NovelToon NovelToon
Ibu Susu Pengganti

Ibu Susu Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Irh Djuanda

"Aku akan menceraikan mu!".

DUAR!!!!!

Seakan mengikuti hati Tiara, petir pun ikut mewakili keterkejutannya. Matanya terbelalak dan jantungnya berdebar kencang. Badu saja ia kehilangan putranya. Kini Denis malah menceraikannya. Siapa yang tak akan sedih dan putus asa mendapat penderitaan yang bertubi-tubi.

" Mas, aku tidak mau. Jangan ceraikan aku." isaknya.

Denis tak bergeming saat Tiara bersimpuh di kakinya. Air mata Tiara terus menetes hingga membasahi kaki Denis. Namun sedikitpun Denis tak merasakan iba pada istri yang telah bersamanya selama enam tahun itu.

"Tak ada lagi yang harus dipertahankan. Aju benar-benar sudah muak denganmu!'"

Batin Tiara berdenyut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Denis. Ia tak menyangka suaminya akan mengatakan seperti itu. Terlebih lagi,ia sudah menyerahkan segalanya hingga sampai dititik ini.

"Apa yang kau katakan Mas? Kau lupa dengan perjuanganku salama ini?" rintih Tiara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku tidak melupakannya Tiara,...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Tanpa berbicara Denis masuk ke rumah dengan langkah gontai. Nancy sudah menunggunya sejak semalam itupun langsung bangkit begitu melihat Denis muncul dari ambang pintu.

"Dari mana saja kau, Denis?" ucap Nancy, nada suaranya keras dan tajam.

"Aku sibuk, Ma. Tolong jangan mempersulit ku lagi." sahutnya lemah.

Nancy menyeringai,

"Kau ini, aku sudah bilang padamu, semalam Anindya menunggu mu? kenapa kau baru pulang pagi ini?" kata Nancy lagi,

"Ma, aku tak menyukai gadis itu. Jika Mama terus seperti ini. Bagaimana aku bisa tenang?" balasnya, matanya menatap tajam namun seolah memohon.

Nancy berdecih membuang wajahnya ke samping seolah merasa malas melihat tingkah putranya yang masih memikirkan Tiara.

"Aku tau jika kau masih mencari nya. Aku juga tau kau menyesali keputusanmu yang menceraikannya. Tapi kau harus tau, kau sendiri yang melakukan semua itu dan kau membujuk ku untuk tidak mencegah mu." ungkap Nancy geram.

"Kau pikir, aku tak merasa bersalah telah mengusirnya, begitu? Walau aku tak menyukainya dari awal, tapi aku tak akan melakukan hal yang akan menyakitinya, Denis." tambahnya lagi

Kali ini Denis terdiam,kata-kata ibunya langsung menusuk tepat ke jantungnya. Ternyata Nancy tak seburuk itu. Meski ia tau jika Tiara tidak bisa mengandung lagi, Nancy masih mau menerima asal Denis menikah lagi. Namun Denis yang tak ingin menduakan Tiara itu pun akhirnya memilih menceraikannya. Denis menatap ibunya, tatapannya dalam.

"Ma, itu lebih buruk. Apa Mama pikir Tiara akan menerima wanita lain dalam rumah tangga kami?"

"Sudahlah! Kau tak perlu membahas perihal Tiara Tiara lagi. Sekarang kau harus fokus pada Anindya. Aku sudah mengatakan padanya jika minggu depan kita akan pergi makan malam. Aku harap kali ini kau mau bekerja sama, Denis." ucap Nancy,lalu ia langsung pergi meninggalkannya yang masih terpaku.

Denis hanya bisa menghela nafas pelan. Ia tau ibunya keras kepala. Tapi ia juga sadar jika semuanya merupakan kesalahannya. Tiara pergi karena keegoisannya.

***

Sementara di perusahaan, Galang mulai mencari informasi tentang Denis Perkasa. Sejak kemarin ia masih memikirkan hubungan antara Denis dan Tiara.

"Ternyata cukup lama juga mereka bersama" gumam Galang sambil membuka beberapa berkas di layar laptopnya.

Foto pernikahan Denis dan Tiara terpampang jelas di salah satu artikel lama, senyum keduanya saat itu tampak bahagia, murni, seolah tanpa beban. Namun bagi Galang, pemandangan itu justru menimbulkan rasa tidak nyaman yang tak bisa ia jelaskan.

Ia menatap layar itu lama, sebelum akhirnya mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kenapa aku harus peduli sejauh ini?" gumamnya pelan. Tapi hatinya sendiri menolak menjawab.

Beberapa ketukan di pintu memecah lamunannya. Sekretarisnya, Livia masuk sambil membawa beberapa map.

"Maaf, Pak. Ini laporan hasil investigasi yang Bapak minta tentang Denis Perkasa."

Galang menatapnya tajam.

"Letakkan di meja. Apa ada yang menarik dari laporan itu?"

"Ada beberapa hal, Pak. Denis Perkasa sempat menjabat sebagai direktur utama di perusahaan properti besar MT Group, tapi mundur secara mendadak dua tahun lalu. Setelah itu, ia mengelola perusahaan keluarga sejak ayahnya meninggal."

