Berniat memberi kejutan, Bella menemukan tunangannya melamar wanita lain, bahkan saat dia akan menghampiri pria itu, keluarga pria itu malah menariknya pergi dan mengusirnya dari rumah.
Bella tak terima, dia dibilang wanita rendah, yang berharap keuntungan dari jabatan tinggi Vero. Padahal yang membuat Vero bisa bekerja di tempat itu adalah Bella.
Merasa kesal, diperlakukan seperti itu, bahkan Vero memutuskan hubungan pertunangannya hanya dengan sebuah pesan.
Bella pergi ke sebuah klub malam, dia mabuk dan menarik seorang pria yang dikiranya penghibur di klub malam itu.
Padahal, pria itu adalah kakak dari wanita yang merebut tunangannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Karena Tersinggung
Dan baru saja Bella merasa apa yang dikatakan oleh Lulu itu seratus persen benar. Dia memang berada dalam masalah besar.
Di ruang kantin perusahaan yang pencahayaannya cukup terang itu. Bella dan Lulu tengah menikmati makan siang mereka. Keduanya duduk di sudut ruangan, seolah ingin menjaga jarak dari hiruk pikuk karyawan lain. Mereka baru saja menutup sebuah pembicaraan yang amat rahasia, demikian rahasia hingga suara mereka turun menjadi bisikan, seperti dua diplomat yang sedang berunding perjanjian penting.
Ya, itu memang karena yang sedang mereka bicarakan adalah aib menurut Bella. Tapi sebenarnya dia tidak tahu, itu sebuah keberuntungan bagiku di masa depan.
Namun, ketenangan itu mendadak terganggu oleh suara langkah kaki dari arah belakang. Suara tersebut tidak terdengar biasa, melainkan seperti hentakan yang menggaung, menghadirkan suasana menyeramkan seolah mereka sedang berada di rumah hantu. Bella spontan merasakan bulu kuduknya berdiri.
"Lulu" ujarnya dengan suara tertahan, "kenapa suara langkah kaki itu terdengar seperti pertanda buruk ya?" tanya Bella yang merasa memang dirinya merasakan angin dingin di bagian belakang tubuhnya.
Lulu, yang semula hendak meneguk es tehnya, terhenti sejenak. Wanita itu menoleh dengan raut sedikit heran, namun segera ikut merasakan aura ganjil yang muncul dari langkah kaki tersebut.
Dan benar saja, tak lama kemudian muncullah sosok yang menjadi sumber kegelisahan Bella, sosok itu adalah Elena. Seorang wanita dengan senyum anggun, yang baru kemarin diumumkan sebagai tunangan dari Vero, mantan tunangan Bella.
Kehadiran Elena bagaikan adegan sinetron yang diputar dengan gerakan lambat. Suara langkahnya terdengar semakin jelas, seakan menjadi musik latar yang penuh ketegangan. Bella, yang tidak siap menghadapi kenyataan pahit ini, hanya bisa terdiam kaku.
Dalam hati ia bergumam
'Kenapa dari sekian banyak ruangan yang ada di perusahaan ini. Dia pergi ke kantin sih?' batin Bella.
Lulu yang sebenarnya juga sangat kesal pada wanita yang telah membuat perjuangan sahabatnya selama 4 tahun itu sia-sia. Memilih mengacuhkan saja wanita itu.
"Cuekin saja" kata Lulu yang tidak mau temannya itu menambah jadwal antrian masalah dalam hidupnya.
Kehadiran Elena di kantin perusahaan seakan langsung menyedot seluruh perhatian. Suara langkah kakinya yang teratur terdengar jelas, menyerupai dentuman drum dalam parade kemenangan. Dengan wajah penuh percaya diri, ia berjalan menuju meja Bella dan Lulu, lalu berhenti tepat di samping mereka.
"Ternyata memang benar kamu ya, Bella!" suara Elena meluncur dengan nada manis, namun menyimpan racun yang halus.
Lulu yang jelas-jelas melihat wanita itu berjalan ke arah mereka di pojokan. Makin merasa kalau Elena itu makhluk jadi-jadian yang bermuka dua. Jelas-jelas tidak ada orang lain di pojok kantin, hanya mereka berdua. Tapi kata-katanya itu seolah seperti sedang mengatakan dia tidak sengaja ke arah itu. Terlihat sangat suka bersandiwara sekali.
"Aku sama sekali tidak menyangka, kamu masih berani makan siang di sini. Kukira setelah Vero memilihku, kamu akan mengambil cuti panjang untuk menenangkan hati dan menutupi rasa malu!"
