Kirana Larasati adalah istri sah dari David Sanjaya, pengusaha muda yang sedang naik daun. mereka sudah menikah selama lima tahun dan dikaruniai anak laki-laki laki bernama Luis Sanjaya. awal- awal pernikahan mereka selalu dipenuhi dengan kehangatan. tapi entah kenapa setelah Luis lahir, semuanya berubah. david selalu pulang malam dari perusahaannya dengan alasan sibuk, dan sikapnya yang dulu hangat menjadi sangat berubah. sampai suatu hari Kirana menemukan noda lipstik di baju kemeja milik David. dan sampai pada akhirnya sang suami mengakui bahwa dia berselingkuh dengan sekretarisnya. dan David lebih mengutamakan sekretarisnya tersebut ketimbang istri sahnya. bagaimanakah kelanjutan kisah rumah tangga mereka? apakah Kirana bisa bertahan dengan David? selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. JANGAN HARAP BISA MEMBAWA ANAKKU
"Selamat malam...”
Kami semua pun segera menoleh ke arah suara itu, ternyata mantan ibu mertua dan juga pelakor itu yang datang.
Aku pun segera berdiri di hadapannya dan bertanya, “ada apa anda ke sini malam-malam?"
“Sombong sekali kamu Kirana! saya ke sini untuk melihat keadaan cucuku, dan kapan dia pulang? Karena aku akan membawanya bersamaku.”
“Enak sekali anda berbicara! Jangan harap anda bisa membawa anakku. Harusnya anda tau malu sedikit, tidak pernah mengurus Luis, bahkan tidak ada kepedulian anda untuk anak saya. Sekarang anda bergaya mau membawa Luis.”
Ucapku padanya dengan sangat marah, aku sudah tidak bisa berbicara sopan dengan orang yang tidak tau diri ini.
“Tentu saja aku bisa membawanya, aku kan Nenek kandungnya?” teriaknya padaku.
“Anda sadar tidak saat berbicara! Nenek kandung apa anda ini yang pilih kasih dan bahkan anda sangat jarang untuk datang menengok Luis. Saya tegaskan sekali lagi! Anda jangan pernah coba-coba berani membawa luis, karena saya yang lebih berhak. Karena selama ini aku yang selalu mengurus Luis dari dia lahir, ayah kandungnya saja selama ini tidak perduli. Baru datang dengan sangat enaknya berbicara mau mengambil Luis.”
Aku merasa emosiku sudah tidak bisa terbendung lagi.
“Memangnya kamu bisa membiayai hidup Luis? Pekerjaan saja kamu tidak punya, bagaimna kamu bisa mengurus Luis?” tanyanya seolah meremehkanku.
“Kirana bisa sangat gampang mendapatkan Pekerjaannya karena memang otaknya cerdas. Anda lupa sebelum jadi dengan anakmu itu, bagaimana sepak terjang Kirana di dunia bisnis.” Seru Ayah membelaku.
“Anda jangan terlalu sombong nyonya besar, roda terus berputar. Mungkin saat ini anak anda kedudukannya lebih tinggi dibandingkan kami. Tapi siapa yang tau ke depannya nanti, jadi tolong jangan terlalu berbangga diri dengan harta yang hanya titipan saja.” Sambung Ibuku
“TIDAK USAH MENCERAMAHIKU! AKU TIDAK BUTUH CERAMAH KALIAN ORANG-ORANG MISKIN.”
Bentaknya kepada kami semua sampai Luis pun memeluk Eyangnya karena ketakutan.
“Lebih baik anda segera keluar dari sini! Kedatangan anda tidak kami harapkan dan hanya membuat Luis tambah takut saja. Dan bawa juga pelacur murahan itu!”
Jawabku dengan tegas pada mereka.
“Kamu lihat saja Kirana, saya yakin hak asuh Luis akan jatuh ke tangan David.” Ucapnya padaku.
“Ya, saya akan lihat.”
Hanya itu saja kata terakhir yang keluar dari mulutku karena aku sudah sangat emosi kepada mereka berdua.
“Keterlaluan sekali wanita itu. Dan tadi yang bersamanya itu siapa, Kirana?” tanya Ayah.
“Dia itu pelakor yang merebut mas David dariku, yah?”
“Astaga? Jadi selama ini mama mertuamu tau soal perselingkuhan David dengan wanita itu, dan dia merestuinya?”
Ayahku kembali bertanya dan aku pun hanya menganggukkan kepalaku dengan lemah.
“KURANG AJAR! MEREKA HARUS DIKASIH PELAJARAN. MEREKA PIKIR KARENA KITA MISKIN MEREKA BISA MENGINJAK HARGA DIRI KITA. SAYA TIDAK AKAN PERNAH MEMBIARKAN SEORANG LAKI-LAKI MENGHANCURKAN KEBAHAGIAAN ANAK PEREMPUAN SAYA.”
