NovelToon NovelToon
Merebutmu Kembali

Merebutmu Kembali

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Anak Genius / Romansa / Menikah Karena Anak / Lari Saat Hamil / Balas Dendam
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Dikhianati dan dijebak oleh suami dan kekasih gelapnya, seorang wanita polos bernama Megan secara tak terduga menghabiskan malam dengan Vega Xylos, bos mafia paling berkuasa di dunia malam. Hingga akhirnya, dari hubungan mereka malam itu, menghasilkan seorang putra jenius, Axel. Tujuh tahun kemudian, Vega yang terus mencari pewarisnya, tapi harus berhadapan dengan Rommy Ivanov, musuh lamanya, baru mengetahui, ternyata wanita yang dia cari, kini telah dinikahi musuh besarnya dan berniat menggunakan kejeniusan Axel untuk menjatuhkan Kekaisaran Xylos. Bagaimana Vega akan menghadapi musuh besarnya dan apakah Megan dan putranya bisa dia rebut kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Sangkar Emas Sang Iblis

Perjalanan dari Cikadongdong terasa seperti transisi yang kasar dari mimpi buruk ke fantasi yang gelap. Dimitri, pria tegap berjas hitam dengan tatapan mata yang tak pernah berkedip, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya memastikan Megan dan Axel—yang bingung namun terlalu patuh untuk bertanya—duduk dengan tenang di kursi jet pribadi yang kulitnya terasa dingin dan mewah.

Axel yang sudah terbangun, dengan cepat beradaptasi pada kemewahan baru ini, sudah menemukan tablet canggih yang ditinggalkan di kursi dan mulai menjelajahi sistem navigasi jet itu dengan jari-jari kecilnya yang cekatan. Megan hanya bisa menatap keluar jendela, menyaksikan Indonesia yang akrab menyusut di bawahnya, digantikan oleh awan dan lautan yang tak terbatas. Dia menjual dirinya. Dia menjual kebebasannya demi keamanan Axel. Butiran bening kembali menetes di kedua pipinya yang tirus. Matanya sendu dan suram. Hatinya dan jiwanya terasa bagaikan diremas dan digiling menjadi satu. Tapi satu kalimat yang tidak pernah dia lupakan, 'demi Axel, apapun aku lakukan'

Ketika jet itu mendarat di landasan pribadi yang diselimuti kabut pagi Eropa Timur, Dimitri hanya menunjuk. Di sana, di depan sebuah villa modern yang terlihat seperti benteng kaca, Rommy Ivanov berdiri menunggu. Dia mengenakan mantel panjang yang elegan dan seulas senyum yang terlalu sempurna. Bak patung dewa Yunani yang berdiri kokoh menantang langit. Itulah Kerajaan Rommy Ivanov, keluarga besar dan warisan klan Ivanov yang menguasai Eropa Timur....

“Selamat datang di rumahmu, Megan,” sambut Rommy, suaranya hangat, namun matanya, ketika berpapasan dengan mata Megan, terasa seperti es yang membakar. Kontrol absolut.

Axel segera ditarik ke dalam pelukan Rommy. Rommy tidak canggung; dia profesional. Dia berbicara dengan Axel tentang pesawat dan teknologi, membuat putranya terpesona dalam hitungan detik. Axel merespons Rommy dengan antusiasme yang langka. Pemandangan itu menusuk hati Megan. Rommy telah memenangkan hati Axel sebelum Megan sempat bernegosiasi. Megan merasa semakin terancam....

“Aku sudah menyiapkan ruang kerja khusus untuk Axel,” kata Rommy, mengusap kepala Axel. “Peralatan tercanggih, dan mentor pribadi yang akan segera tiba.”

“Kau menepati janjimu,” kata Megan, suaranya serak. Ia harus mengakui, Rommy melakukan ini dengan sangat baik. Dia tahu persis tombol apa yang harus ditekan pada seorang ibu.

“Tentu saja. Aku bukan Jose yang lemah, Megan. Aku selalu menepati janji. Dan kau sekarang adalah keluarga. Axel, sayang, bibi Sofia akan mengantarmu ke kamarmu. Lihatlah, itu memiliki pemandangan laut yang indah,” Rommy menunjuk seorang wanita tua yang ramah.

Axel pergi, dan Megan ditinggalkan sendirian dengan Rommy di aula yang luas itu. Keheningan yang tiba-tiba terasa jauh lebih berbahaya daripada suara jet.

