Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Aku bekerja seperti biasanya, hari ini aku lebih sibuk dari hari biasanya. Tapi setidaknya itu lebih baik, aku bisa melupakan sejenak rasa sakit hati dan kesedihan ku karena di dua kan oleh mas Randi.
Sejujur nya rasa cinta ku pada mas Randi begitu besar, sehingga aku melakukan apa saja yang bisa membuat diri nya bahagia. Termasuk membantu orang tua dan saudara nya di kampung. Tapi hanya penghianatan sebagai balasan yang aku dapat kan.
Jam kantor sudah berakhir, aku segera pulang ke rumah. Pekerjaan ku sebagai wanita karir membuat ku lebih banyak menghabis kan waktu di luar, tapi aku tidak pernah melupakan kewajiban ku sebagai seorang istri. Tapi semua nya sudah berubah semenjak mas Randi membawa wanita bernama Mia itu masuk ke dalam rumah tangga ku.
"Kamu sudah pulang dek?" Mas Randi bertanya pada ku ketika aku masuk ke dalam rumah.
"Sudah!" Aku menjawab nya dengan singkat.
"Dek, malam ini kita makan di luar bertiga ya!" Mas Randi mengajak ku makan di luar malam ini bersama istri muda nya.
"Aku capek mas, silah kan kalau kalian mau makan diluar luar!" Aku menolak ajakan mas Randi.
"Ayo lah dek, sudah lama kita tidak makan di luar!" Mas Randi membujuk ku.
"Aku tahu mas, kau sengaja kan mengajak ku makan di luar malam ini, karena di rumah tidak ada yang memasak, iya kan!" Aku berkata sambil mengejek mas Randi.
Mas Randi tampak menggaruk kepala nya yang tidak gatal, karena aku berhasil menebak isi kepala nya.
"Ya udah, kita makan di rumah aja malam ini, tapi kamu masak dulu ya dek!" dengan mudah nya mas Randi meminta ku untuk memasak, padahal aku baru pulang ke rumah setelah bekerja sementara Mia seharian ini hanya santai di rumah.
"Suruh istri muda mu untuk memasak, kalian yang mau makan kok aku yang repot!" Aku berkata dengan ketus.
"Enak saja menyuruh ku memasak, kamu yang udah suruh pembantu itu untuk gak masak, jadi sekarang kamu yang harus masak!" Mia berkata seolah - olah dia adalah pemilik rumah ini.
"Siapa kau berani memerintah ku? Aku adalah pemilik rumah ini, jadi aku bebas mau melakukan apa saja di rumah ku sendiri!" Aku berkata sambil melipat tangan ku di dada.
"Dek, aku ini suami mu. Ini juga rumah ku, bukan hanya rumah mu!" Mas Randi tidak terima karena aku mengatakan bahwa rumah ini adalah milik ku.
"Hello mas Randi, bangun mas,,,, tidur mu terlalu miring sehingga kau bermimpi. Kamu lupa ya bahwa rumah ini warisan dari orang tua ku sebelum kita menikah, jadi sejak kapan rumah ini menjadi milik mu!" Aku berkata sambil tersenyum mengejek.
"Sudah lah jangan berdebat lagi, tidak masalah jika kau tidak mau ikut makan di luar. Sini kunci mobil, biar mas sama Mia aja yang makan di luar!" Mas Randi meminta kunci mobil pada ku.
"Mobil ku bukan mobil mu, jika kau ingin membawa gundik mu keluar, jangan pernah kau gunakan mobil ku!" Aku tidak akan membiarkan Mas Randi dan gundik nya menggunakan mobi ku lagi.
"Jaga bicara mu, aku bukan gundik. Tapi aku juga istri nya mas Randi!" Mia tidak terima aku menyebut diri nya dengan sebutan gundik.
"Sudah lah dek, jangan cari masalah lagi. Aku ingin kalian berdua akur, dan aku janji bakal bersikap adil pada kalian berdua!" Suara mas Randi terdengar melunak.
"Aku tidak pernah mencari masalah mas, tapi kau lah yang mencari masalah dengan membawa wanita ini ke rumah ku. Jadi jangan cari alasan untuk bisa menikmati harta ku lagi!" Aku sudah sangat muak melihat mereka berdua, aku pun berlalu dari hadapan kedua nya.
