Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 : TCB
"Loh, Jeng Amara. Tumben main kesini."
Jihan menyambut kedatangan Amara yang kini sudah berdiri di teras rumahnya. Mempersilahkannya untuk masuk dan duduk di ruang tamu.
"Ada apa, Jeng? Tumben-tumbenan ini loh siang-siang sudah disini," tanya Jihan yang kini ikut duduk di samping Amara.
"Maaf ya Jeng sebelumnya, tapi kedatangan saya kesini untuk membahas tentang anak-anak kita," ujar Amara dengan kekhawatiran yang terlihat nyata diwajahnya.
"Zen dan Alana, mereka menjalin hubungan," sambung Amara yang membuat Jihan terkejut.
Amara langsung mengutarakan maksud kedatangannya pada Jihan. Menceritakan tentang putra dan putri mereka yang dia ketahui sedang menjalin hubungan diam-diam.
"Zen masih muda, masa depannya masih panjang. Dan Alana, dia sudah punya calon suami dan akan segera menikah. Pokoknya jangan sampai hubungan mereka dilanjutkan, Jeng. Saya tidak ingin pernikahan putri saya batal cuma gara-gara cinta sesaat mereka." Amara mengungkapkan kekhawatirannya.
"Ya ampun, Jeng. Saya benar-benar nggak tahu tentang masalah ini. Kalau saya tahu pasti sudah saya larang Zen mendekati Alana." ungkap Jihan. Mungkin jika Alana belum memiliki calon suami, dia tidak akan keberatan putranya menjalin hubungan dengan wanita itu. Tapi ini... Alana sudah memiliki kekasih dan sudah akan menikah.
Amara menumpukkan tangannya di atas tangan Jihan, wajahnya penuh harap. "Tolong sekali ya, Jeng. Bagaimanapun caranya tolong jangan biarkan Zen bertemu atau mengganggu ketenangan Alana lagi."
Jihan menghela napas panjang, "Saya usahakan ya, Jeng. Nanti saya coba bicarakan masalah ini dengan putra saya Zen."
-
-
-
Alana berdiri terpaku di ambang pintu, menatap Zen yang menghampiri seorang gadis kecil yang tengah duduk di atas ranjang rumah sakit. Kayla langsung akrab saat Zen menyapanya dan mengingat Zen sebagai orang yang menggendongnya semalam saat mereka sampai dirumah sakit.
"Dia siapa, Om?" Kayla menunjuk ke arah Alana.
Zen menoleh pada Alana, "Dia---"
"Pacar Om, ya?"
"Bisa dibilang begitu," angguk Zen, mengusap gemas kepala Kayla.
Alana melangkahkan kakinya dengan senyum lembut diwajahnya, dia membungkukkan sedikit badannya begitu sudah berdiri di sisi ranjang, mensejajarkan wajahnya dengan wajah anak itu.
"Hei gadis cantik, namaku Alana. Nama kamu siapa?" masih dengan senyuman diwajahnya, Alana mengulurkan tangannya pada Kayla.
"Namaku Kayla." sambut Kayla, menjabat tangan Alana. "Aunty cantik sekali," pujinya.
"Terimakasih," Alana mengusap lembut pucuk kepala Kayla. "Kamu juga cantik."
Alana termenung, matanya menjelajahi wajah Kayla dari dekat. Napasnya terhenti sejenak ketika matanya memandang lekukan senyum yang lembut di sudut bibir Kayla. Cara mata Kayla memandang seperti mengingatkannya pada seseorang, tapi dia tidak tahu itu siapa.
"Kenapa wajah anak ini terasa begitu akrab," batinnya. Dia mencoba menggali ingatannya, tapi hanya menemukan kebingungan.
Dari tempatnya berdiri, Zen terus memperhatikan setiap perubahan ekspresi wajah Alana. Dia memang tidak berniat untuk mengadu atau menceritakan apa yang dia dengar tadi pagi pada Alana, tapi dia ingin Alana tahu dengan sendirinya tentang rahasia besar yang Zergan sembunyikan selama ini.
Mata Alana menjelajahi sekitar ruangan, dan hanya melihat wanita berseragam suster yang sedang berdiri di dekat sofa. "Ehm, Mama kamu?" tanyanya pada Kayla.
"Mama lagi pergi nemuin papa, aku kangen sama papa tapi papa sibuk kerja terus." jawab Kayla dengan polosnya.
Alana menegakkan tubuhnya, menatap Zen seolah meminta penjelasan tentang siapa Kayla sebenarnya.