“Kau terlihat lelah, Ratuku,” ujar Rommy, mendekat. Tangannya yang dingin menyentuh pipi Megan, gerakan itu lembut, namun cengkeraman kekuasaan di dalamnya tak terhindarkan. “Tapi aku menyukai sorot mata itu. Ketegasan seorang ibu yang berjuang. Itu adalah kualitas yang kuhargai. I like it baby..."

Megan menepis tangannya perlahan. “Aku bukan ratumu. Aku setuju datang ke sini karena Axel. Jangan lupakan itu. Kedua jangan melanggar batasanmu. Aku belum menyetujui untuk menikah dengan mu dan menjadi istri sah mu!" tegas Megan tak terbantahkan.

Rommy tertawa pelan, tawa yang indah dan dingin. “Kau keras kepala. Itu bagus. Tapi kau akan segera tahu, Megan, di duniaku, perjanjian tidak hanya melibatkan kata-kata. Itu melibatkan kepemilikan.”

“Maksudmu pernikahan?” tanya Megan, mencoba terdengar tenang.

Rommy menggeleng. “Pernikahan adalah formalitas. Yang kumaksud adalah, kau harus tahu kepada siapa kau menyerahkan dirimu. Kau telah memilih untuk berada di bawah perlindunganku, di dalam sangkar emas ini. Tapi bahkan sangkar emas pun memiliki harga. Aku perlu tahu bahwa hatimu, dan tubuhmu, sepenuhnya berada di bawah kendaliku.”

Rommy melangkah lebih dekat, menempatkan Megan dalam bayangan tubuhnya. Cahaya matahari pagi dari jendela kaca besar menerangi siluetnya, membuatnya tampak seperti dewa jahat yang bersinar. Megan merasakan adrenalin memompa, ketakutan lama dari malam itu kembali menyeruak, namun kali ini ia sepenuhnya sadar. Trauma itu kembali....

“Aku tidak akan menyakitimu,” bisik Rommy, nadanya meyakinkan. “Aku menghormatimu. Tapi aku harus memastikan tidak ada ruang di dirimu yang merindukan, atau bahkan mengingat, sentuhan orang lain. Terutama, sentuhan Vega.”tandas mematikan Ivanov.

Nama itu. Nama Vega Xylos, diucapkan Rommy dengan kebencian tersembunyi, langsung menyulut rasa panik Megan. Rommy tahu apa yang terjadi malam itu.

“Aku sudah melupakannya,” desis Megan. Mengelak secepatnya demi keselamatan putranya dari tangan iblis serakah didepannya.

“Tunjukkan padaku,” perintah Rommy. Dia menarik Megan ke koridor pribadi, menuju sebuah pintu kayu gelap yang terukir rumit. Begitu di dalam, ruangan itu dipenuhi aroma cedarwood dan kemewahan yang sunyi. Tirai beludru tebal menutup setiap jendela.

Rommy tidak terburu-buru. Dia mengunci pintu. “Kau membuat pilihan yang tepat, Megan. Biarkan aku menunjukkan padamu bahwa pilihan itu akan memberimu lebih dari sekadar perlindungan. Itu akan memberimu kekuasaan.”

Megan mundur selangkah, namun Rommy sudah menjebaknya di antara dirinya dan dinding marmer yang terasa dingin dan menusuk. Rommy tidak memohon; dia menuntut. Jari-jarinya yang kuat mengangkat dagu Megan, memaksa mata mereka bertemu.

“Lihat aku, Megan. Kau adalah milikku sekarang. Kau adalah hadiah yang telah kucuri dari mata elang Vega,” kata Rommy, senyum tipisnya merayap naik. “Aku akan menjadikanmu Ratuku. Tapi pertama-tama, aku akan memastikan bahwa setiap jejaknya di tubuhmu, telah tergantikan olehku.”

Rommy menciumnya. Ciuman itu berbeda dari apa pun yang pernah dirasakan Megan—posesif, teritorial, namun sangat terukur. Itu adalah ciuman seorang kolektor yang mengklaim karya seni paling berharga. Megan melawan sesaat, namun ingatan akan Axel di kamar barunya, di bawah atap Rommy, memaksanya untuk menyerah.

