NovelToon NovelToon
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Pengantin Pengganti / Percintaan Konglomerat / Pengantin Pengganti Konglomerat / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Menjelang hari pernikahannya, Amara menghilang tanpa jejak. Dengan waktu yang semakin sempit, keluarga calon pengantin pria mendesak agar pernikahan tetap berlangsung demi nama baik. Helena, adik Amara yang diam-diam mencintai tunangan kakaknya, Lucian, dipaksa menjadi pengantin pengganti.

Namun ketika ia menerima peran itu dengan hati yang penuh luka, Helena menemukan jejak kejanggalan: apartemen Amara yang terlalu rapi, koper yang tertinggal, dan waktu yang tidak sinkron dengan hari hilangnya Amara. Semakin ia melangkah ke dalam pernikahan, semakin besar pula misteri yang membayangi keluarga mereka.

Jejak-jejak ganjil tentang hilangnya Amara membuat Helena ragu: apakah ia sedang mengambil tempat seorang pengantin yang kabur, atau menggantikan seseorang yang sudah tak akan pernah kembali?

.

Jika ada kesamaan nama tokoh, dan latar hanyalah fiktif belaka, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

follow ig: @aca_0325

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Helena berjalan kembali ke aula dengan tangan menggantung di lengan Lucian. Senyum tipis terpaksa ia kenakan, sementara pikirannya masih kalut. Para tamu menyambut mereka dengan tepuk tangan kecil, dan beberapa kembali mengulurkan tangan memberi ucapan terakhir sebelum pesta usai.

“Selamat sekali lagi, Tuan dan Nyonya Kaelith,” ujar seorang pebisnis asing sambil membungkuk hormat. Helena hanya mengangguk, sementara Lucian menanggapinya dengan karisma yang sudah terbiasa ia pakai di depan publik.

Musik perlahan mereda. Lilin-lilin tinggi di atas meja pelaminan mulai dipadamkan satu per satu. Para tamu meninggalkan aula dengan senyum puas, membawa pulang cerita tentang pernikahan paling megah tahun itu.

Helena hanya bisa berdiri di samping Lucian, tubuhnya kaku. Tatapannya sempat sekali lagi menyapu ruangan, mencari sosok Rafael atau siapa pun yang bisa memberinya jawaban. Namun tidak ada. Seolah-olah kehadiran Rafael sebelumnya hanyalah bayangan.

Akhirnya, pesta benar-benar berakhir. Helena dan Lucian diantar keluar aula dengan iringan tepuk tangan sisa keluarga dan kerabat dekat. Di luar, sebuah mobil hitam mewah sudah menunggu.

Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil sunyi. Lucian duduk dengan wajah menatap lurus ke depan, jarinya mengetuk pelan sandaran kursi, seolah memikirkan hal-hal besar lain. Helena menggenggam kecil lipatan gaunnya, menyembunyikan kegelisahan di balik senyum yang sudah lama memudar.

Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur klasik modern. Pilar-pilar putih menjulang, taman yang luas terawat indah, dan lampu-lampu taman menerangi jalan setapak menuju pintu utama.

“kita sudah sampai Tuan, Nyonya,” ucap sopir dengan sopan, sebelum membuka pintu untuk mereka.

Helena menatap bangunan itu. Indah, megah, namun terasa asing. Ia tahu ini bukan rumah yang ia inginkan. Rumah ini adalah hadiah dari keluarga Kaelith, tempat di mana ia harus menjalani perannya sebagai pengantin pengganti.

Lucian melangkah lebih dulu, lalu menoleh singkat padanya. “Ayo masuk.”

Helena menarik napas dalam-dalam. Dengan langkah berat, ia mengikuti Lucian masuk ke rumah baru mereka. Di balik pintu yang tertutup rapat, Helena merasakan babak baru kehidupannya dimulai, babak penuh rahasia, bayangan, dan cinta yang tak pernah menjadi miliknya.

Lucian berjalan lebih dulu ke kamar pengantin di lantai dua, Helena mengikutinya dengan jantung berdegup kencang.

Kamar pengantin itu begitu indah. Tirai sutra putih menjuntai di sekeliling ranjang besar dengan seprai berwarna keemasan. Lilin-lilin aroma mawar dibiarkan menyala, menebarkan wangi manis yang seharusnya romantis.

Helena berdiri canggung di depan meja rias, jari-jarinya sibuk membuka perhiasan yang masih melingkar di leher dan pergelangan tangannya. Bayangan dirinya di cermin tampak asing, bagai wanita lain yang terjebak di balik gaun pengantin.

Lucian duduk di tepi ranjang, jasnya sudah dilepas, dasinya longgar. Bahunya tegap, tetapi wajahnya muram. Sunyi yang tercipta di antara mereka lebih berat daripada riuh pesta yang baru saja selesai.

Helena memberanikan diri membuka percakapan. “Lucian…” suaranya pelan, hampir bergetar. “Aku tahu… ini bukan yang kita inginkan.”

Lucian menoleh sekilas, tatapannya tajam namun cepat menghindar. Ia mengusap wajahnya dengan tangan, lalu berdiri.

“Kau benar,” katanya singkat. “Aku tidak menginginkan ini. Malam ini… seharusnya berbeda.”

Helena menunduk, merasakan perih menusuk dadanya. Kata-kata itu seperti pisau yang menyayat dalam, meski ia sudah tahu jawabannya sejak awal.

Lucian melangkah menuju lemari, mengambil jubah tidurnya, lalu menoleh pada Helena sekali lagi. “Aku tidak akan memaksamu… dan aku juga tidak akan memaksa diriku sendiri.”