Seru ayah dengan suaranya yang keras.
“Pak, sabar ya pak. Jangan seperti ini, nanti darah tinggi bapak kambuh.”
Nasehat Ibu kepada Ayah sambil mengelus-elus punggung Ayah dan menyuruh Ayah duduk dulu dan memberikan minuman.
“Ayah tidak menyangka selama ini kita memberikan putri kita kepada pria yang salah.”
Ucap ayah dengan wajah yang sedih.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku hanya takut Ayah jadi kepikiran dan bisa jatuh sakit.
Aku pun segera menyuruh Laras untuk membereskan sisa-sisa makanan yang tadi kami makan.
“Ayah, maafkan aku karena masalah ini, Ayah jadi kepikiran.”
Ucapku dengan lirih sambil duduk di samping Ayah.
“Ini bukan salahmu, nak.” Jawab ayahku.
“Pokoknya Ayah dan Ibu gak usah mikirin lagi masalah ini. Minggu depan aku akan ke pengadilan untuk mengurus perceraian kami berdua. Dan besok aku akan melamar kerja di perusahaan mas Agung.”
“Aku yakin bisa menghidupi Luis dengan baik.”
Ucapku dengan penuh keyakinan pada mereka.
“Jadi, dokter Agung ini selain jadi dokter di sini, juga ada perusahaan kah? Wah.. hebatnya kamu ini, nak.”
Seru ibu dengan penuh kekaguman pada mas Agung.
“Ah...Bude ini terlalu berlebihan, saya biasa aja kok Bude. Pokoknya Pakde dan Bude jangan khawatir ya, besok Kirana bisa mengantarkan berkas ke perusahaan, dan lusa Kirana sudah bisa mulai bekerja.”
Jelas mas Agung kepada kedua orangtuaku.
“Yang bener aja kamu, mas? pasti kan harus banyak melewati tahapan. Dan aku gak mau loh karena kita temenan aku jadi gampang bekerja di perusahaanmu, aku maunya harus karena usaha dan kerja kerasku, mas.”
“Kamu tenang aja Kirana, lagian siapa yang tidak kenal kamu. Kamu tinggal tunjukkan saja kepandaian dan kecerdasanmu. Karena besok semuanya akan diurus oleh bagian HRD, aku hanya tinggal menerima laporan saja, Kirana.” Jelasnya lagi.
“Sekali lagi terimakasih banyak ya dokter Agung, terimakasih karena sudah mau membantu Kirana.” ucap ayahku.
“Sama- sama Pakde.” Jawab mas Agung sambil merangkul ayah.
“Ayah, Ibu sudah malam biar aku telponkan taksi online ya? Kamu juga pulang ya, Laras. Besok pagi baru kamu ke sini untuk menjaga Luis, karena besok kakak mau mengantarkan surat lamaran ke perusahaan mas Agung.”
Jelasku pada Laras yang sedang menjaga Luis dan ia pun menganggukkan kepalanya.
“Biar aku yang mengantarkan Pakde, Bude, dan Laras pulang. Lagian ini sudah malam, kirana.” Usul mas Agung.
“Tapi mas, kamu kan lagi dinas dan aku tidak mau merepotkan kamu.” Jelasku padanya karena merasa tidak enak hati.
“Jam dinasku sudah berakhir dari jam 9 tadi, Kirana. Jadi kamu tidak usah merasa sungkan seperti ini. Aku lepas dulu baju kebesaranku di ruangan ya, baru kita sama-sama turun ke bawah.”
Ucap mas Agung sambil melihat ke arah Ayah dan Ibuku.
Selepas kepergian mas Agung, Ayah dan Ibu mendekatiku dan memelukku.
“Kamu yang sabar ya, nduk?” ucap ibuku.
“Mereka pasti akan mendapatkan karmanya, biarkan saja Allah yang membalasnya, dan mulai sekarang jangan lupa untuk shalat ya, nak.” Pesan ayah padaku.
Ayah benar selama ini aku sudah melupakan kewajibanku, pantas saja banyak hal buruk yang menimpaku, mungkin ini semua adalah teguran dari yang di Atas, Supaya aku jangan pernah meninggalkan shalatku.
Tidak lama kemudian mas Agung pun datang. Ayah, Ibu dan juga Laras pun berpamitan kepadaku, mereka pulang diantarkan oleh mas Agung.
Aku melihat anakku sudah terlelap, aku pun segera mencium keningnya dan memperbaiki selimut di tubuh kecil anakku itu.
Mama janji nak, akan selalu menjagamu dan akan selalu memenuhi kebutuhan hidupmu.
Mama tidak akan pernah membiarkan mereka merebut kamu dari mama. Karena kamu adalah harta terindah yang mama punya dan mama sangat menyayangimu.
Aku pun terlelap tidur di samping anakku sambil memeluknya.
***BERSAMBUNG***
gitu donk jangan mau d tindas