Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Hari Pernikahan.
"Menurut kamu aku pantas tidak memakai gaun ini, Lani?" ucap Zakia menatap Melani. sorot matanya nampak berkaca-kaca.
"Pantas sekali Kia, lihatlah wajah mu di cermin, sangat cantik bukan." Melani meminta Zakia menatap wajah dirinya di pantulan cermin.
Kedua teman itu saling berpelukan, keduanya menangis harus, Melani tidak percaya jika Zakia akan menikah lebih dulu.
Sementara di dalam Mushola pondok. para santri dan juga Ustadz kebingungan, karena mereka dikumpulkan jadi satu disana.
"Sebenarnya mau ada acara apa sih ini. Ustadz Hisyam?" ucap Ustadz Samsudin. yang kebetulan duduk di sebelah Ustadz Hisyam.
"Saya juga tidak tahu Ustadz, mungkin memang ada kajian." setahu Ustadz Hisyam biasanya jika para santri dan Ustadz di kumpulkan pasti akan ada kajian.
"Mana ada kajian pakai dekorasi sama ada meja kecil di tengah sana." ujar Ustadz Samsudin, merasa tidak puas dengan jawaban Ustadz Hisyam.
Akhirnya Ustadz Hisyam hanya bisa tarik nafas saja, karena percuma jika bicara dengan Ustadz Samsudin. ia paling bisa membahas topik.
Sementara di dalam kamar tamu, Asisten MUA. memanggil Zakia karena Pak penghulu di kabarkan sudah datang. "Maaf mba di panggil kebawah, katanya Bapak penghulu sudah ada di bawah," ujar Mba Asisten MUA.
Zakia terkesiap. ia langsung di tuntun Melani kebawah, di bawah nampak sepi tidak ada santri yang lalu lalang, karena semua berkumpul di Mushola pondok
Kaki Zakia gama saat menaiki undakan tanga. tiba-tiba juga ia lemas mungkin karena gugup saat sudah memasuki Mushola pondok.
Di depan sana sudah ada Pak penghulu yang siap menikahkan Gus Kais dan Zakia. semua santri, pengurus pondok. Mbak ndalem, Ustadz, semua memandang ke arah Zaki, tentu saja mereka semua kaget, di pinta berkumpul ke Mushola pondok ternyata pernikahan Zakia dan Gus Kais dilangsungkan sekarang.
Zakia duduk dengan anggun, di belakang nya sudah ada Bude dan Pakde nya. saat Zakia nampak tegang, berbanding dengan Pakde dan Bude yang nampak girang. Karena akan terima uang dua puluh juta dari Gus Kais.
Dengan satu kali tarikan nafas berat, kini Gus Kais dengan lancar mengucapkan ijab Kabul dengan bahasa Arab, dan sekarang Zakia Amrita. Sudah resmi menjadi istrinya.
Umi dan Abah tersenyum bahagia, saat keduanya menyalami dirinya.
"Semoga kalian jadi pasangan yang rukun, dan Allah. Senantiasa menghadiahkan keturunan yang Shaleh dan Soleha untuk kalian." Ucap Umi Salimah sambil mengusap lembut pucuk kepala Zakia dan Gus Kais. Abah juga berucap demikian.
Para santri wati menyalami Gus Kais dan Zakia, mengucapkan selamat atas pernikahan mereka.
Namun dibalik pesta pernikahannya yang di gelar cukup mendebarkan itu. Ada hati yang terluka karena melihat orang yang kita cintai menikah dengan orang lain,
"Selamat yah atas pernikahannya, semoga jadi keluarga yang Samawa." Ucap Ustadz Hisyam matanya berbinar, namun ia tetap menyalami Gus Kais. sementara Zakia memangku tangan di dada, sambil menunduk, ia tidak kuat jika harus menatap Ustadz Hisyam.
Acara selesai sampai sore, Umi dan Abah mengantarkan Zakia ke kamar Gus Kais. sementara Abah dan Bude langsung pulang setelah mendapatkan uang dua puluh juta yang diminta Bude dan Pakde semua.
"Assalamualaikum... selamat datang calon mantu ku, ini kamar Gus Kais yang sekarang jadi kamar kamu juga," ujar Umi Salimah. mengusap lembut pundak menantunya,
"Waalaikumsalam... Umi." Zakia tersenyum Simpul, kearah Umi Salimah.