Helena mengangkat wajahnya, menatap punggung Lucian yang kini berbalik menuju pintu. “Kau mau ke mana?” tanyanya lirih.

“Tidur di kamar lain,” jawabnya singkat, tanpa menoleh lagi.

Pintu kamar terbuka, suara engsel berderit singkat, lalu tertutup kembali.

Helena dibiarkan sendirian di kamar pengantin yang mewah itu. Lilin-lilin masih menyala, wangi mawar masih memenuhi ruangan, tetapi semua terasa dingin dan hampa. Ia duduk di tepi ranjang, menggenggam erat kertas kecil di balik gaunnya, pesan rahasia yang masih menyisakan banyak tanda tanya.

Air mata akhirnya jatuh, bukan hanya karena penolakan Lucian, tapi juga karena dirinya yang kini terjebak di antara cinta yang tak pernah ia miliki, dan misteri hilangnya Amara yang semakin menjeratnya.

Setelah membersihkan diri, Helena duduk di tepi ranjang yang terlalu luas untuk dirinya sendiri. Sunyi semakin pekat setelah pintu ditutup Lucian. Lilin-lilin berkelip kecil, bayangannya menari di dinding kamar.

Dengan tangan gemetar, ia kembali meraih kertas kecil yang tadi ia sembunyikan di balik gaunnya. Lipatannya sudah sedikit kusut karena terlalu erat ia genggam sepanjang malam.

Ia membuka kertas itu sekali lagi.

“Di mana Amara?”

Helena mengulang kalimat itu dalam hati, seakan berharap maknanya berubah. Tapi kata-kata itu tetap sama. Pendek, jelas, dan penuh tuntutan.

Air matanya kembali menggenang. 'Aku juga ingin tahu… di mana kau, Kak?'

Dengan cepat, Helena mengambil ponselnya dari tas kecil di meja rias. Jari-jarinya membuka aplikasi sosial media Amara. Hanya ada layar kosong. Akun itu sudah dinonaktifkan seminggu lalu, tepat ketika Amara menghilang.

Helena mencoba nomor telepon Amara, meski tahu hasilnya tak akan berbeda dari percobaan sebelumnya. Ia menempelkan ponsel di telinganya, dan seperti yang sudah ia duga-

“Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif.”

Helena menggigit bibir, menahan isak. Ia membuka galeri ponselnya sendiri, mencari foto terakhir bersama Amara. Ada foto mereka berdua, tersenyum di depan butik keluarga. Amara terlihat anggun dengan gaun rancangan sendiri, sementara dirinya hanya berdiri di samping dengan kagum.

Bagaimana bisa seseorang seperti Amara yang selalu tahu apa yang ia mau, yang begitu kuat menghilang begitu saja tanpa jejak?

Helena memeluk ponselnya ke dada, tubuhnya bergetar. Ia merasa pesan itu bukan hanya pertanyaan, melainkan ancaman halus. Dan entah kenapa, orang asing itu memilihnya, Helena. sebagai penerima pesan.

Malam pengantin yang seharusnya menjadi awal baru, justru berubah menjadi malam penuh pertanyaan yang tak ada jawaban.

Helena masih menatap layar ponselnya, menelusuri halaman kosong yang tak lagi menunjukkan wajah Amara. Hanya ada keterangan singkat: User tidak tersedia.

Matanya sudah berkaca-kaca ketika tiba-tiba layar itu berubah.

Foto profil Amara kembali muncul. Sebuah potret yang selalu dipakainya: wajah cantik dengan senyum tipis, seolah menyimpan rahasia. Jumlah postingan, pengikut, dan daftar mengikuti juga kembali tampak.

Helena terbelalak. Nafasnya tercekat.

Dengan tergesa, ia menekan ikon foto untuk membuka unggahan Amara. Namun sebelum halaman benar-benar terbuka

"User tidak tersedia.”

Layar kembali kosong. Seolah-olah akun itu hanya hidup beberapa detik saja.

Helena terdiam, ponsel hampir terlepas dari tangannya. Keringat dingin muncul di pelipis. Apa yang barusan kulihat nyata? Atau aku hanya terlalu lelah?

Ia mencoba me-refresh berulang kali, namun hasilnya tetap sama: akun itu kembali lenyap, terkubur entah di mana.

Helena menatap layar hitam ponselnya yang kini memantulkan wajahnya sendiri. Wajah seorang wanita muda yang baru saja menikah dengan pria yang tidak mencintainya, menggantikan kakak yang hilang… dan kini seakan dikirim pesan samar dari balik layar.

"Amara… kau di mana sebenarnya?"

...***...

...Like, komen dan vote....

...💙💙💙...

1
kalea rizuky
skip males cwk nya oon
kalea rizuky
males bgt muter aja ne cerita
kalea rizuky
Helena ngapain ngemis ngemis pergi jauh aja bodohh bgt benci MC lemah
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
nonoyy
siapa yaa laki2 itu? smg sgr terungkap yaa misteri soal amara
nonoyy
kamu tau harapan mu ttg lucian sangat menyakitkan, tapi kenapa kamu masi saja berharap lucian akan menoleh ke kamu helena, berhentilah karena itu semua menurut mu tidak mungkin..
nonoyy
masih misteri dan teka teki.. dibuat gemusshh dgn ceritanya
Nda
luar biasa
Lunaire astrum
lanjut kak
Nyx
Jangan-jangan hilangnya Amara ada hubungannya dengan Rafael😌
olyv
nexttt thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!