan tangannya meminta Kakak dan Kakak iparnya masuk.

“Ayo!” Gaza menarik Nala dalam rangkulannya. “Jangan memberontak,” ucap Gaza saat Nala berusaha melepas rangkulannya.

Zanna menunggu sembari membawa dua handuk di tangannya, ia bisa melihat bibir Nala sedikit biru dan tubuhnya bergetar pelan. 

“Ya Allah, La. Sepertinya ini hari sialnya kamu deh,” ucap Zanna sembari melilitkan handuk di tubuh Nala.

“Setahun ini aku kena sial terus,” bisik Nala dengan suara bergetar menahan dingin.

Iskandar yang baru datang, melihat anak dan menantunya mengeringkan tubuh. tatapan kasihan jelas terlihat di sana. Ia mendekat dan mengusap kepala Nala, senyumnya terlihat menenangkan.

“Maafkan keluarga suamimu ya, La. Kami membuat kamu menderita disini,” ucap Iskandar tulus.

Nala menggeleng, ia menarik sudut bibirnya memberikan senyuman tipis pada mertuanya. “Gak apa-apa, Pah.” 

Pria paruh baya itu hanya mengangguk kemudian melirik ke putranya. “Ajak istrimu ke kamar, kemudian mandi air hangat. Zanna, buatkan teh panas dan antarkan ke kamar Kakakmu,” perintah Iskandar kepada dua anaknya, tak ada bantahan. Keduanya menuruti.

Gaza menarik tangan Nala, membawa istrinya menuju kamar di lantai dua. Di ruang keluarga hanya ada Rey yang sibuk dengan playstation di tangannya, bahkan pria itu tak menyadari bahwa Gaza dan Nala baru saja melewatinya.

Pintu kamar dibuka, Nala sedikit mundur saat merasakan hawa dingin dari dalam kamar. 

“Pendinginnya lupa dimatikan,” ucap Gaza sembari mencari remot dari pendingin ruang di kamarnya. “Mandi aja dulu!” Gaza memerintahkan Nala yang memilih berdiri bak patung di depan pintu.

Nala menuruti, ia mengambil pakaian ganti dan masuk ke dalam kamar mandi. Saat Nala di kamar mandi, saat itu pula Gaza meringis pelan, tubuhnya pun merasakan dingin yang sama. Ia gegas membuka baju basahnya dan menggantikannya menggunakan bathrobe.

Gaza memilih duduk, ia menyandarkan tubuhnya saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Ia mengulang semua kejadian hari ini. Kesalah pahamannya pada Nala dan bagaimana ia bersikap pada istrinya. Itu semua di luar kendalinya, hatinya selalu kehilangan kendali jika sudah menyangkut istrinya dan juga wanita itu, Anggia.

Suara pintu diketuk menyadari Gaza, Ia bergegas sebelum membuat Zanna marah karena menunggu terlalu lama.

“Gaza…” 

Gaza membeku, ia melihat Anggia membawa nampan berisi dua gelas teh panas yang masih mengepul. 

“Kenapa kamu?” tanya Gaza, ia tak bisa menutupi keterkejutannya.

Anggia sedikit menunduk, “tadi di suruh Tante Maya.”

“Aku pikir kamu dan Bunda sudah pulang.” Gaza berbicara cukup pelan. 

“Tante Maya melarang, katanya di luar hujan deras dan angin kencang. Bahaya kalau pulang sekarang. Jadi, malam ini aku dan Bunda bermalam di sini.”

Gaza mengangguk tak lagi menjawab ucapan Anggia, keduanya terjebak dalam kebisuan. 

Nala melihat semuanya, tatapan suaminya lembut dan berbeda. Cemburu? tentu saja, bahkan ada rasa tertekan di hati Nala. Ia beberapa kali menarik nafas agar hatinya sedikit lega, tapi rasanya semakin sesak. Nala memilih mendekat ke arah suami dan kakaknya.

“Kak Gia?” panggil Nala sukses memecahkan kecanggungan di antara keduanya. “Masuk aja Kak, gak enak berdiri di depan pintu!” 

