Dasha Graves, seorang ibu tunggal yang tinggal di Italia, berjuang membesarkan dua anak kembarnya, Leo dan Lea. Setelah hidup sederhana bekerja di kafe sahabatnya, Levi, Dasha memutuskan kembali ke Roma untuk mencari pekerjaan demi masa depan anak-anaknya. Tanpa disangka, ia diterima di perusahaan besar dan atasannya adalah Issa Sheffield, ayah biologis dari anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
“Pulang?” jawab Dasha ragu.
“Aku akan mengantarmu. Malam sudah larut, siapa tahu kau tersesat di jalan.”
Alis Dasha terangkat. “Lalu kenapa kalau aku tersesat?”
“Malam sudah larut, dan kita masih harus bekerja besok.” jawabnya tenang. “Pergilah ke garasi, aku hanya akan berganti pakaian sebentar. Kalau kau masih ingat cara menyalakan mobil, hidupkan saja mesinnya. Begitu aku turun, kita langsung berangkat.”
Belum sempat Dasha menjawab, Issa sudah berbalik menuju kamarnya.
Laki-laki ini memang menyebalkan. Terlalu memerintah seenaknya!
Namun pada akhirnya, Dasha tak bisa berbuat apa-apa. Ia berpamitan pada para pelayan, menjelaskan bahwa Issa akan mengantarnya pulang agar mereka tidak khawatir.
Satu hal yang Dasha sukai dari keluarga Sheffield: mereka tidak memandang rendah orang lain. Mereka hangat, ramah, dan peduli pada siapa pun yang dekat dengan keluarga mereka. Mereka mencintai orang yang dicintai keluarga mereka. Langka sekali menemukan keluarga seperti itu di zaman ini.
Usai berpamitan, Dasha menuju garasi dan menyalakan mobil seperti yang dikatakan Issa. Masion itu tidak banyak berubah. Rasanya seperti kemarin saja saat ia meninggalkannya. Di garasi ada kotak kunci berlabel sesuai mobil dan pemiliknya.
Issa yang dulu mengajarinya menyalakan mesin mobil. Mereka sering terlambat dulu karena lelaki itu terlalu lama bersiap setiap pagi. Selalu saja malas bergerak.
Lama menunggu, Dasha menatap sekeliling dan matanya tertumbuk pada gantungan kecil di kaca spion: gantungan kunci karakter anime favorit mereka, Seven Deadly Sins. Itu hadiah sederhana darinya untuk ulang tahun Issa yang ke-21. Saat itu ia tak tahu harus memberi apa karena semua yang diinginkan lelaki itu sudah ia miliki. Tapi begitu melihat gantungan kunci itu, Dasha langsung teringat padanya dan membelinya tanpa ragu.
Ia tersenyum kecil. Terlintas kenangan ketika Issa terus memaksanya memberikan hadiah itu. Ia malu waktu itu, apa artinya gantungan kunci bagi seseorang sekaya Issa? Tapi ketika melihat senyum tulusnya, hatinya berdebar bahagia.
Dan kini, gantungan itu masih ada di sana.
“Menunggu lama? Maaf,” suara Issa menyadarkannya. Lelaki itu berdiri di sisi pintu pengemudi.
“Masih lambat juga ya kamu,” Dasha menggeleng sambil keluar dari kursinya dan pindah ke sisi penumpang.
“Kau juga, masih malas keluar dari mobil,” balas Issa. Dasha hanya mendengus.
“Sudahlah, antar aku pulang saja,” katanya ketus. Issa terkekeh kecil sebelum mobil melaju keluar garasi.
Dalam perjalanan, ponsel Dasha berdering. Nama di layar membuatnya tersenyum Sera.
“Halo, Sera?”
“Kau di mana, Dash?”
“Aku sedang dalam perjalanan pulang. Tadi aku keluar bersama bos" panggilan terputus.
Belum sempat Dasha menurunkan ponselnya, telepon lain masuk. Dari Levi. Aneh, pikirnya.
“Hallo, Levi?” Tapi yang terdengar bukan suara Levi.
“Mima!”
“Leo?” Dasha langsung tersenyum.
“Ya, Mima! Paman Levi ke rumah tadi. Dia bawa ipad yang Mima belikan buat kami--"
“Pelan-pelan, sayang!”
“Mima?”
“Nanti Mima telepon lagi, ya? I love you,” jawab Dasha cepat, menutup panggilan, lalu menoleh pada Issa.
“Kau bercita-cita jadi pembalap, ya? Bisa tolong pelan sedikit? Ini bukan lintasan balap, Issa! Kau mau kita celaka?”
Issa tiba-tiba menepikan mobil dan menghantam setir dengan keras sambil mengumpat pelan.
“Apa masalahmu sebenarnya, Issa?”
Ia hanya menatap tajam, menarik napas panjang, lalu melanjutkan perjalanan tanpa menjawab.
Keduanya terdiam. Dasha merasa kesal. Ia benci kecepatan tinggi, dan Issa tahu itu.
Dasha mengira lelaki itu akan menurunkannya di depan gerbang kompleks, tapi betapa terkejutnya ia ketika penjaga membuka pagar dan mobil langsung masuk hingga berhenti tepat di depan rumah.
“Kau boleh turun sekarang, Dasha.” Nada Issa menahan emosi.
Dasha mendengus pelan. “Aku tidak tahu apa masalahmu, tapi hati-hati di jalan. Selamat malam.” Ia segera turun tanpa menoleh lagi.