Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.
Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.
Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Malam Panas
Mobil yang dikendarai Orion berhenti di depan hotel mewah di kota Paris itu. Ia tersenyum saat menatap Sera yang terlelap di sampingnya. Gadis itu terlihat sangat lelah setelah melewati hari yang panjang.
Orion menggendong Sera dengan gaya bridal, tubuhnya yang kokoh menahan beban gadis itu dengan mudah. Sera, dengan rambutnya yang sedikit berantakan dan wajah yang bersemu merah karena kelelahan, terlihat begitu rapuh di pelukan Orion. Namun, di balik kelelahannya, ada kecantikan yang memancar dari matanya yang hijau, dan senyum lembutnya yang selalu membuat Orion merasa tenang.
Orion melangkah ke dalam kamar hotel, dengan hati-hati ia meletakkan Sera di atas kasur. Tangan Sera, yang masih memegang lengannya, tiba-tiba mengetat, menahan Orion agar tidak pergi.
"Jangan pergi," bisiknya, napasnya terasa hangat di telinga Orion.
“Aku nggak akan kemana-mana, Ra…” bisik Orion menenangkan gadisnya itu.
Sera membuka matanya yang langsung bertemu dengan tatapan Orion yang dalam. Tanpa sepatah kata pun, mereka saling mendekat, bibir mereka bersentuhan dalam ciuman yang penuh gairah. Lidah mereka saling mengeksplorasi, merasakan rasa satu sama lain, sementara tangan mereka mulai bergerak, mengeksplorasi tubuh satu sama lain. Tangan Orion, besar dan hangat, meraba tubuh Sera, meremas p*yudaranya melalui kain tipis gaunnya. Sera mendesah pelan, tubuhnya merespons sentuhan Orion dengan cara menggoda.
Sementara itu, tangan Sera, kecil dan lembut, meremas rambut Orion dengan nafsu, menariknya lebih dekat, memperdalam ciuman mereka. Namun, mereka berdua tau batas mereka—Orion tidak ingin mengambil keperawanan Sera sebelum pernikahan. Tapi, hasrat mereka satu sama lain terlalu kuat untuk diabaikan. Tubuh mereka mulai saling bersentuhan, kulit mereka berkeringat karena panasnya gairah.
“Aku ingin lebih malam ini…” pinta Sera dengan nada memohon.
“Tidak Sera… aku akan melakukan sesuatu yang membuatmu senang, tapi tetap pada batasan yang sudah kita buat,” jelas Orion.
Orion merasakan p*nisnya yang mulai tegang dan berdenyut di balik celananya, ia menggesekkannya di antara paha Sera, merasakan panasnya vagina Sera yang basah melalui kain tipis celana dalamnya. Sera, merasakan tekanan itu, mulai menggesekkan klitorisnya pada perut Orion, mencari gesekan yang ia butuhkan. Desahan mereka memenuhi ruangan, suara yang penuh gairah dan hasrat. Dan entah sejak kapan baju Sera sudah terlepas dan menyisakan celana dalamnya saja.
Dengan cepat Orion menarik celana dalam Sera, hingga tubuh bagian bawah gadis itu terekspos dengan jelas. Ia pun kembali menciumi seluruh inci tubuh Seraphina sambil melepaskan pakaiannya.
“Boleh aku menggesekannya tanpa penghalang?” bisik Orion lembut.
Wajah Seraphina memerah, ia mengangguk pelan. “Lakukan…” lirihnya.
Orion menatap v*gina Sera, lalu mengarahkan p*nisnya ke sana. Suara desahan Sera membuat Orion semakin bersemangat dan terus menggesekkan p*nisnya, semakin cepat, semakin intens, tubuh mereka bergerak dalam ritme yang sempurna. Orion, dengan tangan besarnya, membimbing gerakan mereka, sementara Sera, dengan jari-jari lentiknya, mencengkeram bahu Orion, menariknya lebih dekat. Mereka berdua tahu bahwa mereka mendekati puncak, dan mereka ingin mencapainya bersama.
Dengan napas yang tersengal Sera menggigit bibir bawahnya, matanya tertutup erat saat ia merasakan gelombang kenikmatan yang mulai membangun.
"Orion," desahnya, suaranya penuh gairah, "aku... aku hampir..."
Orion merasakan tubuh Sera yang mulai menggigil, ia mempercepat gerakan mereka, menggesekkan p*nisnya dengan lebih keras, mencari gesekan yang akan membawa mereka berdua ke puncak.
Lalu… dalam ledakan yang intens, mereka mencapai klimaks bersama. Sera berteriak pelan, tubuhnya melengkung ke atas, sementara Orion menggumamkan nama Sera, suaranya penuh kepuasan. Orgasm mereka meledak dalam gelombang kenikmatan, meninggalkan mereka berdua terengah-engah, tubuh mereka berkeringat dan gemetar.