Anggia menggeleng cepat, ia memberikan teh yang ia bawa ke tangan Gaza.

“Kakak, cuman anterin teh hangat, d minum ya.” 

Tanpa menunggu jawaban Anggia berlalu dengan cepat, suara langkahnya menuruni tangga bahkan terdengar menggema, mengisi heningnya malam.

“Kamu jangan salah paham.” Gaza menahan tangan Nala yang hendak berbalik.

Nala diam, ia menatap Gaza cukup lama.

“Aku gak seperti kamu yang menuduh tanpa sebab Mas. Kak Anggia cuman anter teh 'kan?”

Nala kemudian menarik tangannya dan berlalu dari hadapan Gaza, tak lama suara pengering rambut terdengar mengisi keheningan kamar. Gaza memilih meletakkan teh hangat di atas meja dan berlalu ke kamar mandi.

Suara pintu kamar mandi yang tertutup membuat Nala mematikan pengering rambutnya, ia mengusap pipinya yang entah sejak kapan sudah basah karena air matanya. 

“Sepertinya, keputusan aku sudah bulat, Mas,” gumam Nala sembari menatap ke arah pintu kamar mandi.

Gaza keluar dari kamar mandi, lampu kamar sudah temaram, Nala sudah terlelap di sofa. Istrinya itu bahkan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. 

“La, kamu gak minum tehnya?” tanya Gaza mendekat ke arah Nala.

Tak ada balasan, Gaza tau Nala belum benar-benar terlelap. Setahun menikah, Gaza cukup tau kebiasaan Nala yang tidak akan tidur saat rambutnya masih basah. Gaza memilih duduk di lantai, ia bersandar pada sofa tempat Nala terlelap. Ia tak bicara, pandangannya kosong ke depan, ia seolah menghitung waktu hingga dengkuran halus terdengar dari Nala.

“Butuh waktu hampir satu jam untuk kamu benar-benar terlelap, La.” Gaza bergumam pelan, ia menatap Nala yang berbaring tak nyaman di sofa.

Pelan-pelan Gaza mengangkat tubuh Nala, memindahkannya ke ranjang agar lebih nyaman. ia merapikan selimut yang tadi Nala gunakan. Nala bergerak pelan, ia mulai merasa nyaman dan nafasnya kembali teratur.

Gaza mendekat, ia menyentuh alis mata Nala, ia selalu mengagumi pahatan wajah istrinya itu. Pandanannya berpindah ke arah kaki, rasa bersalah kembali mengusiknya.

“Maaf, aku telah menuduhmu,” bisik Gaza, ia bergegas mengambil salep yang tadi ia gunakan untuk mengobati istrinya.

“Ekhhh…” Nala sedikit terusik saat Gaza mengoleskan salep di kakinya. 

“Setttt…” Gaza menepuk lengan istrinya seperti anak bayi, ia takut Nala terbangun karena ulahnya.

***

Malam semakin larut, udara di kamar semakin menusuk. Sekuat apapun Nala membungkus tubuhnya, ia tetap kedinginan. Ia beranjak, tapi sedikit terkejut saat mendapati dirinya di atas tempat tidur, ia melirik pada pria yang menjadi suaminya, sudah terlelap di sofa yang tadi ia gunakan.

“Sudahlah,” gumam Nala berusaha tak peduli saat melihat posisi tidur Gaza yang sedikit tak nyaman.

Nala berjalan keluar kamar, ia memeluk tubuhnya yang menggigil. Ia melihat ke arah ruang keluarga, Rey sudah terlelap sembari memeluk playstation-nya. 

“Ke kamar Zanna saja,” putus Nala akhirnya. 

Ia kembali menaiki tangga menuju lantai dua dan menuju kamar Zanna, jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Ia berharap Zanna sedang menonton drakor kesukaannya.

“Zanna…” panggil Nala sambil mengetuk pintu, sesekali Nala mengusap tangannya agar rasa hangat kembali ia rasakan.

Nala kembali mengetuk pintu kamar Zanna, lebih kencang karena ia mulai merasa tak nyaman pada tubuhnya, kepalanya pusing dan perutnya sedikit sakit.

