Ditindas, dijual oleh keluarga sendiri, dimanja dan dibela oleh keluarga suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6. Tidak Jadi Pergi
"Lepaskan, lepaskan aku, aku tidak mau menikah dengan orang tua itu, aku mohon lepaskan aku." April terus memukul-mukul punggung Juni yang menggendongnya.
Juni sudah tidak tahan, punggungnya merasakan kesakitan, Juni pun menurunkan tubuh April, karena selain kesakitan Juni juga takut kalau April jatuh karena meronta-ronta.
"Tolong lepaskan aku, aku ingin pergi, aku tidak menikah dengan juragan kalian yang pantas nya menjadi kakekku." mohon April dengan iba.
Juni tidak heran lagi, dia tau gadis didepannya pasti dipaksa menikah dan itu sudah pasti dengan orang yang tua, bisa dipastikan dari kata-kata gadis didepannya sekarang.
"Tenanglah dulu, kalau kamu ingin pergi, kami bisa pergi tapi sarapan lah dulu, biar ada tenaga, kamu sudah pingsan semalaman dan tidak makan apapun juga."
"Pingsan ?" tanya April menatap lekat bola mata Juni mencari kejujuran apakah yang dikatakan pemuda didepannya benar atau hanya beralasan agar dirinya tenang.
Juni mengangguk, karena memang benar April pingsan semalaman. "Apa kamu tidak ingat kamu pingsan di bagasi mobil ku ?" tanya Juni, sempat berpikir kalau gadis didepannya sekarang hilang ingatan.
April terdiam, dia mencoba mengingat tentang kejadian kemaren, benar saja, dia lari dari mobil juragan Sofyan dan bersembunyi kedalam bagasi mobil yang pada waktu itu dia sendiri tidak tau itu mobil siapa.
"Sudah lah, sekarang masuk dulu dan sarapan, setelah itu kalau kamu ingin pergi silahkan." Ujar Devan karena melihat April terdiam.
April malu, dia sudah ingat semua yang terjadi, sekarang dia tau lelaki tampan didepannya ternyata pemilik mobil yang menjadi tempat dia bersembunyi.
April tidak mengatakan pada Juni kalau dia sudah mengingat, April merasa tidak enak, karena telah menuduh Juni sebagai anak buah juragan Sofyan.
Akhirnya April setuju masuk kedalam rumah lagi, dia memang harus sarapan, perutnya sudah keroncong, tidak sempat makan dari kemaren.
"Kamu mandilah dulu, Mbok sudah menyiapkan baju ganti di kamarmu, setelah itu barulah sarapan !" titah Juni.
Tidak lama kemudian, April dengan dengan sedikit menunduk malu dia melangkahkan kaki keruang makan, disana dia melihat Juni duduk dikursi meja makan dengan pakaian yang sudah rapi.
Juni bukan seorang CEO, dia cuma orang kampung yang hidup serba kekurangan setelah ayahnya meninggal.
Namun dengan otak cerdasnya dan tekat serta semangat yang tidak pernah luntur, dia merantau ke ibu kota, dan dia sudah bekerja beberapa tempat bahkan pernah menjadi kuli bangunan.
Juni waktu itu sangat hemat, dia mengumpulkan sedikit demi sedikit uang hasil keringatnya sehingga bisa membuka sebuah warung.
Lama kelamaan Juni bisa membuka sebuah restoran, sehingga restoran itu berkembang dan sudah membuka cabang di beberapa wilayah.
Selain itu Juni juga sudah mempunyai dua hotel, dikota yang berbeda, walaupun dia bukan CEO tapi dia seorang pengusaha.
Juni sekarang sudah punya segalanya, bahkan rumah ibunya juga dikampung sudah direnovasi.
Sebenarnya Juni sudah mengajak Ibunya tinggal dirumahnya, tapi Ibunya itu menolak, dengan alasan dia tidak mau tinggal dikota dan sayang rumahnya yang harus ditinggalkan, karena dirumah itu banyak kenangan dengan ayahnya Juni.
Dikampung, dulunya Juni juga sering mendapat hinaan, dari tetangga baik dia sendiri maupun ibunya, hingga sampai sekarang tetangganya masih juga menghina dan merendahkan ibunya Juni.
"Duduklah dan sarapan !" titah Juni karena melihat April hanya berdiri dan menunduk.
Juni sempat heran karena sikap April sudah berbeda dengan yang tadi.
