Terjebak Cinta Istri Istri Kesepian

"Apa! Suami Mbak Fika?" Kamal cukup syok mendengar pengakuan lawan bicara. "Suami Mbak Fika mau nikah lagi? Serius, Mbak? Kok bisa?" cecar anak muda itu.

"Ya nggak tahu, Mal, aku aja udah geregetan sejak dengar kabar ini," balas Fika.

"Terus? Mbak Fika langsung minta penjelasan?" tanya Kamal lagi tapi kali ini Fika menggeleng. "Loh, Kenapa, Mbak? Harusnya Mbak Fika menuntut penjelasan dong?"

"Kalau aku langsung menuntut penjelasan, yang jelas dia nggak akan mau ngaku, meski aku memegang bukti kuat," jawab Fika. "Aku nggak mau dia minta maaf dan ngemis-ngemis balikan. Aku sengaja memanfaatkan keadaan ini, biar yang tahu kelakuan busuk suamku tuh banyak, biat malu sekalian dia."

"Owalah," Kamal pun mengangguk paham. "Wah, Mbak Fika hebat banget, ya bisa sampai sesabar itu demi memberi pelajaran pada suami."

Fika langsung tersenyum masam. "Yah, semua itu karena aku nggak mau tersakiti sendirian,' balas Fika nampak tanpa beban dengan mata terus fokus menatap ke arah jalan.

"Tapi kok Mbak Fika mau menjadi tukang rias pengantinnya? Itu gimana certanya?" tanya Kamal makin penasaran "Kok kaya aneh gitu? Apa waktu dia meminta tolong pada Mbak?"

Fika lantas tersenyum lagi, lalu dia mulai bercerita awal mula dia diminta menjadi tukang rias pengantin yang diadakan suami dan selingkuhannya.

Merunut Fika, semua ini berasal dari pemilik Wedding Organizer yang digunakan pengantin tersebut. Kebetulan pemilik WO teman sekaligus ketua komunitas MUA yang diikuti Fika. Orang itu sangat kaget waktu klien yang menggunakan jasanya adalah suami dari temannya itu.

Mungkin karena suami Fika lama tinggal dikota orang, jadi dia tidak mengenali atau lupa kalau WO yang akan dia gunakan untuk menikah lagi adalah WO milik temannya Fika. Apa lagi yang mencari WO pihak dari wanitanya.

Awalnya Fika terkejut waktu pihak perempuan mendatangi Fika dan meminta dia untuk menjadi perias pengantin wanita itu. Namun setelah Fika tahu darimana wanita itu bisa merias pengantin, Fika langsung meminta penjelasan kepada si pemilik WO.

Sakit hati dan kecewa, sudah pasti. Apa lagi setiap sang suami ditanyakan keberadaannya, katanya sang suami ada di Batam. Namun demi membalas sakit hatinya, Fika memilih bersikap bodoh hingga datang hari ini, hari dimana suaminya akan melangsungkan pernikahan tersembunyi.

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, sampailah Fika di tempat yang dia tuju. Dengan keadaan sekuat mungkin, Fika melangkah menuju ke rumah, sosok yang akan menjalani hari bahagianya.

Demi kelancaran rencananya, Fika sengaja mengenakan masker dan kacamata hitam. Mata Fika mengedar, karena bisa saja di sana, ada pihak dari suaminya yang dia kenali. Namun menurut informasi, keluarga pihak laki-laki akan datang nanti siang, dua jam sebelum akad.

Fika cukup syok mendengar kabar itu. Jika pihak keluarga datang, apa mungkin mertua dan keluarga besar suaminya sudah tahu perbuatan sang suami dan mereka kompak memberi restu agar suaminya menikah lagi.

Dengan segenap rasa sakit yang ditahan, Fika terus berusaha menguatkan diri sendiri.

Kamal sendiri memilih diam di tempat karena dia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Sesekali dia hanya bisa membalas sapaan beberapa orang yang menyapanya dan tentu saja, wajah kamal yang manis dan tampan sontak mengundang banyak mata wanita untuk menatap dan mengaguminya.

