"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Urusan Itu Aku? 27
"Gimana sayang?Apa semuanya oke? Apa lancar?" Dhea langsung menghampiri sang cucu saat mobil sudah sampai tepat di depan pintu.
Dhea tentu penasaran tentang apa yang terjadi tadi di perusahaan. Terlebih tentang bagaimana Ditrian bertindak.
"Kita bicara di dalam aja, Oma. Kita nggak boleh ngomong sembarangan di luar. Setiap dinding punya telinga,"ucap Vindra dengan tenang.
Dhea mengangguk paham, dia lalu membawa masuk Ditrian dan Luaticia. Sedangkan Vindra memilih untuk memarkirkan mobilnya lebih dulu. Dengan dibantu Drake, Vindra membawa semua laporan yang harus diperiksa.
Setelah tiga puluh menit berlalu, mereka semua berkumpul di ruang kerja Drake. Tak lupa Vindra juga menghubungi sang ibu untuk datang ke rumah.
"Jadi giman, ceritain dulu tentang yang terjadi tadi,"tanya Virya dengan penuh perasaan. Dan wajah penasaran itu tak hanya dimiliki ole Virya melainkan Drake dan Dhea juga.
" Lancar jaya sentosa, Mi. Ditrian bener-bener kayak dirinya yang dulu. Aku tadi sempet was-was dan khawatir juga. Tapi ternyata melebihi ekspektasiku. Ditrian beneran top banget aktingnya. Ya kan, Lu?" Vindra meminta dukungan dari Luaticia terkait kemampuan Ditrian tadi.
"Benar, Didit sungguh seperti yang ada di video yang diperlihatkan kepada saya. Bahkan saya merasa Didit menjadi orang lain," timpal Luaticia yang setuju dengan ucapan Vindra.
Nampak Dhea, Drake dan Virya bernafas lega. Mereka bersyukur bahwa tidak ada yang kurang dari "show" dadakan yang mereka lakukan.
"Lalu ini?" tanya Virya kepada sang putra.
"Itu laporan pekerjaan dari semya divisi, Mi. Mau nggak mau kita yang harus ngecek dan ngerjainnya. Nggak hanya itu, nanti Oland juga bakal ngirim laporan pekerjaan dia ke surel. Sebenarnya yang paling urgent itu adalah peluncuran produk baru yang tinggal hitungan dua minggu. Ini sih yang harus bikin kerja keras. Tapi kemarin Stevan bilang mau diundur dulu. Semoga sih bener ya" papar Vindra. Dia menjelaskan secara rinci kepada ibunya dan juga opa dan omanya.
"Ya udah kalau gitu sekarang kita periksa. Lu, kamu bisa kembali ke kamar. Ehm, mungkin kamu bisa nemenin Nek Asih. Kasian Nek Asih jadi sering ditinggal sama kmau terus gara-gara urusan Ditrian," ucap Dhea.
"Baik, Bu. Terimakasih," jawab Luaticia sambil beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Luaticia juga segera menemui Nek Asih. Dia yang datang ke tempat ini memang ditunjuk sebagai pengasuh Ditrian, sehingga waktunya bersama Nek Asih berkurang banyak.
"Nek lagi apa?" tanya Luaticia saat masuk ke kamar sang nenek.
"Nggak lagi apa-apa,"jawab Nek Asih sembari tersenyum lebar.
"Kalau gitu, jalan-jalan ke taman belakang yuk. Sorenya cerah banget, pasti enak buat jalan-jalan,"ajak Luaticia. Dia merasa ini waktu yang sangat tepat untuk mengajak sang nenek menikmati udara sore.
"Ayok, udah lama kan kita nggak nikmati sore berdua kayak gini. Jadi kangen kampung ya,"sahut Nek Asih.
Luaticia menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tidak dipungkiri dirinya juga merindukan kampung halamannya. Meski di kota mudah dalam mendapatkan semuanya tapi suasana di desanya yang masih asri dan tenang tetaplah sangat dia rindukan.
Nenek dan cucu itu berjalan-jalan dengan pelan, Luaticia menggandeng Nek Asih. Mereka berhenti dan duduk di kursi yang ada di taman.
Nek Asih mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Wanita tua itu lalu tersenyum ke sambil menengadahkan wajahnya, membiarkan wajah itu terkena sinar matahari sore.
"Apa kamu senang berada di sini, Lu?" tanya Nek Asih kepada cucunya. Dia tidak menatap wajah Luaticia karena masih tetap berada di posisi tersebut.
"Senang atau tidak itu tergantung sih, Nek. Tergantung kita menyikapinya. Tapi yang jelas semua orang ini di sini baik. Aku ngerasa nyaman. Cuma kalau semua urusan di sini udah selesai, yakni Didit udah kembali ingatannya, ya aku akan balik ke kampung. Gimanapun juga di sana rumah kita, dan apa-apa pun tetep paling nyaman adalah rumah kita,"jawab Luaticia dengan sungguh-sungguh.
