Annisa Dwi Az Zahra gadis periang berusia 20 tahun yang memutuskan ingin menikah muda dengan lelaki pujaannya yang bernama Rian Abdul Wahab, namun kenyataan pahit harus diterima ketika sebuah tragedi menimpanya.
Akankah Nisa bertemu bahagia setelah masa depan dan impiannya hancur karena tragedi yang menimpanya?
"Kini aku sadar setelah kepergianmu aku merasa kehilangan, hatiku hampa dan selalu merindukan keberadaanmu, aku telah jatuh cinta tanpa kusadari" Fahri
"Kamu laki-laki baik, demi kebaikan kita semua tolong lepaskan aku, karena bertahan pun bukan bahagia dan pahala yang kita dapat melainkan Dosa" Nisa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Seperti Pernah Lihat
"Ibu sudah selesai semua belanjanya?" Tanya Nisa pada bu Widya sambil melihat ke arah troli belanjaan Bu Widya yang lumayan banyak.
"Sudah, sekarang mau bayar dulu ke kasir." Jawab Bu Widya yang kemudian mendorong troli namun langsung dicegat sama duo guru muda, Nisa dan Yuli.
"Biar kami aja yang dorong Bu, sekalian mau ke kasir juga kok." Nisa dan Yuli serempak menawarkan bantuan dan tanpa menunggu jawaban dari sang empunya mereka langsung mendorong belanjaan menuju kasir kemudian membayar barang mereka duluan, setelah itu nunggu Bu Widya.
"Betapa serunya kalau aku masih punya anak perempuan yang belum nikah, belanja dan jalan-jalan ada yang nemenin." Bu Widya membayangkan jika Ia punya anak perempuan yang seumuran Nisa dan Yuli pasti menyenangkan ke mana-mana ada yang nemenin.
Setelah selesai membayar semua belanjaannya kemudian bu Widya menenteng 3 kantong plastik, namun langsung direbut sama Nisa dan Yuli kemudian mereka yang membawakannya.
"Ibu ke sini sama siapa? kendaraan ibu yang mana? biar kami langsung taruh belanjaannya.
Nisa menanyakan letak kendaraan Bu Widya.
"Ca kalau nanya itu satu-satu biar yang jawabnya nggak bingung." Sela Yuli sambil menyimpan cemilannya dibagian depan motor, sengaja tidak ditaruh dibagasi karena cuma 1 kantong plastik.
"Ibu kesini sendirian dan gak bawa kendaraan juga karena tidak bisa nyetir dan bawa motor juga" Jawab Bu Widya sambil senyum ramah, Ia suka sekali dengan interaksi Nisa dan Yuli yang seperti Tom and Jerry namun santun dan kompak.
"Hah, terus ibu sekarang mau pulang naik apa?" kaget Nisa dan Yuli secara bersamaan.
"Mau naik gr*b aja ini mau pesan dulu" Jawab bu Widya sambil merogoh tasnya ngambil hp.
"Gini aja, ibu gak usah pesan gr*b biar kami yang anterin ibu pulang, aku bawa barang karena motorku bagasinya besar, Nisa yang boncengin ibu." Yuli menawarkan diri untuk mengantar bu Widya.
"Iya bu, setuju biar kami yang anter sebutin saja alamat ibu dimana" sahut Nisa.
"Tapi rumah ibu lumayan agak jauh dari sini, nanti malah merepotkan juga" Bu Widya terus terang karena merasa gak enak.
"Gak apa-apa bu kami lagi free kok, ayo Ca bawa sini barang-barang ibu biar aku beresin di bagasi" titah Yuli padaNisa sambil membuka bagasi motor NMAX nya yang memang besar adanya.
Nisa pun mengikuti perintah Yuli Ia ngangkatin satu persatu kantong belanjaan bu Widya yang berjumlah 3 kantong besar-besar itu dan membawanya kearah motor Yuli, setelah selesai semuanya yang 2 kantong masuk bagasi dan yang satu lagi ditaruh dibagian depan.
Sedangkan belanjaan Yuli dipindah ke motor Nisa.
Sebelum menyalakan mesin motornya Nisa mengirimkan pesan pada sang ibu karena bakal telat pulang.
Nisa : [Bu, Adek pulangnya bakal telat ya, mau nganterin ibu-ibu yang
yang habis belanja tapi tidak dapat angkutan umum kasihan,
berdua kok sama teh Yuli]
Setelah mengetikkan pesan dan teekirim kemudian Nisa memasukan lagi hpnya kedalam tas dan nyalain motor.
"Ayo bu naik" panggil Nisa, bu Widya pun naik dengan sungkan karena merasa gak enak sudah merepotkan.
Drrrtt
Hp Nisa didalam tas bergetar sekali tanda pesan masuk, Ia sudah mengira kalau itu balasan pesan dari ibunya.
Dan benar saja pas dibuka pesan dari ibunya.
Ibu : [Iya gak apa-apa, tapi Adek harus hati-hati ya]
Nisa : [👌 siap komandan kesayangan 😘]
Setelah mengetikkan pesannya Nisa memasukkan lagi hpnya kedalam tas, kemudian melihat bu Widya yang sudah duduk dibelakangnya melalui kaca spion, setelah dipastikan semuanya aman perlahan motornya maju diikuti Yuli meninggalkan super market.