"Semalam aku melihat seorang wanita yang sedang butuh pertolongan. Dia ingin membawa putrinya ini kerumah sakit tapi mobilnya mogok dijalan, jadi sekalian saja aku bantu antar." terang Zen, yang diangguki oleh Alana.
"Kayla," panggil Alana lembut, beralih menatap Kayla kembali. "Kayla lanjut makan dulu ya sama si Mbak, Aunty sam Om mau ngobrol dulu didepan."
"Oke, Aunty." Kayla mengacungkan jempol tangannya seraya tersenyum lebar.
Pintu ruangan kembali ditutup dengan Zen dan Alana yang keluar dari ruang rawat Kayla. Mereka berdiri disana dan saling terdiam untuk beberapa saat.
"Jadi, apa tujuanmu membawaku kemari?" tanya Alana, menatap pada Zen.
"Aku kasihan pada Kayla, dia tidak memiliki orang tua yang utuh karena ibunya harus berjuang sendirian untuk merawat dan membesarkannya. Jadi aku pikir kamu bisa menemaninya bermain," ungkap Zen, menatap Alana penuh makna.
"Sendirian?" ulang Alana. "Tapi tadi dia bilang---"
"Ayahnya sibuk mengejar cinta wanita lain," potong Zen. "Keberadaan Kayla dan ibunya tidak pernah diakui."
Alana terkejut, terdiam sejenak dengan pikiran menerawang. Bagaimana bisa ada seorang laki-laki yang tidak bertanggungjawab seperti itu, mencampakkan anaknya sendiri dan malah sibuk dengan wanita lain.
Perlahan, Alana membuka pintu ruangan itu kembali, menatap Kayla yang sedang disuapi oleh baby sitternya. Sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis dengan langkah yang membawanya kembali masuk kedalam.
"Sini Mbak, biar saya yang suapi Kayla." Alana meletakkan tasnya diatas meja.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum ramah, segera berdiri dan memberikan piring yang sedang dia pegang pada Alana. Sementara itu, Zen menyenderkan tubuhnya pada sisi pintu, matanya tidak pernah menyimpang dari Alana yang sedang menyuapi Kayla sambil terus bercerita hingga membuat gadis kecil itu tertawa bahagia.
"Aku akan membuat kamu terbiasa dengan kehadiran anak itu, sampai pada akhirnya kamu akan menyadari siapa dia bagi kekasihmu itu, Alana."
-
-
Tangan Alana terayun dengan lembut, mengusap wajah Kayla yang kini sedang terlelap dalam dekapannya. Matanya menelusuri setiap jengkal wajah anak itu, masih merasa akrab dengan wajahnya.
"Aku akan mengantarmu pulang sekarang, ini sudah jam dua lewat."
Suara Zen membuat Alana menoleh pelan, dengan gerakan hati-hati dia bangun dari atas ranjang supaya tidak membangunkan tidur Kayla. Sudah sejak satu setengah jam yang lalu dia berada disana, tapi ibunya Kayla belum juga kembali.
"Tapi ibunya Kayla belum kembali, apa tidak sebaiknya kita menunggunya dulu?" Alana menoleh ke arah Kayla yang terbaring di atas ranjang, lalu menatap pada Zen kembali.
"Aku tidak tahu dia akan kembali jam berapa, tapi kita sudah menyuruh Cindy untuk menunggu di taman jam tiga. Kecuali... Kalau kamu mau kena amuk sahabatmu itu," Zen tertawa kecil.
"Ah, benar juga," Alana ikut tertawa, kemudian beralih menatap wanita berusia 35 tahunan yang bernama Mbak Nana.
"Mbak, Kayla kapan diperbolehkan pulang?" tanya Alana.
"Kata dokter besok juga sudah boleh pulang, Non." jawab Mbak Nana.
Alana mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, "Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya, Mbak. Nanti kalau Kayla bangun dan nanyain, Mbak jawab saja kalau besok saya kesini lagi dan akan bawa hadiah buat Kayla."
"Baik, Non. Terimakasih sudah menemani Non Kayla bermain."
Alana mengambil tasnya dari atas meja, memberikan kecupan ringan dikening Kayla sebelum dia keluar bersama dengan Zen. Seandainya sedang tidak dalam pengawasan mamanya, sebenarnya dia masih ingin menunggui sampai Kayla bangun.
Zen menggenggam tangan Alana begitu dia sudah menutup kembali pintu ruangan dengan rapat. Baru beberapa langkah mereka berjalan, suara seseorang mengejutkan mereka.
"Alana? Apa yang sedang kamu lakukan disini?"
-
-
-
Bersambung....
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek
"Zen.... lanjutkan" 😆🤣🐅