NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Tidak butuh waktu lama untuk keduanya sampai di ballroom hotel, tempat dimana acara pernikahan teman Dimas itu diadakan. Seperti biasa, Velove akan selalu berjalan mengikuti langkah lelaki itu dari belakang.

"Kamu kalo mau ambil makanan atau minuman, ambil aja. Saya mau ke temen-temen saya dulu." Ucap lelaki itu saat mereka berdua sudah berada di tempat acara.

"Iya, Pak. Kalo gitu saya ke sana dulu." Balas Velove seraya menunjuk ke arah berbagai makanan dan minum yang telah disediakan.

Dimas membalasnya dengan sebuah anggukan, lalu kemudian lelaki itu membawa langkahnya menuju ke arah meja yang sudah ditempati oleh teman-temannya yang sudah datang.

"Wihh bos besar kita baru dateng." Seruan itu datang dari Juna saat Dimas baru saja sampai di meja itu.

Mendengar seruan itu Dimas hanya menatap malas ke arah Juna, malas untuk menanggapi temannya yang satu itu. Dia kemudian memilih untuk ikut duduk di salah satu kursi yang masih kosong di sana.

"Lo dateng ke sini sama siapa, Dim?" Pertanyaan kali ini datang dari Johan yang ada di sampingnya.

"Tuh, sekretaris gua." Jawabnya sambil mengarahkan dagunya ke arah Velove yang sedang sibuk memilih makanan.

Teman-teman Dimas pun mengikuti arahan lelaki itu untuk melihat keberadaan sang sekertaris.

"Sama sekretaris mulu, kapan sama gandengan yang benerannya?" Orang yang selalu meledek Dimas adalah Juna, temannya yang satu itu memang memiliki mulut yang lemas.

"Lo pikir truk pake gandengan segala." Tio ikut menyambar, tapi kemudian lelaki itu ikut meledek Dimas. "Tapi bener tuh Dim kata Juna, kapan punya gandengan?"

"Kapan-kapan." Balasnya dengan santai yang mengundang sorakan kecewa dari teman-temannya yang ada di sana.

"Gak asik lo, Dim." Balas Juna, lalu teman Dimas yang paling banyak bicara itu kembali melirik ke arah sekertarisnya. "Itu sekertaris lo namanya siapa? Lupa gua."

"Mau ngapain?" Bukannya menjawab, Dimas malah balik bertanya dengan penuh rasa curiga, temannya yang satu itu memang patut untuk dia curigai.

"Pengen tahu doang elah, kagak bakalan gua ambil juga." Balas Juna.

Dimas kemudian menjawab dengan singkat. "Velove."

"Oh iya, si Love. Udah punya pacar belum dia?"

Begitu Juna memanggil nama sekretarisnya dengan panggilan seperti itu, entah kenapa Dimas merasa tidak senang.

"Katanya kagak bakalan lo ambil, tapi pake nanyain punya pacar apa kagak." Kini Jemian yang bersuara membalas ucapan Juna.

"Gak usah berprasangka buruk dulu lah, bro. Jadi gimana, Dim? Udah punya pacar belom dia?" Juna kembali bertanya.

"Mana gua tahu, lo tanya langsung aja sama orangnya." Balas Dimas dengan malas.

"Ya maksud gua kalo misalnya dia jomblo, kenapa kagak lo pacarin aja, Dim?" Memang mulut Juna benar-benar enteng untung mengucapkan sesuatu.

"Gua kira mau lo embat." Sahut Tio.

"Buat si Dimas aja, kasian jomblo akut." Balas Juna.

"Tapi gua kagak yakin sih kalo sekretaris Dimas itu masih jomblo, cantik begitu masa jomblo, mana body nya juga aduhay." Kini Johan kembali ikut bergabung.

"Bener Jo, kalo aja dia sekretaris gua, udah gua pacarin dari bulan pertama kerja. Lah, ini si Dimas udah ada dua tahun tapi masih dianggurin." Tio menanggapi apa yang dikatakan oleh Johan.

Sedangkan Dimas hanya terdiam, malas untuk menanggapi celotehan teman-temannya yang tidak jelas. Tapi tanpa lelaki itu sadari, matanya malah menatap perempuan dengan balutan dress biru itu sedang asik memakan cake di piring kecil yang ada di tangannya.

Memang tidak salah apa yang dikatakan oleh teman-temannya kalau sekretarisnya itu cantik, juga dengan tubuhnya yang memiliki bagian-bagian menonjol yang pas untuk dilihat.