Nek Asih mengalihkan pandangannya, yang tadinya menatap ke langit ki ke wajah sang cucu. Dia juga meraih tangan Luaticia dan menggenggamnya dengan erat.
"Apapun yang kamu putuskan, Nenek bakalan dukung kamu. Cuma ada satu hal yang perlu kamu inget, jangan mengalahkan kebahagiaanmu untuk Nenek. Selama ini kamu udah ngerawat Nenek dengan baik, dan Nenek sangat berterimakasih akal hal itu. Jika nanti kamu menemukan sebuah kebahagiaan, maka perjuangkan lah itu untuk dirimu sendiri dan jangan memikirkan Nenek, ngerti?"
Luaticia tidak menjawab ucapan Nek Asih, dia memilih untuk memeluk Nek Asih dengan erat.
Nek Asih adalah satu-satunya keluarganya sekarang. Sampai kapanpun Luaticia tidak akan meninggalkan atau mengabaikan Nek Asih sekalipun demi kebahagiaannya, karena menurutnya kebahagiaan yang sebenarnya adalah bersama sang nenek.
"Hmmm nggak mau jawab ya. Nggak masalah. Pokoknya suatu hari nanti kamu harus nyari kebahagiaanmu sendiri, Lu. Nenek berharap demikian,"ucap Nek Asih lirih sambil mengusap lembut kepala sang cucu.
Nek Asih berkata demikian bukan tanpa alasan. Dia tahu betul dirinya sudah tua, tubuhnya yang renta utu tak lagi mampu untuk berdiri dengan kokoh menghadapai dunia. Terlebih semalam dia bermimpi bertemu degan anak dan menantunya. Mereka berdua sudah memanggilnya untuk ikut.
"Aku hanya nggak mau kamu sendirian ketika aku pergi nanti, Lu." Nek Asih bicara dalam hati. Dia tidak ingin membuat sang cucu khawatir tentang dirinya. Tapi Nek Asih juga berharap akan ada seorang laki-laki yang nantinya bisa menerima Luaticia dengan baik. Bukan hanya laki-laki itu, tapi juga keluarganya.
Nek Asih tidak ingin meninggalkan Luaticia sendirian di dunia ini tanpa ada seorang pun di sisi cucunya itu.
Luaticia dan Nek Asih yang tengah duduk bersama dan berbincang ringan itu ternyata dilihat oleh seseorang. Dari dalam rumah, orang itu tersenyum lebar. Dia lalu berjalan perlahan dan mendekat ke tempat dimana Nek Asih dan Luaticia duduk. Rencananya adalah ingin mengejutkan mereka berdua. Namun hal itu urung dilakukan karena dia mendengar banyak hal.
"Jadi Mbak Lulu bakalan pergi kalau urusannya udah selesai. Apa yang dimaksud urusan Mbak Lulu itu aku?" ucapnya dalam hati.
Ya orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ditrian. Dia yang bosan di ruang kerja karena tidak mengerti dan tidak ada yang bisa dikerjakan memilih untuk keluar saat semua orang tengah sibuk.
Ditrian mencari keberadaan Luaticia di kamarnya dan kamar Nek Asih, tapi ternyata tidak ada. Dan akhirnya dia menemukan Luaticia di taman.
Pria itu terkejut ketika mendengar perbincangan Luaticia dan juga Nek Asih. Dia terkejut saat tahu bahwa Luaticia akan kembali ke kampungnya. Bagi Ditrian itulah kata yang dia garis bawahi.
Ditrian memundurkan langkahnya dengan perlahan. Dia tidak ingin ketahuan. Dan saat berbalik, Ditrian sangat terburu-buru sehingga tubuhnya membentur pintu.
"Aaaaau, ughhhh."
Luaticia yang mendengar suara Ditrian pun langsung menoleh ke belakang. Dia terkejut saat Ditrian duduk di lantai.
"Didit, kamu nggak apa-apa?" tanya Luaticia dengan sangat khawatir. Dia memeriksa kepala Didit yang benjol dan sedikit luka.
"Ayo ke dalam, Mbak obati. Nek bentar ya,"ucap Luaticia. Dia membantu Didit berdiri. Perbedaan tinggi tubuh mereka sedikit membuat Luaticia kesulitan.
Nek Asih hanya mengangguk, karena dia masih ingin di sana, jadi Nek Asih tetap duduk di kursi.
"Semoga kamu mendapatkan sebuah kebahagiaan, cucu ku."
TBC
pas jadi Didit ya gak bakalan kecium aroma segar dari badan Lulu, karna Didit msh kayak anak² yg polos, sedangkan skrg dah pulih jadi Ditrian pria dewasa yg bisa tertarik dgn lawan jenis 😁