NovelToon NovelToon
Anak Tersembunyi Sang Kapten

Anak Tersembunyi Sang Kapten

Status: tamat
Genre:Kehidupan Tentara / Cinta Lansia / Menikahi tentara / Tamat
Popularitas:5.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Deyulia

Juara 1 YAAW 2025 periode 1 kategori 2

Setelah lulus SMA, Syafana menikah siri dengan kekasihnya yang baru saja lulus Bintara TNI-AD. Sebagai pengikat bahwa Dallas dan Syafana sudah memiliki ikatan sah. Pernikahan itu dirahasiakan dari tetangga maupun kedinasan.

Baru beberapa hari pernikahan siri itu digelar, terpaksa Dallas harus mengikuti pendidikan selama lima bulan serta masa dinas dua tahun. Mereka berpisah untuk sementara.

"Nanti setelah Kakak selesai pendidikan dan masa dinas dua tahun, kakak janji akan membawa pernikahan kita menjadi pernikahan yang tercatat di kedinasan," janji Dallas.

"Kak Dallas janji, harus jaga hati," balas Syafana.

Namun baru sebulan masa pendidikan, Dallas tiba-tiba saja menalak cerai Syafana. Syafana hilang kata-kata, sembari melepas Hp nya ke ubin, tangan Syafana mengusap perutnya yang kini sudah ditumbuhi janin. Tangis Syafana pecah seketika.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Kembaran

     "Pak Kapten, anak Catam itu wajahnya persis Pak Kapten. Rupanya Anda memiliki kembaran, hanya umurnya yang beda jauh," celoteh salah satu rekan lelaki yang berpangkat Kapten, seraya memperhatikan keseluruhan Catam yang sudah hadir di lapangan. Terakhir tatapnya terus mengamati Sakala.

     Kapten itu tersenyum merespon celotehan rekan di sampingnya.

     "Anda kapan akan mengakhiri masa duda lagi, Pak? Secara Anda sudah menduda lima tahun yang lalu, kenapa tidak ada satupun personil Kowad atau PNS di kesatuan ini yang menarik hati Anda?" celotehnya lagi bernada guyonan diiringi tawa.

     "Saya sedang tidak mencari di sini," jawab Kapten sembari tersenyum.

     "Nomer 30 sampai 50 berjajar membuat satu shaf," perintah salah satu panitia berpangkat Letnan dua kepada para Catam melalui mikrofon. Kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan ini masih terus berlangsung, sementara para Catam masih mengular menunggu giliran.

     "Untuk Catam dari nomer satu sampai 29, segera ambil posisi dan berbaris di koridor sebelah kiri, untuk memberikan berkas pendaftaran kalian kepada panitia," perintah panitia yang berbicara di mikropon, mengarahkan para catam yang sudah lolos tinggi badan maupun berat badan untuk memberikan berkas pendaftaran kepada panitia selanjutnya.

     Sakala segera mengikuti instruksi, dengan langkah tegap ia segera menepi dan berbaris di koridor sesuai nomer urut. Satu per satu teman-teman sesama catam dimintai berkas, beberapa saat mereka menunggu untuk diperiksa berkasnya.

     Tiba giliran Sakala, dia berdiri tegap di depan meja panitia sembari memberikan hormat, lalu mengulurkan berkas kepada dua orang panitia di depannya. Berkasnya segera diperiksa.

     "Kembaran Anda Kapten," bisik teman sang Kapten yang kini duduk berdampingan di sebelahnya. Kapten segera meraih berkas milik Sakala. Sayang, milik Sakala justru diambil lebih dulu oleh teman di samping Kapten.

     Kapten itu penasaran dengan data Catam di depannya, sebab perasaannya tiba-tiba saja selalu merasa aneh saat melihat Catam bernama Sakala. Padahal ini pertemuan mereka pertama kali.

     "Kamu dalam keadaan sehat, tidak pernah mabok, narkoba, tindik, tato?" tanya Kapten pada Catam di samping Sakala.

     "Siap, tidak," jawab Catam itu tegas.

     Giliran Sakala ditanya oleh teman sang Kapten, pertanyaan yang berbeda dan sedikit nyeleneh.

     "Apakah kamu sadar kalau wajahmu mirip Kapten di sebelah saya?" celoteh rekan Kapten diiringi tawa kecil, sang Kapten menoleh pada rekannya, mungkin ingin protes. Tapi, sudah terlanjur, toh orang-orang di sekitar saja sudah heboh bahwa wajah mereka dinyatakan kembar.