Tak terasa setelah menempuh perjalanan sekitar 25 menit,
Nisa yang mengikuti arahan bu Widya akhirnya sampai disebuah perumahan yang asri dan tidak begitu padat, sederhana namun tertata.
"Rumah ibu yang mana?" tanya Nisa pada bu Widya.
"Blok B no.2 maju kedepan sedikit lagi" jawab bu Widya sambil nunjuk kedepan.
"Stop, Alhamdulillah kita sudah sampai, pokoknya harus mampir dulu gak boleh nolak ya." pinta bu Widya pada Nisa sambil melepaskan helm kemudian turun dari motor sambil menenteng helm yang habis Ia pakai, sengaja Ia bawa masuk biar Nisa dan Yuli ikut masuk juga.
Sedangkan Nisa dan Yuli saling tatap sambil mengeluarkan barang-barang belanjaan milik bu Widya, kemudian keduanya ikut masuk juga.
"Assalamu'alaikum" keduanya kompak mengucap salam sambil masuk ke ruang tamu.
"Waalaikumsalam, ayo langsung aja bawa kesini barangnya" sahut bu Widya dari dalam dapur, akhirnya Nisa dan Yuli pun mengikuti permintaan bu Widya.
Pas masuk ke ruang keluarga yang jadi satu sama ruang makan dan dapur yang hanya dipisahkan kaca setengah dinding itu, bikin takjub Nisa dan Yuli, mereka kagum dengan ruangan yang tidak begitu besar dan mewah namun sangat tertata dengan rapi, toples-toples kue kering berjejer dengan rapi dengan berbagai macam isinya.
"Ca, kuker dalam toples banyak banget dan macam-macam, itu beli apa bikin ya?" Yuli berbisik pada Nisa yang langsung dijawab dengan gelengan kepala sama Nisa, Ia lagi sibuk memperhatikan foto-foto yang berjejer rapi didinding.
Ia galfok pada satu foto yang menampilkan seorang laki-laki tampan yang mengenakan toga, sebenarnya banyak foto laki-laki itu.
Hampir semua yang dipajang ada, namun yang lagi sendiri itu lebih jelas karena lebih besar.
"Perasaan kayak gak asing ya sama yang difoto itu, kayak pernah lihat dan ketemu tapi dimana, ah tapi gak mungkin juga paling salah lihat atau orang yang mirip" Nisa membatin sambil mengingat-ingat orang yang difoto sampai keningnya mengkerut saking kerasnya berpikir.
"Ayo diminum dulu nih mumpung masih dingin" Bu Widya menaruh minuman jus kemasan yang sudah dituang kegelas, kemudian Ia membuka toples satu persatu.
"Duh hampir saja lupa, ibu punya puding kemarin bikin belum habis, sebentar" bu Widya membuka kulkas ngambil puding yang masih tersisa 2 cup lagi dan membawanya ke meja.
"Udah bu cukup, gak usah repot-repot semua dikeluarin" Nisa melarang bu Widya yang terus bolak balik ngambilin makanan dan dibawa ke meja.
Sedangkan Yuli asyik mencicipi satu persatu kue yang ada ditoples kemudian beralih mencicipi puding.
"Ayo Ca gak usah malu-malu, puding kan kesukaamu jangan pura-pura gak doyan padahal udah ngiler tuh barusan kelihatan dilap." Yuli menggoda Nisa yang belum menyentuh makanan sama sekali, baru sebatas minum jusnya saja.
Sedangkan yang digodanya masih sibuk dengan pemikirannya sendiri mengingat-ingat siapa yang difoto karena seperti familiar.
Bu Widya yang mendengar percakapan sepasang sahabat itu hanya tersenyum sambil geleng-geleng, perasaannya menghangat dan terhibur, suasana seperti inilah yang Ia inginkan namun apalah daya Rena sang putri yang sudah berumah tangga dan ikut suaminya, membuat rumah jadi sepi.
Karena jarak tempat kerja sang menantu dari rumahnya lumayan jauh dan diperparah dengan macetnya jalan yang dilewati.
"Ayo dimakan dulu pudingnya, nanti keburu gak dingin jadi kurang enak" Bu Widya menyodorkan puding yang tinggal 1 cup itu pada Nisa yang langsung diterima Nisa sambil tersenyum.
Entah kenapa Nisa yang biasanya ceriwis tiba-tiba kehilangan kata-kata karena disibukkan dengan pemikirannya sendiri yang penasaran dengan orang yang ada difoto itu, hatinya ingin sekali menanyakan siapa namanya namun rasa malu lebih mendominasi.
Akhirnya Ia pun perlahan mencicipi puding rasa mangga itu.
"Gimana enak gak?" tanya bi Widya pada Nisa.
"Emmm enak sekali bu beneran, kalau gini bisa ketagihan hehee."
Nisa menjawab dengan nujur karena memang enak pudingnya itu.
"Asli ini pudingnya enak banget pantesan si teteh dari tadi anteng,
padahal baru kemarin makan puding juga bareng Adit dan si Om , eh mas... ish kenapa ya aku jadi inget si Omnya Adit hihi."
Nisa terkikik geli sendiri mengingat kelakuannya kemarin yang sudah menertawakan Omnya Adit.
🍁
jagain fahri atuhhh
masih membanggongkan ceritanya😯