Tiga tahun pernikahan tanpa cinta dari suaminya, Valeria akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Zelan. Laki-laki yang sebelumnya ia cintai dengan sepenuh hati.
Cinta yang bertepuk sebelah tangan, pengorbanan yang di anggap seperti angin lalu, membuatnya lelah lahir batin.
Di mata Zelan, Valeria hanya sosok wanita jahat dan kejam, sosok yang dia anggap sebagai perebut kebahagiaan nya dengan wanita yang dicintainya.
Namun ada sebuah fakta yang tidak di ketahui oleh Zelan di balik pernikahan nya dengan Valeria. Wanita yang dia anggap sebagai antagonis itu, ternyata adalah orang yang paling banyak berkorban untuk hidup nya.
"Peran ku sebagai istrimu telah usai Zelan, aku pergi, satu hal yang harus kau ketahui. Aku, bukan orang jahat."
Bagaimana reaksi Zelan setelah mengetahui kebenaran tentang Valeria dan bagaimana kehidupanya setelah di tinggal sang istri? Ayo baca kisah nya di sini ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #05
"tidak ada lagi yang harus ku perjuangkan, sebenarnya Zelan tak sepenuhnya salah, aku memang wanita perebut, aku juga wanita yang menghancurkan kebahagiaan nya dengan orang yang dia cintai, kak Leon, aku sudah seharusnya pergi kan? Tiga tahun bersama jantung mu, aku rasa itu sudah cukup, aku ikhlas," ucap Valeria.
Senyum tipis kini terlukis di bibirnya, ia berdiri dari duduknya dan bersiap-siap untuk pergi dari sana.
"Kak, maafkan aku, aku harus pergi sekarang, meskipun aku masih sangat merindukanmu, tetapi aku masih ada urusan lain yang harus aku selesaikan sekarang," kata Valeria yang kemudian melangkahkan kedua kalinya meninggalkan pemakaman itu.
Tiga puluh menit kemudian ...
Ia kini tiba di apartemen sederhana tempat dirinya dan Zelan selama ini tinggal.
Setiap sudut ruangan meninggalkan banyak kenangan suka duka untuk dirinya sendiri, Valeria tau baru-baru ini Zelan membeli sebuah villa untuk Karina, sejujurnya dia sangat iri, namun dia sadar kalau sampai kapanpun Zelan tidak akan mencintainya.
"Zelan, sebelumnya aku berfikir kalau apartemen sederhana ini lebih baik daripada villa mewah asalkan aku selalu bersama mu, namun faktanya aku hanya pemilik raga, bukan hatimu," lirih Valeria.
Tangan kurus dan lentik itu kini meraih sebuah kalender kecil yang ada di atas meja ruang tamu apartemen.
"Aku akan menjadi istrimu tiga hari lagi, setelah itu, aku akan pergi, Zelan." ucap Valeria sambil menatap tanggal yang tertera di kalender.
Itu di hitung mulai esok hari.
Malam itu Zelan tidak pulang lagi dan Valeria kembali menghabiskan waktunya sendirian di apartemen yang sunyi itu, dia jelas tau dimana keberadaan Zelan sekarang namun dirinya sudah pasrah untuk melakukan apapun ia sudah tidak ingin.
Namun Valeria tetap meyiapkan makan malam seperti biasanya, dia bahkan menunggu Zelan di ruang makan untuk makan malam bersama sampai ketiduran.
Sementara itu di sisi lain ...
"Karina, sepertinya kau sudah lumayan sembuh, aku sudah tidak kembali ke apartemen beberapa malam, aku harus kembali malam ini," ucap Zelan setelah menjemput Karina dari rumah sakit tadi sore mereka pergi jalan-jalan bersama atas permintaan Karina.
"Kenapa kau tidak tinggal di villa ku? Kau merindukan Valeria?" ucap Karina dengan tatapan penuh kecemburuan.
"Apa yang kau pikirkan, bagaimana mungkin aku merindukan wanita seperti itu, aku hanya tidak ingin memulai perdebatan baru jika sampai dia mengadu kepada papa dan mamaku, aku ingin kau tetap aman," ucap Zelan sambil memegang kedua pundak Karina.
"Hmm, baiklah kalau begitu, kau kembali saja," Karina pun akhirnya mengijinkan Zelan untuk kembali.
Setelah berpamitan, Zelan pun masuk ke dalam mobilnya memutuskan untuk kembali ke apartemen.
"Valeria untuk sekarang kau mungkin akan senang karena Zelan masih memikirkan untuk kembali ke apartemen, tetapi besok, dan seterusnya, mungkin belum tentu," ucap Karina sebelum ia melangkah masuk ke dalam villa mewah itu.
Sementara itu di sisi lain ...
