NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan CEO

Gadis Kesayangan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: jeonfe

Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.

"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.

"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.

***

Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.

"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.

"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.

"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Ingat?

Nafsu makan Naomi semakin berkurang, antusiasmenya terhadap makanan yang tersaji kini mengikis secara perlahan. Kehadiran Dean yang duduk di hadapannya membuat dirinya dilanda ke was wasan yang tiada ujung.

Dia mencoba menelan setiap suapan makanan dengan fikiran yang dibumbui ketakutan. "Bagaimana jika dia mengatakan sebenarnya tentangku yang di bar" gumamnya yang merasa semakin takut.

Sendok dan garpu mulai berbaring di piring bulat berwarna putih. Naomi juga telah menyelesaikan makan malamnya. Kini dessert yang seharusnya dia pilih dan dia makan menjadi tidak berselera lagi.

Tampilan cantik dan rasa yang menyegarkan dan manis tidak lagi membuatnya tergiur. "Hmm permisi, saya mau ikut ke toilet" tutur Naomi meminta izin. Dia harus menenangkan dirinya dulu.

"Oh iya silahkah, ada di sebelah sana. Nanti biarkan pelayan mengantarmu" jawab William mempersilahkan.

"Ah iya, terima kasih tuan" ucap Naomi yang beranjak dan pergi ke arah toilet. Dean menatap sekilas kepergian Naomi.

***

Naomi berdiri di balik pintu kamar mandi. Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan mengehela frustasi.

"Aishh ternyata om - om menyebalkan itu calon kakak iparku. Memalukan sekali" ucapnya menggosok gosokan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Dia harus menanggung malu akan kelakuannya sendiri di bar pada tempo lalu. Emosinya yang memuncak dan keadaan perutnya saat itu yang tidak baik membuatnya hilang kendali dan mudah memaki.

Naomi mencoba menenangkan dirinya kembali "huftt tarik nafasss huhhhh buang. Semuanya akan baik - baik saja. Dia tidak akan mengatakan hal yang buruk tentangku. Kalau ia habislah aku akan dimarahi papa dan mama" ungkapnya dengan mencoba memberikan asupan positif bagi fikirannya.

*cekrek*

Dia mencoba keluar dari kamar mandi setelah beberapa saat menenangkan diri.

"Uhh.. astaga" Naomi terkejut dan memegang dadanya tatkala berpapasan dengan Dean yang berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Si-silahkan" ucapnya menyingkir dari kamar mandi dan mempersilahkan Dean untuk masuk. Dia mengira jika Dean memang sedang antri.

"Gadis Nakal di Bar yang berciuman dan mabuk?" Ucapannya membuat Naomi membulatkan matanya dan segera berbalik, dia nampak panik karena perkataan Dean terdengar cukup keras.

"Heii etsss.. ssstt. Kamu ini" ucapnya mengarahkan satu jari telunjuknya ke bibir. Memberikan peringatan pada pria di hadapannya untuk diam dan tidak membahas ini.

"Naomi Ashton, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.

"S-siapa? Mau apa mengikutiku kesini? Kau ini calon suami kak Grace!" tuturnya memberikan ultmatum.

"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku. Aku tidak suka di atur" ucap Dean memperagakan ucapan Naomi saat pertemuan mereka di bar.

"Duh aku mohon jangan membahas ini. Pertemuan tempo lalu hanya kebetulan saja. Aku minta maaf jika kata kataku menyakiti tapi --"

"Mengataiku om om?" Tanyanya lagi memotong ppembicaraan dengan melipatkan kedua lengannya di dada.

"Iya iya itu termasuk kesalahanku. Tapi kau yang mulai duluan" Dean memiringkan kepalanya melihat ocehan yang dilontarkan Naomi.

Melihat keegoisan pada pria di hadapannya akhirnya dia mengalah untuk tidak mengungkit kesalahan yang dilontarkan Dean.

"Ah baiklah aku sendiri yang salah. Aku minta maaf. Sudah ya jangan dibahas lagi ! Sudah anggap saja kita tidak saling kenal dan tidak pernah bertemu sebelumnya." Ketusnya yang lalu pergi meninggalkan Dean yang berdiri bersandar di dinding.

Pria itu menatap kepergian Naomi yang membawa kekesalan akibat ulahnya. Dia mengulum senyumnya mengingat ocehan gadis yang di gadang - gadang akan menjadi adik iparnya.

***

William memberikan keleluasaan untuk cucunya berbincang dengan Grace. Wanita yang dijodohkan dengannya. Walau kakeknya hanya mengatakan perkenalan saja, tapi dia yakin kakeknua sudah menargetkan wanita yang berdiri di sampingnya untuk jadi pasangannya.

"Besok saya resmi bekerja di Gr.Hospital. Tadi saya sempat ke Rumah Sakit untuk membereskan ruang kerja. Untuk kedepannya saya mohon bantuan tuan" ucap Grace memulai pembicaraan.

