Terjebak Di Pernikahan Kakakku

Bening sudah merasakan perutnya yang begitu lapar. Berjalan di pusat perbelanjaan tanpa makan membuatnya merasa lemas saja. Ia baru ingat, ia hanya makan tadi pagi lalu minum seperempat matchanya di sore harinya. Perutnya belum terisi makanan padat lagi. Bening melihat ke arah Segara yang berada di sampingnya.

“Pak, apa kita masih lama di sini?” tanya Bening.

“Pilihlah yang kamu inginkan lagi,” ujar Segara.

“Nggak ada, Bening sudah selesai memilih dan berbelanja,” jawab Bening depan suara pelan, ia sudah tidak punya tenaga untuk banyak berbasa basi.

“Ada apa denganmu?” tanya Segara.

“Uwek, uwek ….” Bening berlari sambil menahan mulutnya. Ia merasa sangat begitu mual. Bening menuju toilet umum dan memuntahkan cairan pahit. Ia merasa tubuhnya semakin lesu.

Bening berjalan lunglai keluar dari toilet. Di sana ia sudah melihat Segara yang menunggunya.

“Kamu hamil?” tanya Segara dengan santainya.

“Pak, saya ingin makan,” kata Bening pelan.

“Tidak, aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit terlebih dahulu. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan anakmu?”

‘Dasar laki - laki brengsek. Tahu apa dia tentang kehamilan! Gue lapar!’ Bening hanya bisa memaki di batinnya. Ia tidak bisa mengeluarkan kata - katanya lagi.

“Belikan Bening makanan dulu,” pinta Bening.

“Baiklah, di jalan kita akan membelinya,” kata Segara. ”apa kamu bisa berjalan?” tanya Segara, Bening mengangguk pelan. Namun tentu saja ia berjalan dengan teramat pelan, perutnya semakin terasa sakit.

“Naiklah,” kata Segara sambil memasang punggungnya. Bening dengan pelan berjalan ingin menuruti permintaan Segara yang menyuruhnya bergelayut di punggungnya itu. ”oh, kurasa jangan. Bisa - bisa anakmu sakit jika aku gendong dengan cara begitu,” kata Segara lagi seraya berdiri tegap kembali.

Bening merasa ingin memaki suaminya. Disamping itu, Bening terhenyak ketika Segara menggendong tubuhnya bak adegan romantis di drama kolosal.

Semua orang di sana tercengang melihatnya. Orang - orang melihatnya seperti pasangan yang begitu romantis dan bentuk perhatian lelaki pada pasangannya. Namun di dalam hati Bening itu adalah kesialan. Ia merasa sial bersama dengan Segara yang terlalu naif.

...🍞🍞🍞...

Di dalam mobil Bening mengunyah rotinya dengan nikmat. Roti coklat itu bagai penyelamat baginya. Walau masih terasa sakit, tapi Bening sudah mulai merasa memiliki sedikit tenaga.

Mereka dalam perjalanan ke rumah sakit. Bening diam saja tidak membantah perkataan Segara yang mengatakan kalau dirinya sedang hamil.

‘Biarkan saja ia mendengar dari dokter langsung,” batin Bening.

“Tenang saja, aku tidak akan memarahimu atau menceraikanmu hanya karena kamu hamil anak pacarmu itu. Aku tidak ingin terlalu membuat beban untuk orang tuamu. Tapi ingat! Aku tidak akan mengakui yang bukan perbuatanku! Kamu bisa memilih kapan waktu terbaik kamu ingin pergi sendiri dan berbicara langsung dengan kakekku,” ungkap Segara memberi penjelasan yang menohok.

“Terserah saja,” balas Bening singkat.

Segara menoleh ke arah Bening. Ia melihat wajah Bening yang hanya menahan kesakitannya. Tidak terlihat bereaksi atas kata - katanya itu. Cukup mengherankan bagi Segara.

...🍔🍔🍔...

Di ruangan dokter yang tercium aroma obat dan antiseptik. Bening sudah cukup merasakan enakan di perutnya setelah diberikan obat oleh dokter.

“Bagaimana dengan anaknya, Dok?” tanya Segara.

Dokter tersenyum kecil sebelum membalas pertanyaan Segara. Sedang Bening menatap Segara dengan wajah penuh bencinya. Memalukan saja, pikirnya. Ia tahu pasti, ia tidak hamil. Bagaimana mungkin ia bisa hamil. Punya pacar aja tidak ada. Ia yakin sejuta persen, ia masih perawan.

“Istri anda tidak hamil, Pak. Mual adalah salah satu gejala umum dari penyakit asam lambung. Itu disebabkan ketika asam lambung naik ke kerongkongan, sehingga hal ini dapat mengiritasi lapisan kerongkongan dan memicu rasa mual,” jelas seorang dokter laki - laki paruh baya itu.

Bening tersenyum puas, sementara Segara menatap ke arahnya. Melihat Bening yang menyeringai. Membuat Segara merasa sedikit malu, karena sebelumnya sudah menuduh Bening hamil.

“Kalau begitu, makanan apa saja yang bisa meredakan penyakit ini, Dok?” tanya Segara lagi.

Giliran Bening, ia melihat wajah Segara. Bertanya mengenai makanan? Buat apa orang asing yang menyebalkan itu peduli pada makanan segala. Ia ingin berbuat apa lagi? Hal menyebalkan apa lagi yang akan dilakukan pada makanan.

“Banyak sekali. Makan sayuran, daging tanpa lemak, buah - buahan non asam dan menghindari makanan pemicu asam lambung seperti makanan pedas, berlemak, asam dan minuman berkafein,” jelas dokter itu kembali.

