"Putus kan pacar Lo!!"
Revano menatap tajam ke arah Renata, mata nya menelisik dari atas ke bawah, memperhatikan Renata dengan begitu intens.
Sementara Renata hanya diam...rasa cinta untuk pacarnya itu masih sangat dalam. Tidak mungkin kan dia begitu saja memutuskan hubungan ini, apalagi alasan karena seseorang.
"Gue kasih waktu sampai nanti malam,...kalau lo belum mutusin dia, siap siap saja....gue minta hak gue.."
"Gue makan Lo!"
Bisik Revano di telinga Renata, dengan hembusan nafas yang begitu kentara, membuat Renata seketika merinding.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulina alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat
"Cantik banget, pantesan kamu mau nikah sama dia."
Mama Nita, mamanya Revano yang masih duduk di samping Revano tentunya mengambil berkas yang baru saja diserahkan oleh om Roni menulis lebih lanjut siapa perempuan yang akan dinikahi oleh putranya.
Sebenarnya bukan masalah bibit bebet dan bobotnya tetapi Mama Nita berpikir perempuan mana yang membuat putranya itu ingin menikah muda padahal mama Nita, Papah Danes dan kakek Burhan tidak ada keinginan untuk menikahkan Revano di usia yang masih dini apalagi dengan perjodohan-perjodohan, sama sekali tidak ada di benak mereka terlebih melihat kelakuan Revano yang seperti itu tentunya kasihan dengan perempuan yang akan menjadi jodoh Revano nantinya.
Eh tetapi tiba-tiba Revano malah mengajukan diri untuk memiliki anak gadis orang, siapa yang tidak kaget terutama mama Nita yang sama-sama perempuan.
"Kamu sudah kenal sama dia lama sayang?"
Tanya Mama Nita lagi setelah melihat foto Renata yang tampak cantik natural benar-benar definisi anak muda sekarang gaul tetapi tidak menor dan jika dilihat dari fotonya sepertinya Renata itu perempuan yang baik-baik, biasa-biasa saja.
Revano dengan cepat menggelengkan kepalanya memang dirinya tidak kenal betul siapa Renata tetapi itu tidak penting yang jelas Revano sudah tertarik.
"Loh kenapa kamu bisa ingin menikahinya? jangan main-main ya Vano, ingat!! Mama itu perempuan loh. Kamu sayang kan sama mama?"
"Kapan aku main-main mah, apa lagi soal penting seperti ini, meskipun aku suka tawuran balapan liar tetapi aku juga tahu prinsip pernikahan."
"Oke mama dukung, kapan-kapan kenal kan ya sama si Renata ini, cantik banget loh pantesan kamu langsung jatuh cinta pasti jika boleh Mama tebak kamu jatuh cinta pada pandangan pertama."
"Nggak usah dikenalkan, besok malam langsung pernikahan saja dan aku akan bawa Rere ke rumah."
Ucap Revano dengan entengnya, Revano sendiri tidak memikirkan masalah bagaimana pernikahan itu berlangsung yang jelas ia sudah mempunyai keputusan besok malam mau tidak mau bisa atau tidak dirinya harus bisa menikahi Renata.
"Ngaco kamu Van! besok malam? memang semuanya bisa dipersiapkan secara cepat? ini pernikahan loh bukan ajang lomba!"
Sekali lagi Papa Danes bukan tidak mau, bukan pula menolak apapun keputusan Revano, siapapun perempuan yang dipilih tidak masalah tetapi yang jadi masalahnya itu kenapa sepertinya terburu-buru, besok malam ini saja sudah hampir jam 12.00 siang tentunya harus membicarakan semuanya ini dengan papa Bian sebagai orang tua dari pihak perempuan.
"Papa punya kuasa kan? semuanya bisa terjadi, pokoknya aku maunya besok malam."
Revano langsung saja berdiri meninggalkan semua orang yang ada di dalam ruangan itu, sungguh definisi anak yang kurang ajar tetapi permasalahannya sudah cukupkan apa yang diinginkan oleh Papanya, Revano sudah mengiyakan untuk ikut terjun langsung menangani proyek yang akan dilakukan bulan depan dan ini Revano hanya meminta itu, tidak sulit untuk membuat acara sederhana besok malam.
"Anak itu ... mau nikah aja seperti mau beli permen!!"