"Kamu istirahat saja dulu, Umi pangilkan Kais-nya nanti saja setelah kamu Istrahat yah, kayanya ia juga lagi nemuin tamu, teman kuliahnya dulu saat di Cairo." Ujar Umi Salimah.
Sambil. Tersenyum ramah kepada Zakia. Nampaknya Umi begitu senang bahkan saking bahagianya ia begitu menyayangi Zaki.
Sekepergian nya Umi. Zakia duduk di kasur pengantin nya, yang penuh dengan bunga Mawar berbentuk hati .
Ada sedikit senyum tipis terukir dari bibir mungil Zakia, saat membayangkan malam pertama, seperti cerita teman-tema nya yang sudah lebih dulu menikah.
Hijab dan Gaun pengantin masih melekat di badan Zakia, rasanya ia ingin segera membuka nya karena udara di dalam kamar begitu gerah.
"Aku mandi saja dulu lah, sebelum Gus Kais masuk." gumam Zakia dalam hati.
Iya pun langsung membuka Gaun pengantin dan masuk kedalam kamar mandi, ia yang kebetulan baru saja selesai datang bulan langsung keramas mensucikan diri.
Selesai mandi Zakia menganti bajunya dengan gamis baru, gamis berwarna biru muda yang sudah di siapkan di kamar itu.
Warnanya begitu cantik memiliki Motif bordir bunga-bunga berwarna ungu muda, matanya mulai berbinar jantungnya mulai berdegup kencang saat ia mendengar langkah kaki mendekati pintu kamar
"Mungkinkan itu Gus Kais?" Zakia berkata dalam dirinya.
Terdengar gagang pintu berbunyi, dan per'sekian detik kemudian pintu kamar itu terbuka, yang datang benar Gus Kais, ia masih nampak mengunakan jubah nya, dan lengkap dengan melati yang masih di kalungkan di leher
Zakia yang masih duduk di bangku meja riasnya, hanya bisa melihat bayangan Gus Kais dalam pantulan cermin, jantungnya berdebar kencang seakan-akan copot dari tempatnya.
Saat Gus Kais menutup pintu kamar dan berjalan mendekat ke arahnya.
Aroma segar lulur pengantin menyeruak, menusuk indra penciuman Gus Kais yang sudah tepat berdiri di belakang Zakia, wanita delapan belas tahun itu, yang baru saja ia nikahi beberapa jam yang lalu.
Darah lelakinya memuncak, sebagai Laki-Laki normal ia baru pernah berada dalam satu ruangan bersama seorang wanita, dan wanita itu adalah Zakia, namun apakah ia bisa mengauli seorang wanita tampa rasa cinta. Sedangkan bayangan Ayunda sedari tadi terus saja berkelindan dalam benaknya.
Dulu yang ia harapkan berada satu kamar dengannya. Adalah Ayunda, namun karena Uminya memaksa terpaksa ia harus menikahi Zakia.
"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot begini." ucap Gus Kais untuk yang pertama kalinya saat di depan Zakia yang masih duduk mematung.
Zakia tidak menjawab, ia masih nampak diam dan mengartikan ucapan Gus Kais.
"Karena malam ini, kita tidak akan tidur satu ranjang. Aku tidur di ranjang dan kamu tidur di Sofa sana! bukan hanya malam ini saja. Tapi untuk malam-malam seterunya." ucap Gus Kais sambil jemarinya menunjuk ke arah sofa.
"Dan satu-hal lagi, aku menikahi kamu itu karena titah Umi, jadi kamu jangan pernah berharap lebih pada ku Zakia ... Aku tahu kau juga pasti diam-diam sama matrenya dengan Bude dan Pakde mu Bukan! jadi kamu jangan pernah bermimpi bisa memanfaatkan Aku! sama halnya dengan kamu memanfatkan Abah sama Umi.!" Tuduhan Gus Kais membuat hati Zakia kembali tercabik-cabik.
Bukan hanya penolakan nya malam ini saja tapi juga cacian dan kata-kata makian yang di layangkan langsung pada Zakia.
Sakit tapi tak berdarah saat mendengar ucapan itu dari Gus Kais.