     "Siap, saya tidak tahu," jawab Sakala tegas. Sang Kapten menatap lekat ketika Sakala menjawab. Pahatan wajah, hidung dan bibir yang ada di wajah Catam itu, begitu mengingatkan dirinya saat dulu mendaftar bintara. Hati kecil Kapten berkata, Catam bernama Sakala begitu mirip dengannya.

     "Kamu perhatikan sejenak, Dik. Lihatlah wajahnya, mirip denganmu," goda rekan Kapten lagi sembari menatap ke arah Kapten kemudian ke arah Sakala. Sakala memberanikan mendongak lalu menatap ke arah Kapten.

     Saat tatap mata itu saling beradu, tiba-tiba ada desiran kuat dalam dada, yang membuat Sakala mengernyit penasaran. Begitupun yang dirasakan Kapten.

     "Syafana," batinnya tiba-tiba ingat Syafana, perempuan di masa lalu yang masih selalu di hatinya, tapi sampai kini keberadaannya tidak ia ketahui.

     "Siapa nama ibumu?" Secepat kilat Kapten mengalihkan tatap lalu melontarkan pertanyaan sebelum Sakala dipersilahkan keluar dari barisan.

     "Siap, Mak Sarma Lela," jawab Sakala tegas. Kapten mengangguk lalu mempersilahkan Sakala keluar dari barisan dan memberikan sebuah nomor punggung kepada Sakala, sebagai tanda kalau Sakala resmi Catam tahun ini.

     Antrian Catam masih mengular. Acara itu baru selesai di jam tiga sore. Sebagian Catam sudah pulang ke rumahnya masing-masing, termasuk Sakala. Catam yang dinyatakan lolos ditingkat pertama, akan kembali ke kesatuan untuk tahapan selanjutnya, termasuk Sakala.

     Desahan berat terdengar dari nafas Kapten Dallas, entah kenapa ia masih terbayang Catam bernama Sakala tadi, yang sempat menghebohkan hampir satu kesatuan, bahwa Sakala kembaran dirinya.

     "Sakala Pratama, anak yang tampan dan berkharisma. Benarkah dia mirip denganku?" batinnya masih belum lepas dari bayang Sakala.

     "Dik, foto yang sempat kamu ambil tadi, coba kirim ke WA saya," perintah Kapten Dallas pada rekan satu meja panitia tadi yang dipanggilnya adik, karena dia memang yunior Kapten Dallas.

     "Siap, Bang," ujar Letnan Dua Harimurti seraya meraih Hp nya dan mengirim foto Sakala dan Dallas yang sempat dibidik iseng olehnya.

     "Benar, kan saya bilang, Bang? Dia itu mirip banget dengan Abang. Kembar ini mah," ujar Letnan Harimurti lagi dengan sedikit logat sunda.

     Dallas tersenyum seraya membereskan mejanya, bersiap untuk pulang, karena jam kerja sudah lewat. Berhubung di kesatuannya ada penerimaan Catam, terpaksa para panitia termasuk dirinya pulangnya terlambat.

     "Abang pulang dulu, Abang lelah hari ini," ujar Dallas sembari menuju pintu keluar.

     "Siap, Bang." Letnan Harimurti pun menyusul, ia pun akan pulang.

     Dallas keluar dari kesatuannya, melajukan mobilnya menuju rumah sang kakak terlebih dahulu sebelum ia kembali ke rumahnya.

     Daisya sudah berada di depan rumah sembari mengasuh anak terkecilnya.

     "Als, tumben kamu ke rumah jam segini. Ada kabar apa, kusut banget wajah kamu?" sapa Daisya sembari menyuruh Dallas ke dalam.

     "Suami Mbak mana?" tanya Dallas sembari membuka sepatu.

     "Ada, Mas Ferdi sedang tidur sore. Kebetulan pas pulang kerja dia kurang enak badan. Masuklah," ujar Daisya sembari menggiring Dallas dan anak perempuannya ke dalam.

      Dallas memangku keponakannya yang memang dekat dengannya, dan membawanya masuk ke dalam.

     "Duduk Als, sebentar ya, Mbak ke belakang mau suruh Bi Asti bikin minum." Daisya melangkah meninggalkan Dallas sejenak bersama sang putri bungsunya. Dallas mengangguk.

     "Amira, ke mana kakak kamu, Amira tidak ikut sama kakak?" Dallas bertanya kepada ponakan kecilnya itu.

     "Kakak sedang ke toko esklim, beli esklim untuk Amila," jawab Amira masih cadel.