"MT Group?" potong Galang cepat.

"Iya Pak! Dan... dari infomasi yang saya dapat, sejak ia mundur perusahaan itu malah bangkrut." jawab Livia.

Galang mengangguk pelan, namun bertanya, suaranya terdengar lebih dalam dan tajam.

"Lalu hubungannya dengan istrinya?"

Livia menatap catatannya sebentar sebelum menjawab hati-hati.

"Dari beberapa sumber, Nyonya Mutiara Hasby adalah istri Denis saat perusahaan itu masih berada di puncak kejayaan. Tapi setelah perceraiannya dengan Denis, beberapa saham atas nama istrinya juga dilepaskan. Tidak diketahui untuk apa atau kepada siapa."

Galang bersandar di kursinya. Matanya menatap kosong ke arah jendela besar di belakang meja.

"Jadi, dia bukan hanya kehilangan rumah tangganya… tapi juga sebagian besar hidupnya." gumamnya lirih, hampir seperti berbicara pada diri sendiri.

Livia menunduk, ragu apakah perlu melanjutkan atau tidak. Tapi akhirnya ia berkata pelan,

"Pak, maaf kalau saya lancang. Tapi… saya dengar ada rumor, kalau alasan perceraian mereka bukan karena perselingkuhan, melainkan karena…"

"Karena apa?" potong galang,tatapannya tajam.

Livia menelan ludah gugup.

"Karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan."

Ruangan itu seketika hening. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar. Galang menutup mata sejenak, menahan sesuatu di dadanya yang tiba-tiba terasa berat.

"Baik, cukup, Livia. Kau boleh kembali bekerja."

"Baik, Pak." jawab Livia cepat sebelum keluar dari ruangan, meninggalkan Galang yang kini tampak terpaku di tempatnya.

Ia menatap layar laptop itu sekali lagi, foto Tiara tersenyum di samping Denis. Senyum yang sekarang tak lagi sama dengan wanita yang tinggal di rumahnya. Senyum yang telah hilang karena luka masa lalu.Galang memejamkan mata dan berbisik pelan,

"Karena tidak bisa hamil? Alasan yang terlalu dibuat-buat." gumamnya.

Ia berdiri, meraih jasnya, lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya. Di matanya ada ketegasan yang berbeda, seolah sesuatu dalam dirinya telah memutuskan sesuatu.

Sementara itu, di rumah besar keluarga Galang, Tiara sedang duduk di taman belakang bersama Reihan. Bayi itu tertawa kecil ketika burung-burung beterbangan di atas kepala mereka. Tiara ikut tersenyum, meski dalam hati masih terasa getir.

Ia membelai pipi kecil Reihan sambil berbisik lembut,

"Kau seperti putraku, Arvan. Andai saja kau memang putraku... aku pasti lebih sangat bahagia." ucapnya lirih.

Langkah pelan terdengar dari arah belakang. Tiara menoleh, Galang berdiri beberapa meter darinya, membawa dua cangkir teh hangat. Angin siang meniup lembut jas pria itu, membuat pemandangan tampak tenang dan anehnya… menenangkan.

“Kau seharusnya di dalam. Udara masih agak dingin." ujar Galang datar, tapi nadanya pelan.

" Tuan..."

"Bagaimana kabar mu? Kau sudah lebih baik?"

"Seperti yang Anda lihat, Tuan. Kami sedang melihat langit dan udara yang masih segar meski sudah mulai sore."

Galang berjalan mendekat, meletakkan salah satu cangkir di meja kecil di dekat bangku taman.

"Kalau begitu, biarkan aku menemani. Aku juga butuh udara segar."

Tiara mengangguk pelan. Hening sesaat, hanya suara burung dan tawa kecil Reihan yang mengisi udara.

"Terima kasih… sudah menjagaku malam itu," ucap Tiara lirih tanpa menatapnya.

Galang menoleh sekilas.

"Siapa pun akan melakukan hal yang sama."

"Tidak semua orang," balas Tiara pelan, nyaris tak terdengar.

"Tidak ada orang yang peduli kalau mereka bukan siapa-siapa" lanjutnya lagi, sedikit lebih keras.

Kata-kata itu membuat Galang menatapnya lama. Pandangan itu lembut, tapi menyimpan sesuatu yang dalam, sesuatu yang bahkan Tiara tak berani tafsirkan.

"Untukku, kau bukan ‘bukan siapa-siapa, Tiara." ujarnya tenang.

Tiara terdiam. Dadanya bergetar pelan, bibirnya terbuka tapi tak ada kata yang keluar. Hanya angin yang menjawab, membawa pergi keheningan itu perlahan.

1
Lisa
Hati Galang mulai lembut dan dapat menerima Tiara dirmhnya..
Lisa
Pasti lama² Galang suka sama Tiara
Lisa
Puji Tuhan Tiara dipertemukan dgn Raisa..ini adl awal yg baik..yg kuat y Tiara..jalani hidupmu dgn penuh harapan..
Lisa
Ceritanya sedih..
Lisa
Aku mampir Kak
sunshine wings
Ceritanya bagus author..
❤️❤️❤️❤️❤️
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️
Soraya
ku dh mampir thor lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!