Kepala Megan terasa pening. Rommy adalah racun yang elegan. Tangannya merayap di bawah blus Megan yang lusuh, gerakan itu lambat, seolah menikmati setiap detik klaimnya. Sensasi itu, meskipun didasari ketakutan, membangkitkan respons fisik yang tidak bisa ia kendalikan. Rommy menyadari gejolak itu, dan senyumnya melebar penuh kemenangan.

“Bagus. Tubuhmu mengingat kekuasaan. Tapi sekarang, itu akan mengingat kekuasaanku,” bisik Rommy, menarik tubuh Megan semakin dekat hingga mereka tak berjarak. Rommy memposisikan dirinya di atas Megan, memastikan Megan tahu siapa yang memegang kendali. Semua yang terjadi adalah demonstrasi, bukan gairah.

Dalam balutan kemewahan yang mencekik, Megan merasakan dirinya ditarik ke dalam badai yang sama kuatnya dengan Vega, namun badai Rommy terbungkus dalam janji dan ancaman halus. Ketika Rommy akhirnya menuntaskan klaimnya, Megan hanya bisa memejamkan mata, membiarkan tubuhnya menjadi medan perang dua bos mafia besar. Butiran bening kembali membasahi kedua pipinya. Jiwanya menjerit merasakan kejijikan pada tubuhnya sendiri, tapi... demi Axel selamat, dia harus menjatuhkan harga darinya dan egonya telak di bawah sepatu Ivanov. Sang Tuan.

Beberapa saat kemudian, ketika Rommy bangkit, dia merapikan pakaiannya dengan tenang, seolah baru saja menyelesaikan negosiasi bisnis yang sukses. Megan terbaring di ranjang sutra, merasa kosong dan tercemar, namun dengan kesadaran baru tentang bahaya yang ia hadapi.

“Pernikahan akan diselenggarakan dalam dua minggu, sederhana, di villa ini. Aku sudah mengirim undangan ke beberapa rekan bisnis penting,” ujar Rommy, sama sekali tidak terpengaruh oleh keheningan Megan.

Megan duduk, membungkus selimut di sekeliling tubuhnya. “Rekan bisnis? Siapa?”

Rommy tersenyum misterius. Dia berjalan menuju brankas tersembunyi di balik lukisan, mengambil sebuah kotak kecil beludru. Dia kembali dan membuka kotak itu, memperlihatkan cincin berlian yang berkilauan mengerikan.

“Aku sudah memberi tahu seluruh dunia bahwa aku telah menemukan permata yang kucari. Dan aku tidak sabar untuk memamerkannya,” kata Rommy, memasangkan cincin itu di jari manis Megan. Cincin itu terasa berat, seperti belenggu.

“Dan untuk pertanyaanmu, siapa yang diundang…” Rommy menjeda, menikmati momen kepanikan yang muncul di mata Megan. “Aku harus memastikan musuh lamaku mendapat undangan pribadi. Bukankah begitu? Aku ingin Vega Xylos tahu persis apa yang telah hilang darinya, dan siapa yang memilikinya sekarang.”

Rommy menatap Megan dengan tatapan penuh kepuasan, mencium keningnya, lalu berbalik menuju pintu.

“Tidurlah, Ratu. Kau aman di sini. Di markas yang tak tersentuh ini. Bahkan mata elang Vega tidak akan bisa melihatmu. Sampai jumpa di meja makan malam. Kita akan bicara tentang rencana pernikahan kita.”

Pintu tertutup dengan suara pelan yang terasa final. Megan ditinggalkan sendirian di sangkar emasnya, menatap berlian besar yang terasa panas di jarinya. Dia tidak hanya menjadi sandera; dia menjadi umpan, bidak catur yang disiapkan untuk memancing Raja Mafia, Vega Xylos, ke dalam perangkap Rommy Ivanov.

Saat itu juga, di lantai kamar yang berbeda, Axel, yang sedang meretas sistem keamanan villa untuk bersenang-senang, tiba-tiba melihat file tersembunyi di server Rommy. Itu adalah foto lama, buram, dari seorang pria dengan tato naga hitam di punggung, berdiri di samping Vega Xylos. Axel mengerutkan kening. Mengapa Rommy menyimpan foto musuh lamanya dengan detail sebanyak ini?

Axel mengklik dua kali, dan data rahasia Rommy tentang konflik global dan pergerakan Vega Xylos mulai membanjiri layarnya, memberinya petunjuk pertama bahwa perlindungan ini adalah ilusi, dan ia serta ibunya kini berada di pusat badai yang jauh lebih besar.

"Oh, No...." ucap cedalnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!