...🍟🍟🍟...

Di perjalanan pulang, keduanya belum ada berbicara sepatah kata pun lagi. Bening rasanya ingin cepat sampai di kamarnya dan membenamkan dirinya di bantal. Agar ia lekas memulihkan mentalnya yang baru saja diacak - acak oleh Segara.

“Mengapa kamu tidak membantah kalau kamu tidak hamil?” tanya Segara kemudian, memecah keheningan.

“Biar medis yang langsung mengatakan, perkataan Bening mungkin nggak akan Bapak gubris,” jawab Bening yang tanpa melihat lawan bicaranya, ia lebih memilih melihat ke luar jendela mobil.

Segara terdiam, ia membenarkan perkataan Bening. Ia mungkin tidak akan langsung percaya jika saja tadi Bening sudah mengatakan yang sebenarnya. Ia hanya akan berpikir kalau Bening takut jika ketahuan hamil dan akan menutupi darinya.

“Sebelum berangkat, Bapak bilang akan mengajak Bening makan malam juga. Tapi ternyata sampai Bening sakit karena telat makan, Bening belum di ajak ke tempat makan itu sekali pun,” gerutu Bening.

Ia memegang perutnya, merasakannya yang masih belum benar - benar terisi. Bening merasa menyesal telah mengikuti perkataan Segara untuk membawanya pergi. Mending ia mengenyangkan perut di mansion lalu istirahat.

“Itu salahmu karena tidak bilang kalau kamu lapar.”

“Bening mana berani bilang kepada bos,” sungut Bening. Segara melemparkan pandangannya ke arah Bening. Sejak kapan ia menjadi bos gadis itu.

“Kamu tidak boleh makan sembarangan. Sampai di mansion, aku akan memasakkan sup untukmu,” kata Segara.

Bening berhenti menatap jalan, ia memalingkan wajahnya ke arah Segara berada, ia ingin memastikan kesungguhan lelaki itu. Dan ia melihatnya di sana. Apa - apaan!

...🥗🥗🥗...

Bening duduk di kursi sembari memandangi Segara yang tengah berkutat dengan panci supnya. Ia belum bisa mendeskripsikan secara pasti bagaimana karakter suaminya itu. Kadang ia baik tapi kadang ia juga sangat menyebalkan baginya.

Namun ia tahu, kebaikan lelaki itu hanya karena ia memandang Bening sebagai manusia yang patut dimanusiakan. Ia bahkan tidak peduli jika benar Bening memang hamil. Ah, tentu saja. Mana mungkin Segara memperlakukannya karena sebuah rasa lebih.

Pria dingin nan ketus itu tidak mungkin memiliki perasaan kepada perempuan rumahan sepertinya. Ia pasti lebih memilih wanita yang berpendidikan tinggi sepadan dengannya, memiliki karir yang bagus, cantik setara model internasional barang kali dan tidak lupa, harus dari keluarga miliader juga tentunya.

Bening juga tidak berharap demikian. Ia juga belum merasakan perasaan apapun terhadap Segara. Ia hanya berharap keluarganya baik - baik saja hanya dengan melihat dirinya bahagia dalam pernikahan itu.

“Makanlah,” kata Segara seraya memberikan semangkuk sup ayam lengkap dengan karbohidrat dan juga seratnya.

“Terima kasih,” kata Bening sambil memulai menyendoki sup itu. Segara hanya mengangguk pelan dan ikut duduk di depan Bening.

“Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Segara.

“Ehm, nyaman, rekannya juga baik,” jawab Bening sambil terus menyantap supnya.

“Besok pagi kamu ingin sarapan apa? Aku akan memasakkannya untukmu,” tanya Segara lagi.

“Biar Bening saja yang memasak besok,” kata Bening menolak. Ia tidak ingin merepotkan Segara terlalu banyak.

“Aku tidak ingin mempunyai beban wanita yang sakit - sakit an di mansion ini!” sentak Segara membuat Bening melihatnya dengan kengerian. Bening menghela nafasnya, ia diam sejenak untuk berpikir menu apa yang bisa dimintanya pada Segara.

“Nasi goreng saja,” balas Bening.

“Mana mungkin, nasi goreng tidak baik untuk dijadikan sarapan. Selain bisa membuat masalah pada pencernaanmu dan juga masalah lainnya. Nasi goreng menyebabkan kamu malas karena akan memicu rasa kantukmu di tempat kerjamu besok,” jelas Segara dengan wajah dinginnya

”Benarkah? Pantas saja dulu pas sekolah Bening sering tertidur di kelas,” gumam Bening.

“Karbohidrat yang tinggi pada nasi goreng dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang diikuti dengan penurunan gula darah yang cepat, yang dapat menyebabkan tubuhmu merasa lelah dan mengantuk,” imbuh Segara.

“Oh, pantas saja. Kalau begitu omelet saja, biar Bening semangat dan sukses seperti Pak Segara,” kata Bening lalu mengeluarkan senyum manisnya.

“Jangan tersenyum di depanku!” titah Segara membuat Bening kembali memasang wajah masamnya.

“Pak Segara, kalau bisa sekalian untuk bekal makan siang,” kata Bening lagi sembari mengulum senyumannya. Kapan lagi ia mendapatkan makanan gratis dan tidak perlu repot - repot memasak.

“Ya, habiskan makanmu dan beristirahatlah. Aku akan menyelesaikan pekerjaan di ruangan kerjaku,” kata Segara lalu beranjak pergi meninggalkan Bening yang masih melahap makanannya.

...🧇🧇🧇...

Tulisan Orisinal bukan Hasil AI