Lulu yang duduk di hadapan Bella hampir tersedak mendengar kalimat pembuka itu. Sementara Bella, dengan tenang, hanya mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis, seolah ucapan tersebut hanyalah angin lalu.
'Kentutt... itu cuma kentuttt. Aku gak dengar apa-apa!' batin Bella berusaha mensugesti dirinya sendiri kalau Elena dan suaranya itu sebenarnya ghaib.
Elena menunggu reaksi Bella. Sayangnya apa yang diharapkan oleh Elena tidak terjadi. Tadinya dia berharap, Bella akan merasa sangat sedih, terpengaruh dengan apa yang dia katakan itu. Lalu lari sambil menangis dari kantin. Itu akan sangat menyenangkan bagi Elena. Namun kelihatannya, kuping wanita di depan Elena itu cukup tebal.
Elena tidak berhenti, dia masih belum puas. Targetnya memang Bella. Wanita yang pernah menjadi kekasih Vero itu selama 4 tahun. Apa bagusnya Bella, pikir Elena. Dia benar-benar ingin mempermalukan Bella.
Elena menarik kursi di meja sebelah, duduk dengan sikap anggun, lalu kembali bersuara, kini lebih lantang.
"Memang begitulah perbedaan nasib, ya, Bella. Aku ini seorang direktur pemasaran, adik dari pemilik perusahaan ini. Sementara kamu cuma manajer marketing. Jelas saja Vero memilihku!"
Bella masih berusaha menahan diri. Jemarinya sekadar menggenggam sendok, namun tidak berkata apa-apa. Malah Lulu yang merasa geram dan bergumam pelan.
"Dasar wanita bodohh! secara tidak langsung dia menjelaskan kalau Vero itu mata duitan. Dan dia itu perusak hubungan orang. Malah bicara dengan lantang! tidak tahu malu!" gumam Lulu sambil mengunyah makanannya.
Bella bisa mendengar Lulu. Keduanya saling pandang. Dan tetap berusaha menganggap Elena tidak ada.
"Pergi yok!" ajak Bella kemudian. Dan Lulu segera mengangguk.
Namun ketika Elena merasa di acuhkan, dia semakin tidak senang. Saat Lulu dan Bella akan berdiri. Elena mulai mengeluarkan kata-kata yang lebih kasar.
"Ayahmu itu cuma pengangguran yang mengandalkan nama besarnya saat masih menjadi seorang guru besar dulu kan? oh iya, dia di pecat tidak hormat kan karena berurusan dengan salah satu pengusaha kaya di kota ini. Sadar diri makanya! kalau tidak punya uang dan kekuasaan, ya menyingkir saja!"
Kata-kata itu seperti cambuk yang mencambuk dada Bella. Lulu dengan cepat menyentuh tangan sahabatnya, berusaha menahan agar Bella tetap tenang. Namun wajah Bella mulai berubah, matanya menatap tajam, sementara genggamannya beralih ke gelas es teh yang sejak tadi dingin berembun di depannya.
Elena, merasa semakin menang, bersandar di kursinya sambil melipat tangan. “
"Jangan terlalu serius, Bella. Aku hanya berkata jujur. Kamu dan ayahmu itu sama saja. Sama-sama payah. Lagipula, semua orang di sini pun tahu siapa yang lebih layak berdampingan dengan Vero!"
Dan pada detik itulah, kesabaran Bella mencapai batasnya. Dia tidak masalah kalau hanya dia yang dihina. Tapi kalau sampai ayahnya dihina juga. Bella tidak akan diam.
Byurrr
"Agkhhh!"
Elena memekik kesal dan segera berdiri dari duduknya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya marah pada Bella.
"Aku membersihkan mulutmu yang kotor dan bau itu!"
Kata Bella segera meletakkan gelas yang dia pegang di atas meja. Dan segera pergi meninggalkan tempat itu.
Lulu sebenarnya ingin tertawa, dia juga ingin mengguyurkan satu gelas lagi es teh itu di pada Elena. Sayangnya dia tidak mungkin melakukan itu. Dia masih sayang pada pekerjaannya.
"Bella, apa yang kamu lakukan?" gumam Lulu mengikuti Bella.
Sebenarnya Lulu senang Bella berani mengambil sikap seperti itu. Tapi dia juga khawatir, masalahnya wanita yang baru disiram oleh Bella dengan es teh tidak terlalu manis itu adalah adik dari pemilik perusahaan tempat mereka bekerja ini.
***
Bersambung...
semangat berkarya kak 💪💪💪
salah sendiri ga kasih tau kamu tuh siapa,ya nikmati saja di caci maki ma zeyenggg