Bahkan ada beberapa wanita yang iseng mendekati Kamal dan mengajaknya ngobrol dengan alasan biar Kamal tidak bosan menunggu Fika menjalankan tugas. Di sana Kamal mengaku sebagai saudaranya Fika dan banyak yang percaya dengan pengakuan itu.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya teman Fika yang kebetulan juga pemegang kendali acara pernikahan tersebut.

"Yah, seperti yang kamu lihat," jawab Fika setelah menyesap air mineral kemasan. "Apa pengantin prianya sudah datang?"

"Katanya sih sebentar lagi," jawab sang teman. "Jujur sih, sampai sekarang aku juga masih geregetan banget loh, Fik. Kok bisa suami kamu setega itu sama kamu," ujar sosok yang saat ini sedang istirahat bersama Fika di salah satu sudut yag cukup sepi.

"Namanya juga laki-laki," balas Fika. "Dia sudah merasa hebat karena memiliki gaji yang besar, jadi bisa semena-mena kaya gitu."

Teman Fika langsung mencebikan bibirnya, "Tapi kan harusnya dia tidak lupa, yang bisa membuat dia bisa sampai diposisi sekarang siapa," balas teman Fika semakin nampak kesal. "Udah dibantu segalanya dari nol, eh giliran sukses malah nggak tahu diri. Benar-benar laki-laki nggak bersyukur."

Fika lantas tersenyum masam. "Kita lihat saja setelah ini. Apa dia masih bisa tidur nyenyak?"

"Kamu akan melaporkan dia ke kantornya?" terka temen Fika langsung menatapnya.

Fika kembali tersenyum. "Biar dia tahu rasa aja," balas Fika dengan santainya. "Biar dia kembali ke nol bersama istri barunya dan tahu caranya berjuang bersama."

Sang teman langsung tersenyum lebar. "Bagus lah," pujinya. "Aku nggak nyangka kamu bisa menahan segalanya sampai detik ini. Kalau aku yang ada di posisi kamu, pasti aku sudah mencakar suami kaya gitu, nggak mau aku sesabar kamu."

Fika kembali tersenyum lalu menyeruput air mineral yang ada di genggaman tangannya. Fika lantas melempar tatapan pada anak muda yang datang bersamanya. Wanita itu hanya bisa menggelengkan kepalanya kala menyaksikan Kamal nampak sedang berbincang dengan beberapa wanita lain, tak jauh dari tempatmu beberada.

"Eh, Fik, dia siapa sih?" Teman Fika kembali bertanya sambil menunjuk ke arah Kamal. "Aku penasaran loh, kok bisa kamu datang dengan cowok secakep itu? Kelihatanya dia masih sangat muda ya?"

Fika kembali tersenyum. "Usianya beda empat tahun dengan usiaku, Mbak," jawab Fika.

"Wah, masih berondong," ujar teman Fika. "Dia bukan saudaramu kan?" teman Fika pun menuntut penjelasan lebih.

Fika lantas tersenyum. "Dia karyawannya temanku," jawab Fika dengan santainya. "Dimanapun dia berada, memang selalu banyak menarik perhatian cewek."

"Pasti dia playboy," terka teman Fika.

"Justru dia orangnya jarang pacaran," tegas Fika. "Anaknya polos banget, makanya aku suka dekat sama dia, bikin gemas."

Teman Fika sontak menatap Fika dengan tatapan menyelidik. "Bikin gemes?" ucapnya. "Jangan bilang kalau kamu suka sama dia, Fik?"

Fika lantas tersenyum. "Emang apa salahnya kalau aku suka sama dia? Suamiku aja bisa seenaknya ngajak cewek lain nikah, masa iya aku harus diam saja, menjadi wanita yang pasrah ketika disakiti."

Teman Fika lngsung menggelengkan kepalanya. "Tapi ya jangan sama yang berondong juga. Teman kamu yang lebih dewasa kan banyak."

Fika menghembuskan nafasnya secara kasar. "Tapi dia lebih menarik, Mbak, gimana dong?" balas Fika

Bibir teman Fika langsung mencebik dan disaat wanita itu hendak membalas ucapan Fika, ada seseorang yang memberi tahu mereka kalau pihak laki-laki sebentar lagi datang.

Dengan menahan dada yang bergemuruh, Fika bersumpah akan memberi pelajaran pada suaminya saat ini juga.