“Zanna, buka.” Nala kembali mengetuk hingga ia mendengar suara langkah mendekat.

“Loh?” Zanna terkejut saat membuka pintu. “La, ada apa? Kamu sakit?” Suara Zanna panik. Bagaimana tidak panik, wajah Nala benar-benar pucat.

Zanna menempelkan tangannya di kening Nala, rasa hangat segera ia rasakan. Dengan cepat Zanna menarik tangan Nala agar masuk ke kamarnya. “Kamu demam, La. Kok keliaran?” tanya Zanna lagi.

“Ia aku tau, makanya aku butuh obat.” ucap Nala kemudian berbaring di ranjang Zanna.

“Tungguin, aku cari obat demam dulu.” 

Zanna segera berlari keluar, ia mencari obat di kotak p3k yang ada di lantai bawah. Mulut tak henti-henti menyebut neneknya, ia sudah menebak Nala demam karena di suruh hujan-hujanan semalam.

“Tips hamil apaan? ini namanya menyiksa!” kembali Zanna mengoceh hingga ia mendapatkan apa yang ia butuhkan. 

“Nala… Bangun dulu, minum obat dulu,” ucap Zanna, kemudian membantu Nala untuk duduk.

“Kok makin panas sih? kita ke rumah sakit saja ya? Aku bangunkan Kak Gaza dulu,” ucap Zanna setelah memastikan Nala meminum obatnya.

Belum sempat Zanna beranjak, Nala sudah menahannya. Ia menggeleng pelan seolah melarang Zanna memberitahu Gaza.

“Aku gak apa-apa, obat saja sudah cukup,” ucap Nala dengan suara pelannya.

Zanna akhirnya diam, ia membiarkan Nala istirahat. Ia duduk di samping Nala yang memejamkan matanya. cukup lama Zanna duduk hingga ia melihat Nala mulai berkeringat dan tubuhnya tak lagi sepanas tadi.

“Sepertinya sudah agak mendingan,” bisik Zanna kemudian ikut terlelap di samping Nala.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
partini
lah cuma gitu dong, istri mu merencanakan sesuatu yg gercep dong aihhhss dosen 1/2 ons susah
Agunk Setyawan
👍
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
kalea rizuky
bertele tele mau cerai ya gugat ke pengadilan agama alasannya uda g cocok g ada nafkah batin bilang aja suami mu masih suka kakak mu selingkuh secara gak langsung alias sembunyi2
partini
wih siang udah up ,,nek gimana mau dapat cicit orang mereka aja belum belah duren ,,ayo nek gercep
DewiKar72501823
author nya the best 👍🏻
partini
nafkah batin weh. ayo kalau kamu mau merek ga cerai cari cara dong biar ga jadi pasti tau lah dengan sedikit bubuk pasti bisa malam pertama
TRI FAA
ribet thorr,,coba drama ny d buat agar mreka sling mncintai😄
Reni Anjarwani
semanggat doubel up trs thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya
Wayan Sucani
Kisahnya keren... yuk lanjutannya Thor
kalea rizuky
ngapain bertahan pasangan selingkuh mereka itu
kalea rizuky
egois bgt ajuin cerai kn bisa jangan goblok mertuamu aja suka ma kakak mu kan kakakmu jg lagaknya kayak pelakor munafik suamimu jg bloon
kalea rizuky
)cari pcr aja beres nala
Mundri Astuti
tuh Gaza, mang kamu doang yg tampan, Nala dikelilingi cogan", rasain cembokur cembokur dah
partini
aduh pak dosen wkwkwkk itu baru meeting sebelum KKN kalau dah KKN apa kamu bisa tidur teringat banyak cogan yg bersama istri mu
Mundri Astuti
mang aneh si, kesannya ada maksud lain dan ngga tulus
partini
terlalu cepat perubahan nya pasti rasanya aneh,,gaza jg belum menyadari rasa di hatinya kalau terbakar cemburu mungkin baru sadar dia menunggu part di mana Nala KKN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!