Tadinya April terlihat seperti pemberontak, tapi sekarang gadis itu sudah banyak diam dan seperti malu-malu.
April tidak menjawab, dia langsung duduk dikursi meja makan secara berhadapan dengan Juni.
"Makanlah, tidak usah sungkan, kamu harus makan banyak, biar punya tenaga saat kamu pergi nanti." Ujar Juni sembari menuangkan nasi goreng kedalam piringnya.
April tidak menjawab, dia segera mengambil piring dan mengambil nasi goreng kedalam piring, perutnya sudah sangat lapar.
Suasana dimeja makan hening, bagaikan dihutan, sepi, hanya terdengar disana bunyi dentingan sendok saja.
"Tadi, kamu mengatakan tidak mau menikah dengan juragan tua, siapa juragan itu, dan kenapa kamu bisa berada di bagasi mobilku ?" tanya Devan ingin tau apa yang terjadi pada gadis cantik didepannya.
Devan bertanya bukan karena kepo, tapi ingin tau, mungkin saja gadis didepannya saat ini sedang ada masah, dan siapa tau Juni bisa membantunya.
April terdiam, matanya menatap wajah Juni, sepertinya April enggan bercerita, apa lagi dia belum mengenal siapa lelaki didepannya sekarang.
Juni tidak memaksa, dia tau tidak mudah seseorang menceritakan privasinya, apa lagi gadis itu belum mengenal Juni.
"Kalau kamu tidak mau cerita tidak apa-apa, aku hanya ingin tau, siapa tau aku bisa membantu." Ujar Juni.
Mendengar Juni mengatakan mungkin bisa membantu, akhirnya April menceritakan apa yang terjadi padanya.
Mata April mulai mengembung, dia sedih kalau mengingat dia dijadikan sebagai penebus hutang oleh ayah tirinya.
April menceritakan dari awal dia dijadikan pelunas hutang, dan dia kabur, dan itu lah sebabnya dia dia berada di bagasi mobil karena bersembunyi dari kedua anak buah juragan Sofyan.
Mendengar cerita dari April, Juni merasa iba, tangan lelaki itu mengepal, dia terlihat marah pada Pak Alan karena tega menjadikan April yang begitu cantik sebagai pelunas hutang.
Juni menyodorkan tisu pada April, karena air mata yang sejak tadi April tahan akhirnya luruh juga.
April sedih, takut, namun sekarang dia lega, karena laki-laki dihadapannya sekarang bukanlah anak buah juragan Sofyan, melainkan lelaki baik yang mau menolongnya dan memberikan dia tumpangan tidur dan makan.
"Tadi kamu ingin pergi, kamu ingin pergi kemana, apa kamu punya tempat tinggal ?" tanya Juni.
April menggeleng, dia memang tidak punya tempat tinggal selain rumah Ibunya.
"Dari yang kamu ceritakan, kamu tidak mungkin balik kerumahmu, merak pasti sedang mencari mu ?" sambung Juni lagi.
April mengangguk, dia membenarkan perkataan Juni, tidak mungkin dia pulang kerumahnya, walaupun disana ada Ibunya namun Ibunya tidak bisa membantunya.
April terdiam, dia tidak tau harus berkata apa, dia sedang gelisah, bimbang, takut semua bercampur menjadi satu.
Juni mengerti dengan raut wajah gelisah dan bimbang April, kemudian Juni berkata.
"Kalau kamu mau, kamu boleh tinggal disini beberapa hari hingga keadaan tenang."
"Apa boleh ?" tanya April ragu-ragu, karena tadi dia sendiri yang menuntut ingin pergi.
"Tentu saja, menolong sesama itu harus, aku disini hanya tinggal berdua dengan Mbok, dan kamu tidak perlu takut, juragan yang kamu maksud tidak akan bisa menemukanmu disini."
"Oh ya, siapa namamu ?" tanya Juni, agar mudah ketika mengobrol.
"Nama saya April, tuan," jawab April sembari menunduk.
"Tidak usah panggil tuan, panggil aja Juni." Ujar Juni sembari bangkit dari kursi meja makan.
"Tidak sopan, kalau hanya memanggil nama saja pada orang yang lebih tua dari kita."
Bersambung.
kisah nya sama dengan April karena April juga awal nya ditolong sama Juni dan akhirnya mereka menikah ibu Juni pun sosok yang baik dan sayang serta perhatian sama April.. semoga ibu nya Agus pun demikian juga dengan Ayu
Blum y thor..🤣🤣🤣