Dimas terhenyak dan tersadar dari lamunannya tentang Velove saat Jemian menepuk bahunya untuk mengajak dia ke pelaminan menghampiri Yudha, temannya yang melangsungkan pernikahan.

"Lo mau ke si Yudha sekarang gak bareng gua? Gua mau langsung pulang, ada urusan lagi soalnya." Ujar Jemian.

Dimas lantas mengangguk tanda setuju dan beranjak dari kursinya, dia tidak akan lama-lama di acara ini, mengingat jika dirinya tidak hanya datang sendiri ke acara ini, tapi juga ada Velove yang ikut dengannya.

"Gua sama Jemian ke sana dulu." Pamit lelaki itu pada teman-temannya yang lain.

Lantas kedua lelaki itu berjalan beriringan ke atas pelamin, menghampiri temannya yang sedang merayakan hari bahagia.

"Yud, selamat ya. Akhirnya jadi juga." Jemian memberikan selamat yang disusul oleh Dimas di belakangnya.

"Selamat, Yud." Ya beginilah adanya, Dimas yang irit bicara.

"Thanks bro, kapan nih nyusul?" Tanya Yudha pada dua orang itu.

"Doain ajalah, secepetnya kalo gua. Kalo yang belakang sih kagak tahu." Balas Jemian seraya menyindir Dimas yang ada di belakangnya dan Yudha hanya tertawa mendengarnya.

"Jadi kapan nih, Dim?" Yudha kembali bertanya saat Dimas sudah berada di depannya.

"Gimana nanti." Jawab lelaki itu.

"Ya elah, kalo gitu mah kapan jadinya. Btw lo dateng sama siapa tadi? Gua lihat tadi bareng cewek."

"Sekretarisnya doang itu." Bukan Dimas yang menjawab, melainkan Jemian yang berada di sisinya.

Yudha yang mendengar hal itu hanya membulatkan bibirnya. "Gua kira calon lo."

Dimas hanya mengedikan bahunya, lalu setelah basa-basi itu Jemian dan lelaki itu turun dari sana. Jemian yang langsung berpamitan pada teman-temannya untuk pulang. Sedangkan Dimas memilih untuk menghampiri Velove.

"Woy, Dim! Mau kemana? Ikut dong." Juna dengan tidak tahu malu bersuara keras di sana, Dimas yang mendengar hal itu hanya melengos pergi dari sana yang ternyata diikuti oleh temannya itu dari belakang.

Langkah kaki Dimas bisa disusul dengan cepat oleh Juna yang kini sudah ada di sampingnya. "Mau kenalan dong gua sama sekretaris lo." Ucap lelaki itu yang sontak mendapatkan tatapan tidak suka dari Dimas, tapi Juna seolah tidak peduli dan berjalan mendahului Dimas menuju tempat Velove berada.

"Hai, Love!" Sapaan itu membuat Velove sedikit terkejut di tempatnya, dia tidak terbiasa dengan panggilan itu karena memiliki makna ambigu jika didengar oleh orang lain.

"O—oh, hai?" Sebenarnya Velove tidak kenal siapa yang datang bersama Dimas saat ini.

"Lo lupa sama gua ya?" Sok akrab sekali memang teman Dimas yang satu ini,

"Maaf, saya lupa."

"Jangan kaku-kaku gitu dong, gua kan bukan atasan lo. Kenalin, gua Juna. Jangan sampe lupa, nanti kalo ketemu gua tanya lagi." Ujar lelaki itu sambil mengulurkan jabatan tangannya.

Velove yang masih sedikit terkejutpun segera meraih jabatan tangan itu. "Velove, Pak?"

"Panggil gua Mas aja, gua kan bukan Bapak lo." Balas lelaki itu yang masih belum melepaskan jabatan tangan mereka.

"O—oh, iya Mas Juna." Perempuan itu tersenyum kaku.

Dimas yang kini sudah ada di samping kedua orang itu langsung menarik jabatan tangan Juna yang sangat lama itu, membuat Juna mendengus kesal.

"Posesif amat sih, Pak." Cibir lelaki itu sekaligus mengejek Dimas.

"Oh ya. Btw Love—"

"Velo atau Vel aja, Mas." Sela Velove sebelum teman atasannya itu melanjutkan kalimatnya.

"Yah oke maksud gua Vel, lo udah punya pacar belom?" Tanya Janu tanpa basa-basi lagi.

Velove yang mendengar pertanyaan itu sontak mengernyit heran. Apakah wajar baru bertemu langsung menanyakan hal ini? Sopan kah dek?

