Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Ngintil
Di lounge Mariana Hotel.
"Eksterior dengan material kaca terlihat mewah, tapi sangat beresiko," Kurniawan terlihat sedang menimbang, mengingat penjelasan Samantha pada saat mereka bertemu beberapa waktu sebelumnya tentang rawan gempa.
"Begini saja, saya maunya eksterior dinding kacanya hanya sedikit, berpadu lebih banyak batu alam. Selain terlihat modern dan mewah, kantor baru saya itu juga harus terlihat megah, kokoh, dan asri, sejuk bagi siapa saja yang datang berkunjung kesana," putus Kurniawan, setelah merasa cukup menimbang.
"Bisa perlihatkan pada saya desainnya, bu Samantha? Supaya saya tahu itu sesuai dengan ekspektasi saya atau tidak," pintanya, menatap pada Samantha yang menyimak dengan baik keinginan dirinya sebagai klien.
"Baik, mohon ditunggu sebentar ya, Pak," Samantha membuka file-nya dan segera beraksi, mengubah beberapa sisi sesuai dengan permintaan yang ia dengar.
Posisi duduk tepat disamping Samantha, membuat Kiano dengan jelas melihat bagaimana jemari wanita yang menjadi salah satu anggota team arsitek di perusahaannya itu mengubah data, memasukan angka-angka, dan sesekali menekan menekan mouse untuk menepatkan garis pada layar secara cepat dengan gerakan lincah tanpa terlihat canggung sedikitpun.
Pada layar, Kiano dapat melihat perubahan garis saling terhubung satu sama lain membentuk sudut vertikal dan horizontal dengan cepat, juga warna pada desain tidak lupa ikut diubah, sehingga dalam waktu singkat, desain yang diminta kini telah siap.
Dalam hati, Kiano cukup kagum melihat kemampuan Samantha.
Sebagai seorang CEO yang sudah berpengalaman belasan tahun memimpin beberapa perusahaan yang bergerak dibidang jasa properti, sebelum dirinya bergabung di perusahaan milik ayahnya -- Big Properties -- Ini kali pertama baginya melihat proses yang secepat itu.
"Apa seperti ini yang pak Kurniawan mau?"
Kurniawan tersenyum lebar melihat hasil buah tangan Samantha yang sesuai dengan ekspektasinya.
"Saya sangat suka dengan titik perspektif yang bu Samantha ambil ini, terlihat asri. Deal," pengusaha resort itu langsung menjabat tangan Samantha dengan wajah antusiasnya yang gembira.
"Setidaknya, rasa kecewa saya saat bu Samantha menghilang begitu saja tanpa kabar malam itu, sekarang sudah terobati melihat hasil yang seperti ini," ucapnya sambil melepaskan jabatan tangannya dari Samantha dan beralih menjabat tangan Kiano.
"Aaaa... Oh itu... Maafkan saya, Pak," wajah Samantha memerah, bahasa tubuhnya seketika berubah canggung, seakan dirinya tersindir.
"Sakit apa bu Samantha malam itu?" Tanya Kurniawan lebih lanjut, tanpa menyadari perubahan wajah dan sikap Samantha.
"Sakit hati, karena burung beonya dirampas orang," Kiano menjawab datar, tapi tangannya meremas kuat tangan pria berumur yang berani-beraninya melontarkan pertanyaan pada Samantha di luar perihal pekerjaan.
"Serius?" Kurniawan terbelalak sekaligus meringis merasakan nyeri pada tangannya.
"Ternyata bu Samantha penyayang binatang juga," sambil menggerak-gerakan tangannya disisi tubuhnya, setelah dilepaskan Kiano.
"Kalau bukan karena aku merasa tak nyaman dengan bu Samantha, aku berani sumpah, pasti ku cancel menggunakan jasa perusahaan Big Properties."
"Pak Kiano... beliau hanya bercanda, Pak," Samantha tertawa sumbang, netranya melirik Kiano, merasa heran pada ucapan pria itu.
"Saya hanya masuk angin saja. Oh, ya... Apakah desain interiornya masih tetap yang ini? Khusus di ruang kerja pak Kurniawan?"
Samantha cepat mengalihkan pembicaraan, kembali memperlihatkan layar laptop miliknya pada pria itu.
"Ini termasuk desain konstruksi baru Pak, panel dinding batu lembut."
"Tentu saja, saya tetap menginginkan desain itu," Kurniawan kembali tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu saya rasa cukup. Perusahaan kami akan segera merealisasikannya sesuai keinginan pak Kurniawan, dan dalam seratus delapan puluh hari kerja, kantor Bapak yang baru sudah rampung," potong Kiano tidak sabar, langsung berdiri dari duduknya.
"Ya, baiklah pak Kiano, terima kasih," Kurniawan ikut berdiri, lalu menjabat tangan Kiano. Begitu dirinya ingin bersalaman dengan Samantha Kiano gegas menarik tangan pegawai wanitanya itu.
"Maaf, pak Kurniawan... kami terburu-buru, ada janji."
Samantha yang merasa tidak nyaman menghadapi sikap aneh bosnya itu hanya bisa menghela nafas, untuk sementara tidak banyak protes, khawatir Kiano bakal akan mempermalukan dirinya di hotel itu.