     "Amira bukan Amila," ralat Dallas sembari mencubit pipi kempot keponakannya itu.

     Amira kecil menepis tangan omnya, dia tidak mau disergah.

     "Als, minumlah dulu. Amira, ke belakang dulu, ya. Bunda mau ngobrol dulu sama Om Als, Amira makan dulu sama Bi Asti," perintah Daisya pada putri kecilnya. Amira patuh, meskipun awalnya enggan.

     Setelah Amira pergi, Daisya mencoba mengorek pertanyaan dari Dallas, ada apa dia ke rumahnya.

     "Ada apa Als, sepertinya kamu punya masalah yang mau dibagi sama Mbak?" Daisya penasaran. "Apa kamu naksir perempuan?" tanyanya lagi belum berakhir. Dallas menggeleng, dengan cepat ia memberikan foto di galeri foto Hp nya dan memperlihatkan sebuah foto yang berhasil dibidik Letnan Harimurti tadi.

     "Foto siapa? Ini kamu, kan Als? Kenapa diedit segala, ini foto kamu saat mau daftar tentara dulu, kan? Tapi, ini editan atau beneran, seperti masih baru fotonya?" Daisya penasaran.

     "Ini bukan editan, Mbak. Ini anak yang saat ini sedang daftar Catam di kantor Als," berita Dallas.

     "Ah yang benar? Mirip banget sama kamu," celoteh Daisya.

     "Menurut Mbak, Catam itu benar-benar mirip aku, nggak?" Dallas meminta pendapat Daisya untuk lebih meyakinkannya.

     "Mirip banget sih, tatapan matanya, bentuk hidung, bibir, dan ... jangan-jangan ...." Daisya tidak melanjutkan kalimatnya, pikirannya tiba-tiba menerawang jauh pada sosok seseorang di masa lalu Dallas.

1
Aska
jadi mellow🥲🥲🥲🥲🥲🥲
Aska
Syafa yg mau lahiran aq yang deg deg kan
Aska
itulah pria pikirannya gak pernah jauh dari hutan terlarang 😄😄😄😄
Aska
gak sia sia usaha pakkapten siang sore malam ngadon akhirnya berhasil bikin saka punya adik
Aska
kasian deh niatnya mau propokasi Syafa malah Dista yg kena spot jantung
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Aska
bikin nagih ya pak kapten masih sore juga main gass gass aja 🤗🤗🤗🤗
Aska
Dista blm move on dari pakkapten
Aska
ngadon terus sampai jadi bocil ya pak
Lina Zascia Amandia: Wkwkwkwk... iya tuh...
total 1 replies
Aska
aq masih bocil minggir dulu 😄😄😄😄
Lina Zascia Amandia: Wkwkwkwk minggir2.
total 1 replies
Aska
sepertinya pak kapten udah diujung gak tahan lagi dia dari kemarin ngomongnya bln madu Mulu 🤗
Omar Diba Alkatiri
lama lama fobia bolu pandan thor diriku🤣🤣🤣🤣 smp akhir cerita entah berapa bolu yg Dallas makan 😂
Omar Diba Alkatiri: ketemu saka sama bapaknya selalu bolu pandan hahhaa
Lina Zascia Amandia: Hehhe..... masa sih Kak, pobia?
total 2 replies
Omar Diba Alkatiri
baguslah waktu itu di talak ternyata se egois itu pikiran betina ini
Lina Zascia Amandia: Weh weh... kesel bgt ya Kak...
total 1 replies
Omar Diba Alkatiri
rasain kau apa mau dasar betina
Lina Zascia Amandia: Sabar sabar dong bang ganteng...
total 1 replies
Dewi Dama
itu bagus mb.jadi ceritanya TDK.ber tele2
Nenk Shila
males bacanya, knp sih harus pake kejerasan fisik balesnya, knp tdk sekalian aja dallas di buat mati thor
Gio Raraawi
cerita nya gk masuk akal, terlalu norak 🤣
Lina Zascia Amandia: Hehhehe.... jangan gitu, norak juga akhirnya dibaca. Kan namanya cerita fiktik dong Abang ganteng. Tidak masuk akal dikit gpp, kan fiktif...
total 1 replies
Bunda Fariz
Luar biasa
De2130
lucu kak 😅
Lina Zascia Amandia: Makasih byk Kak...
total 1 replies
Dewi Yanti
palig sebel kalo lihat pemeran utama wanita punua sifat ky gini, antar baik polos atau bodoh
RithaMartinE
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!