Dengan napas yang masih tersengal Sera menggigit bibir Orion, matanya berkilau dengan hasrat yang belum sepenuhnya padam.
"Aku ingin lebih," bisiknya, suaranya penuh gairah, "tapi aku menghargai keputusanmu."
Orion tersenyum lembut lalu mencium kening Sera, merasakan kehangatan kulitnya di bibirnya. "Kita akan menunggu, sayangku," janjinya.
Mereka berpelukan, tubuh mereka masih bergemuruh dari kenikmatan yang baru saja mereka alami, merasakan detak jantung satu sama lain. Sera menyandarkan kepalanya di dada Orion, mendengarkan detak jantungnya.
Orion membelai lembut rambut Sera. “Aku mencintai kamu, Seraphina Callenora…” bisiknya lembut.
Seraphina masih mendengar ucapan Orion, namun berusaha mengabaikannya. Jika setelah ini Orion meninggalkannya—Sera tidak akan marah, sebab merasakan hidup di luar rumahnya meski hanya sehari pun sudah terasa cukup.
“Aku tidak pernah bisa percaya jika aku sedang dicintai. Mungkin saja Orion memilihku karena dia memiliki tujuan dan membutuhkan aku.” batin Sera.
Perlahan Sera terlelap dalam pelukan Orion. Malam itu, untuk pertama kalinya—Sera tertidur dengan nyenyak.
***
Sinar matahari menyelinap melalui jendela, Sera menggeliat kecil lalu menguap malas. Ia mengernyitkan dahinya saat merasakan kehangatan Orion di sampingnya.
“Sudah bangun, Sayang?” tanya Orion dengan suara beratnya. “Apa tidurmu nyenyak?”
Sera mengangguk malu. “Sebelumnya aku tidak pernah tidur senyenyak ini,” jawab Sera. Ia tersenyum, mengingat malam yang mereka habiskan.
“Mungkin karena kita di paris jadi, suasana baru membuatmu tidur nyenyak,” ucap Orion.
Sera menggeleng cepat. “Aku tidur nyenyak karena kamu memelukku, Rion…” jawab Sera lirih. Gadis itu tampak gugup saat mengucapkan pengakuan itu.
Orion tertawa kecil. “Sepertinya kita harus segera menikah, Sayang. Agar aku bisa selalu memelukmu. Aku ingin kau selalu tidur nyenyak tiap malam,” jawab Orion lalu mengecup lembut bibir Sera.
“Ih! Aku belum sikat gigi!” Sera menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.
“Hanya ciuman kecil sebelum kita mandi!” jawab Orion. “Mau mandi bersama?” tanyanya.
Wajah Sera memerah mendengar ajakan Orion. “Tidak! Aku malu!” ucapnya lalu memalingkan wajahnya.
“Kenapa malu, hm? Aku sudah melihat seluruh tubuhmu yang sangat indah itu. Semuanya indah…” ucap Orion. “Apalagi ini… sangat cantik dan aku menyukainya,” Orion menyentuh lembut v*agina Sera. Jarinya menggesek di sela-sela lipatan lembut itu.
“Ahh…” Sera mendesah saat menerima rangsangan itu.
“Apa kamu mau lagi?” tanya Orion.
“Tidak! Aku ingin mandi!” Sera menepis tangan Orion.
“Tapi v*ginamu basah, sayang. Kamu yakin tidak ingin lagi?” tanya Orion. Tangannya kembali bermain di bawah sana.
“Berhenti bermain-main di sana Orion,” desis Sera.
“Bagaimana dengan ini?” Orion memposisikan wajahnya tepat di depan v*gina Sera. Lidahnya mulai bermain di bawah sana membuat Seraphina semakin mendesah.
“Orion cukup!” ucap Sera. Namun ucapan itu berbanding terbalik dengan tindakannya yang semakin menekan kepala Orion.
“Kamu bilang cukup tapi menekan kepalaku, sayang?” ucap Orion mengejek.
“Teruskan…” ucap Sera.
Namun saat akan mencapai puncaknya, Orion menghentikan aktifitasnya.
“Kenapa berhenti?” tanya Sera sedikit kesal.
“Memohonlah agar aku melanjutkan permainan ini,” pinta Orion.
Sera terlihat frustasi. “Aku mohon… puaskan aku, sayang…” lirih Sera.
Orion tersenyum miring mendengar ucapan Sera. “Sesuai perintahmu, Nona…” ucapnya lalu kembali melanjutkan kegiatan menyenangkan yang sempat tertunda.
Sera mendesah keras bersamaan dengan cairan yang mengalir deras dari v*ginanya. Sementara Orion tersenyum puas melihat pennampilan sexy Seraphina saat ini. “Belum selesai, sayang. Kita akan lanjutkan sepuluh menit lagi di kamar mandi!” ucap Orion.
🍁🍁🍁
Bersambung...