Melihat Revano yang sudah keluar dari ruangan, ,membuat Papah Danes menggelengkan kepalanya tetapi sudut bibirnya juga tersenyum mana kala ia melihat keseruan di dalam diri Vano.
"Turutin saja, cucuku itu proses kamu dulunya mau apa-apa juga cepat apalagi minta kawin cepetnya minta ampun. Apa kamu tidak ingat dulu? dan persis Vano. Dulu kamu juga mirip seperti Vano, nakalnya begajulan nya dan sekarang ngebet minta kawin."
Kakek Burhan ikut berkomentar dan ikut duduk di samping Papa Danes yang saat ini juga duduk bersama dengan mama Nita dan memang Revano itu seperti papa Danes waktu masih muda di mana Papa Danis dulunya juga nakal suka balapan tawuran dan juga keluyuran, ya fotokopian Vano pokoknya.
"Iya sayank, iya kan saja ... mama lihat anaknya baik kok."
Mama Nita juga setuju, sementara kakek Burhan tidak perlu mengenal lebih lanjut lagi siapa perempuan yang akan menjadi cucu menantunya, cukup pilihan Revano saja itu sudah pasti yang terbaik.
...****************...
Di sebuah restoran saat nya makan siang, dua orang laki-laki tampan yang tidak begitu tua tetapi juga tidak begitu muda bertemu.
Ya pertemuannya hanya dua orang saja sementara yang lainnya masih berada di kantor.
Papa Danes dan juga Papa Bian. Iya dua orang itu kini sudah berada di restoran makan siang bersama sekaligus untuk membicarakan masalah bisnis yang tentunya Papa Danes langsung saja mengatakan apa yang diinginkan oleh putranya.
"Saya menyetujui kerjasama dengan perusahaan anda, tetapi..."
Ujar Papa Danes yang menjeda kalimatnya sebenarnya ini tidak ada niatan sama sekali menerima kerjasama dengan ada embel-embel syarat dan syaratnya itu tidak ada hubungan sama sekali dengan bisnis.
Tetapi mau bagaimana lagi Revano setuju untuk ikut terjun ke perusahaan dan menangani proyek ini asalkan satu syaratnya yaitu menikahkan Putri Papah Bian dengan Revano.
"Tetapi kenapa Tuan?"
Papa Bian juga ketar-ketir, bagaimana tidak? proyek ini bernilai sangat besar sekali dan mungkin dengan kerjasama dengan perusahaan milik Papa Danes perusahaan Papa Pian akan bangkit kembali karena memang sangat besar dana yang harus digelontorkan nantinya.
Tetapi mau bagaimanapun juga resiko akan Papah Bian ambil demi perusahaan yang merupakan peninggalan orang tuanya dan juga demi karyawan-karyawan yang sudah bekerja di sana belasan tahun.
"Nikahkan putrimu dengan putraku besok malam."
Deg
Papa Bian kaget beliau yang tadi makan menghentikan kunyahan nya meletakkan sendoknya di atas piring yang tentunya kini kedua matanya menatap ke arah Papa Danes dan berharap apa yang didengarnya itu hanya candaan belaka, tetapi sayang papa Danes sendiri berucap tidak dengan aura yang bercanda tetapi terlihat serius.
"Tapi putriku masih sekolah, masih kelas 11. Apa tidak terlalu dini untuk menikahkan putriku?"
Kalau bisa syaratnya jangan menikah kan Renata, Papa Bian hanya punya Renata terlebih lagi Renata masih sekolah masih kecil tidak tahu masalah rumah tangga. Toh Renata mau dinikahkan dengan siapa? dengan putranya papa Danes? laki-laki yang baru saja ditemui ketika berpapasan di pintu tadi?
Oh tidak!! sepertinya Papa Bian tidak rela jika menikahkan Renata dengan laki-laki seperti itu. Ya bukannya apa-apa tetapi Papa Bian melihat jika putra dari Papah Danes itu seperti bukan laki-laki yang baik, berandalan, apalagi seragam nya dikeluarkan dan rambutnya gondrong dikuncir belakang.
Apa tidak ada pilihan lain? apa tidak ada syarat lain lagi?
"Tidak masalah, Putra ku masih sekolah masih kelas 12 SMA dan besok malam Putra ku langsung menikahi Putri kamu. Hanya itu syaratnya dan tidak ada syarat lain lagi."