"Jun." Dimas menegur temannya itu disertai tatapan tajam yang menghunus.

"Hehe, sorry Vel. Gua ngeri aja temen gua ini digebukin pacar lo karena ngajakin pacarnya ke nikahan orang." Kelakar lelaki itu.

Lagi-lagi Velove hanya bisa tersenyum canggung, tidak tahu harus merespon bagaimana teman atasannya yang menurutnya terlalu aktif itu. Perempuan itu melirik ke arah Dimas yang ternyata juga sedang melirik ke arahnya, membuat Giana segera mengalihkan pandangannya.

"Dah lo sana, sekalian bilangin ke yang lain gua balik duluan." Usir Dimas pada Juna yang lelaki itu balas dengan dengusan kesal.

"Baru juga mau ngobrol sama sekertaris lo. Ya udah Vel, sampe ketemu lagi nanti." Bahkan Juna hanya pamitan pada Velove dan mengabaikan Dimas begitu saja.

Velove hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum tipis. Tanpa perempuan itu ketahui jika gerak geriknya terus diperhatikan oleh Dimas dari tadi.

Velove mendongakan kepalanya untuk menatap ke arah Dimas. "Mau pulang sekarang, Pak?" Perempuan itu bertanya sambil meletakan gelas minumannya yang tinggal setengah ke atas meja.

"Ya, ada yang masih mau kamu makan di sini?"

Perempuan itu lantas menggelengkan kepalanya. "Nggak ada, Pak."

"Ya udah, kita pulang sekarang." Ajak Dimas.

Lelaki itu jalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Velove yang melangkah di belakangnya, mereka meninggalkan acara yang masih cukup ramai itu. Saat tengah berjalan, entah kenapa tas kecil milik perempuan itu jatuh, membuat Velove secara refleks langsung membungkukkan tubuhnya untuk mengambil benda itu.

Sedangkan Dimas yang mendengar bunyi benda jatuh di belakangnya segera menolehkan kepalanya dan yang lelaki itu dapati adalah sekertarisnya yang sedang membungkuk mengambil tasnya yang jatuh. Tapi, bukan itu yang menjadi fokus Dimas, melainkan bongkahan kembar yang ada pada sekertarisnya.

Bongkahan kembar itu terlihat lebih jelas karena Velove yang menunduk, ditambah dengan potongan dress yang perempuan itu pakai cukup rendah, membuat bongkahan bulat kembar itu seperti ingin meluber keluar.

Lelaki itu segera mengalihkan pandangannya saat merasakan gelenyar aneh pada tubuhnya, melihat bagian terlarang sekertarisnya itu membuat Dimas merasakan suasana panas di sekitarnya.

"Ck, jangan ceroboh Velove." Dimas mengingatkan Velove ketika perempuan itu sudah kembali berdiri dengan tegak.

"Maaf Pak, gak sengaja." Balas Velove dengan senyum bodoh di wajahnya.

Dimas yang merasakan jika suasananya sudah tidak benar segera melanjutkan kembali langkahnya untuk menuju mobil miliknya yang terparkir dan hal itu tentu saja diikuti oleh Velove yang setia berada di belakangnya.

Selama perjalanan pulang, di dalam mobil Dimas beberapa kali menghela napasnya kasar, lelaki itu juga sesekali menggerutu, yang membuat Velove di sebelahnya menatapnya dengan keheranan. Alasan lelaki itu bersikap seperti itu karena batang sialannya tiba-tiba berdiri saat melihat sekertarisnya tadi, untung saja perempuan itu tidak menyadarinya.

"Pak Dimas baik-baik aja?" Suara mendayu milik Velove malah semakin membuat Dimas kepanasan di tempatnya.

Lelaki itu hanya berdehem di tempatnya, hal itu semakin membuat Velove khawatir dengan keadaan sang atasan. "Pak? Bapak gak kenapa-kenapa kan? Kalo Pak Dimas lagi kurang enak badan gapapa, turunin saya disini aja biar Bapak bisa langsung pulang, nanti saya bisa naik—"

"Diam, Vel." Dimas segera menyela perkataan sekretarisnya itu.

Bibir perempuan itu langsung terkatup mendengar perintah itu, lalu bibir Velove mulai mencebik tanpa diketahui oleh lelaki itu.

Dimas menyuruh Velove untuk diam itu karena dirinya tidak kuat jika harus mendengarkan suara halus milik perempuan itu di saat yang seperti ini, yang ada dia tidak akan bisa menahan nafsunya lagi terhadap sang sekertaris.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!