"Ayo masuk, tunggu apa lagi?" Kiano melotot di belakang kemudi, melihat Samantha tidak kunjung naik dan duduk di sebelahnya.
"Saya pesan taxi saja, Pak. Masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan untuk menyambangi beberapa toko material. Pak Kiano pulang saja."
"Sudah saya katakan, saya yang antar kamu hari ini. Samantha!" Kiano gemas, ia buru-buru menutup daun pintu mobil yang terbuka lebar, mengejar Samantha yang pergi meninggalkannya.
Tin! Tin! Tin!
Samantha terpaksa menghentikan langkahnya, saat mobil Kiano dengan cepat serong di depannya demi menghalangi jalannya.
"Masuk! Saya serempet kamu nanti biar tau rasa!" Kiano tidak perduli bunyi klakson ribut dibelakangnya akibat ulahnya.
"Mohon maaf, ada yang bisa kami bantu, pak Kiano?" Seorang security hotel segera datang menghampiri. Sementara dua security lainnya berusaha memberi penjelasan pada tamu-tamu hotel yang kesal karena jalan keluar mereka terhalang mobil Kiano.
"Angkut perempuan ini masuk ke mobil saya!" Perintahnya.
"Baik, Pak," tanpa menunggu perintah dua kali security itu langsung meringkus Samantha, tidak perduli wanita itu terus memberontak, tenaganya yang lebih besar dengan mudahnya memasukan Samantha ke dalam mobil, duduk di sebelah Kiano.
"Saya yang pasang atau kamu sendiri?"
Samantha tidak menjawab, dirinya mendengus kasar lalu memasang sabuk pengaman pada tubuhnya dengan rasa kesal yang hampir tak tertahankan.
"Pak Kiano tidak punya kerjaan ya, ngintilan saya terus dari tadi?" ucap Samantha berang, tanpa menoleh pada bosnya yang ia ajak Bicara.
"Ngintilin? Apa itu?" sahut Kiano, juga tanpa menoleh pada Samantha, ia fokus pada jalan raya yang padat di depannya.
"Mengikuti, membuntuti. Saya merasa terganggu, Pak," ucapnya sedikit ketus.
"Saya hanya mau memastikan kamu itu benar-benar kerja atau tidak."
Samantha kembali menghela nafas. Baru sehari saja pria itu menjadi CEO ditempatnya berkerja, dirinya sudah dibuat frustrasi.
"Terserah pak Kiano saja. Tolong turunin saya di pasar tradisional itu," pinta Samantha, sudah tidak mau berdebat.
"Untuk apa?" Kiano menoleh dan memelankan laju mobilnya.
"Kerja, Pak."
"Kerja? Kerja apa ditempat kumuh seperti ini?" Kiano mengerutkan keningnya, menepikan mobilnya di salah satu halaman toko cat yang cukup luas.
"Iya, pak Kiano boleh mengikuti saya, supaya Bapak tahu kalau saya benar-benar berkerja, bukan jalan-jalan."
Samantha turun dari mobil mendahului Kiano. Salah satu pegawai toko cat segera menghampirinya dengan senyum ramah.
"Bu Samantha, ada yang bisa saya bantu?"
"Tolong cek list cat yang saya ada di sini, apakah barangnya ada, lalu tulis harga seperti biasa di kolom harga. Saya tinggal sebentar, akan ke toko lainnya dulu," Samantha balas tersenyum tipis.
"Baik, bu Samantha," pegawai itu menerima lembaran kertas yang diberikan Samantha padanya.
"Tunggu Samantha, jalannya becek, jorok!" Kiano merasa jijik, ia membenarkan maskernya, takut bau anyir lumpur dan air buangan kotor tercium olehnya. Sementara kakinya memilah-milah jalan berlubang yang digenangi air selokan berwarna hitam pekat.
Samantha mendengarnya, tapi mengabaikan panggilan bosnya itu, ia masuk ke toko material keramik.
Setelah bermenit-menit memilih beberapa model keramik dan mencocokan harga, ia dikagetkan oleh kedatangan Kiano.
"Huek! Huek!" Kiano sudah tidak mampu menahan diri dari rasa mualnya.
Celana bahan yang dikenakan Kiano sudah banyak terkena cipratan lumpur hitam disana sini, begitu pula sepatu kulit mengkilapnya, sudah tidak berbentuk lagi.
"Bau sekali! Di sini jorok!" keluhnya, wajahnya sudah mengkerut tak enak dipandang.
"Kalau sudah tidak sanggup, pak Kiano pulang saja, saya belum selesai."
Selesai berucap, Samantha kembali melangkah masuk semakin dalam kedalam pasar tradisional.
Berharap dirinya bisa terbebas, saat berbalik, ternyata si bos masih membuntutinya jauh di belakang sana sambil melompat kesana kemari menghindari jalan berlubang yang tergenang air parit yang meluber.
"Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam, pak Kiano terus membuntutiku..."
Bersambung✍️
syang.. aku ijin pergi ke sana yaa... semangat kerjanya.. papay.. muaahh/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/