"Kalau bukan karena perjanjian itu, aku tidak akan sudi kembali ke apartemen dan tidur dengan nya, dasar wanita licik, dia pikir dengan tidur memelukku setiap malam bisa membuat ku jatuh cinta padanya? Mimpi saja," batin Zelan sambil terus mengemudi mobil.
Tak butuh waktu lama, ia pun akhirnya tiba di apartemen, lampu-lampu redup di apartemen tersebut seolah tak pernah di ganti dalam setahun terkahir.
Seperti yang sudah dia duga, ia melihat Valeria yang kini tertidur di kursi meja makan kecil mereka.
"Heem," kode Zelan untuk membuat Valeria sadar.
Valeria yang sudah terbiasa dengan kode tersebut kini membuka matanya, dia tau Zelan telah kembali.
"Kau sudah kembali, ayo duduk lah, aku akan menghangatkan kembali makanan nya," ujar Valeria dengan lembut. Ia berdiri dari duduknya dan kemudian memegang piring lauk pauk untuk segera memasukkan nya ke dalam mikrowef untuk di panaskan.
"Aku sudah kenyang, aku ingin mandi, siapkan air," ucap Zelan tampa melirik makanan tersebut.
"Baiklah," jawab Valeria patuh. Ia segera naik ke lantai atas dan masuk ke kamar mereka untuk menyiapkan air mandi Zelan.
Satu jam pun berlalu ...
Malam itu Valeria merasa sedikit senang karena ia bisa tidur dengan mendengarkan detak jantung Zelan, dia bahkan hampir takut untuk memejamkan mata karena khawatir kesempatan ini tidak akan dia dapatkan lagi untuk malam-malam selanjutnya.
"Aku tidak tau malam-malam selanjutnya aku akan mendengar ini atau tidak, namun malam ini aku sangat senang," batin nya berkata.
Keesokan harinya ...
Valeria menyiapkan setelan jas untuk Zelan setelah selesai dengan urusan di kamar mandi, inilah yang dia lakukan setiap harinya.
Menyiapkan air mandi Zelan, menyiapkan stelan jas untuk kerja,dan membantu memasangkan dasi.
"Nanti malam jangan lupa," ucap Valeria.
"Ada apa?" tanya Zelan singkat.
"Acara ulang tahun mama," jelas Valeria lagi.
"Baik," jawab Zelan singkat sambil merapikan dasi yang sudah di pasang Valeria di kerah kemeja nya.
Setelah demikian ia pun keluar dari kamar dan membawa kunci mobil.
"Sarapan nya?" tawar Valeria sedikit berteriak.
"Tidak perlu," jawab Zelan tampa menoleh ke belakang.
Valeria melihat dari jendela kamar mereka, di bawah sana, tepatnya di jalan depan apartemen, terlihat Karina yang sudah menunggu Zelan dengan mobil sport merah milik wanita itu.
"Dua hari lagi," lirih Valeria. Ia menyilang tanggal enam di kalender tersebut sambil memperhatikan sepasang kekasih yang sedang memadu cinta di bawah sana.
Valeria tersenyum tipis melihat mobil itu, dulunya Zelan pernah meminta Valeria untuk membantu nya memilih mobil sport, Valeria sempat mengira kalau itu adalah hadiah yang akan di berikan kepada dirinya, namun siapa sangka ternyata hadiah mobil tersebut milik Karina. Zelan meminta Valeria memilih hanya ingin tau seorang wanita itu suka yang seperti apa.
Perasaan nya sudah hancur sejak dulu, dan sekarang semua itu hanya seperti makanan sehari-hari saja.
Setelah kepergian Zelan, Valeria kembali ke kamar mereka, dia mulai mengemasi satu demi satu barang miliknya yang ada di dalam kamar tersebut, memuat nya ke dalam kotak-kotak besar dan meletakkan nya di dalam gudang.
Mulai dari pakaian-pakaian sederhana dan lusuh, foto pengantin, sendal, tas, dan barang-barang kecil seperti gelas coupel, sikat git dan boneka-boneka kesukaan nya.
Setengah hari dia habiskan untuk merapikan barang-barang tersebut, meskipun diiringi dengan buliran air mata, ia tetap berusaha kuat dan tegar.
Kali ini Valeria benar-benar berniat untuk meninggalkan Zelan.
Drrttt ...
Drttt ...
Drttt ...
Telpon Valeria bergetar, menandakan adanya panggilan masuk.
Ternyata itu dari Maya sahabat nya.
Ia pun segera menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.
Call on,
"Hallo Valeria, bagaimana kondisi mu saat ini?" terdengar suara Maya di sebelah sana.
Suara Maya membuat Valeria terdiam beberapa saat, ada kesedihan yang tersimpan untuk Maya karena dia akan meninggalkan Zelan itu artinya juga dengan Maya dan yang lainnya.
Karena Valeria berniat pergi dari Jakarta.
****