"Ya, selamat bergabung di Gr.Hospital. Kamu bisa memanggil namaku langsung jika tidak berada di Rumah Sakit" tutur Dean yang memberikan lampu hijau untum Grace memanggil namanya tanpa embel - embel lainnya. Dia merasa kurang nyaman dan terdengar kaku.

"B- baiklah Dean. Oh iya dulu saya juga adik tingkat saat masih di perkulihan ..."

Mereka berbincang satu sama lain, Dean hanya sekedar merespon dan menanggapi topik pembicaraan yang di buat oleh Grace. Dia tidak memiliki niatan untuk bertanya atau mengetahui sesuatu tentang wanita yang berada di sampingnya.

Pandangan Dean beralih ke arah gadis yang tengah duduk sendiri di ruangan tengah. Memainkan ponselnya dan bersandar di sofa. Terlihat jelas di bilik kaca besar yang menjulang. Senyum tipisnya terbit melihat tingah random Naomi yang tersenyum dan menggerutu sendiri di depan ponselnya.

"Dean?" Grace menyentuh bahu Dean. Sudah dua kali Grace memanggil Dean namun tidak mendapatkan respon juga.

***

Dean selalu meneruskan pekerjaannya di rumah, apalagi karena pulang lebih awal dari biasanya dia harus membekal pekerjaan yang cukup menumpuk. Tengah malam dia menuruni tangga untuk membuat secangkir coffe di dapur. Menemani pekerjaannua yang belum kunjung usai.

Lampu - lampu yang bergelantungan di atap langit - langit mansion dengan mural berwarna gold beberapa sudah mulai padam, ditemani rampu remang - remang kekuningan.

"Kakek kira kau sudah tidur" ucap William yang baru masuk ke kamarnya. Dia melihat cucunya yang menenteng secangkir gelas di tangannya dan menuju ke arah tangga.

"Kakek sendiri belum tidur" sahutnya dengan santai.

"Kakek baru saja dari luar mencari udara segar, kakek juha mendapat telfon dari ayahmu. Dia menanyakan kabarmu" ucapnya memberitahukan. Namun nyatanya Dean nampak acuh akan itu. Dia hanya mengangguk kecil tanpa rasa penasaran yang lebih jauh.

"Sesekali jawablah panggilan dari ayahmu. Dia merindukanmu" tutur William lagi pada cucunya. "Aku punya hak mengangkatnya atau tidak" sahutnya dengan mengalihkan pandangan. Dia tidak menyukai pembicaraan akan topik ini.

"Ah iya iya terserah saja" sahut lagi William yang mengerti. Semenjak kematian anaknya yang tak lain ibu dari Dean, dan pernikahan kembali ayahnya dengan seorang gundik sampai menghasilkan seorang anak membuat Dean menjadi apatis. William mengerti akan itu.

"Ya, kalau begitu aku akan ke bawah" tutur Dean ingin meneruskan langkahnya.

"Eh Dean, bagaimana dengan Grace tadi? Kakek penasaran" tuturnya yang berhasil membuat langkah Dean yang sudah menuruni dua anak tangga berbalik.

"Biasa saja. Aku tidak merasakan chemistry seperti yang kakek mau. Kita hanya akan menjadi rekan kerja" Ucapan Dean membuat William tak habis fikir.

"Setidaknya berkencanlah satu atau dua bulan untuk saling mengenal. Kamu juga bisa pergi kerumahnya. Jangan mengambil keputusan hanya karena bertemu satu kali" tutur William dengan penakanan yang tergolong memaksa.

"Kek..." sahutnya dengan suara pelan dan lelah.

"Dua bulan, setelah itu terserah kau saja." Finalnya memberikan waktu dua bulan untuk membangun chemistry dengan Grace.

"Setelah itu kakek tidak lagi menjodoh jodohkan aku. Biarkan aku menjalani apa yang aku mau" tuturnya bernegosiasi.

Keras kepala dan teguh pendirian, tidak asing dia menilai cucunya seperti ini. William menyetujui hasil bernegosiasi antar kakek dan cucu.

Dia sangat berharap dalam waktu dua bulan bisa merubah perasaannya. Dia ingin melihat cucunya memiliki pasangan dan bahagia seperti Natasha cucu pertamanya.

"Baiklah kamu bisa pegang janji kakek" ucapnya menyetujui akan kesepakatan bersama yang dibuat secara spontan ini.

Dean memberikan acungan jempolnya pada William. Kesepakatan yang harus dia pilih, dua bulan waktu yang singkat menurutnya. Apalagi kesibukannya sangat minim kemungkinan bisa berkencan. Setelah dua bulan berjalan, dia tidak akan lagi mendengar desakan dari kakeknya tentang pasangan.

1
naruto🍓
Thor, ceritanya keren banget! Cepat update lagi dong!
Fannya
Ceritanya kreatif bener, thor! Keren abis. Jangan lupa terus berinovasi dalam menulis ya.
Gatita✨♥️😺
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!