"Dasar wanita mandul, lihat saja sebentar lagi mas Randi pasti akan mencerai kan mu!" Aku mendengar teriakan Mia ketika aku sudah berada di pertengahan tangga.
"Aku tunggu waktu itu tiba, aku akan sangat bahagia jika mas Randi mau mencerai kan ku. Tapi silah kan kau tanyakan pada suami mu, apalah dia mau mencerai kan ku atau tidak?" Aku berkata sambil membalikkan tubuh ku kembali menghadap mereka berdua.
"Jangan bicara masalah perceraian dek, sampai kapan pun aku tidak akan pernah mencerai kan mu. Perceraian adalah hal yang sangat di benci oleh Allah! Dan poligami itu tidak di larang di dalam agama!" Mas Randi berkata dengan nada sok bijak.
"Jangan bawa - bawa agama mas untuk menutupi semua kesalahan mu!" Aku pun segera berlalu ke kamar ku.
Selain di rumah ini tidak ada yang memasak, mas Randi punya alasan lain mengajak ku untuk makan di luar malam ini. Mas Randi ingin agar aku yang membayar tagihan makan malam nya dan Mia malam ini, karena aku sudah tahu setiap kami makan malam berdua di luar selama ini, aku lah yang membayar semua tagihan nya.
"Kamu fikir aku sebucin itu sama kamu mas, sehingga bisa dengan mudah nya kau memanfaatkan diri ku. Aku bukan lagi Arin yang dulu mas, yang bisa kau manfaat kan!" Aku berguman sendirian.
Aku merasa lelah, lelah fisik dan lelah fikiran. Aku berendam dalam bath up agar merasa lebih segar nanti nya. Aku baru menyudahi acara mandi ku ketika aku mendengar suara Adzan magrib berkumandang.
Aku pun melaksanakan kewajiban 3 rakaat ku, aku mencurahkan segala kesedihan ku pada yang maha pemberi kehidupan. Setelah itu, aku melanjutkan untuk membaca kitab suci Alquran. Sudah cukup lama aku tidak mengaji, karena selama ini aku di sibuk kan dengan mengurus mas Randi.
Tok, tok, tok.
Aku mendengar pintu kamar ku di ketuk dari luar, Aku pun segera menyudahi acara ngaji ku. Aku membuka pintu sedikit dan tampak mas Randi di depan pintu.
"Dek, tolong pinjem kan mas mobil malam ini saja dek!" Mas Randi memelas pada ku.
"Gak bisa mas, aku gak sudi mobil ku di naiki oleh gundik mu itu!" Aku berkata dengan sangat ketus.
"Ya udah, kalau kamu gak mau pinjemi mas mobil, tolong transfer uang ke rekening mas dek. Uang mas udah habis buat acara nikahan kemarin!" Mas Randi meminta uang pada ku seolah aku ini adalah Atm nya.
"Mas, selama kita menikah aku bahkan tidak pernah tahu berapa gaji mu dan kau habis kan untuk apa saja. Kau bahkan melalai kan nafkah untuk ku, dan aku tidak masalah. Tapi sekarang tidak lagi mas, kau punya kewajiban menafkahi kedua istri mu. Jadi mulai sekarang bukan aku yang menanggung semua kebutuhan mu dan juga keluarga mu, tapi kau lah yang harus memberi kan nafkah untuk ku!" Aku tidak mau lagi menjadi Arin yang lemah yang selalu di manfaat kan oleh mas Randi dan juga keluarga nya.
"Dek, gaji mas tidak akan mencukupi untuk semua itu, mas mohon jangan seperti ini dek. Kembali lah seperti dulu dek, Mas mohon!" Mas Randi memohon pada ku.
"Jika kau dan keluarga mu tidak menghianati ku, mungkin aku tidak akan berubah mas. Tapi maaf, sekarang aku bukan lah Arin yang dulu lagi, yang bisa kalian manfaat kan. Jangan pernah mengganggu ku untuk semua kebutuhan mu lagi mas!" Aku langsung menutup pintu kamar ku dengan kasar.
Masih ku dengar ketukan di pintu dan teriakan mas Randi di depan kamar ku, tapi aku tidak perduli lagi. Rasa sakit akan penghianatan diri nya dan keluarga nya telah membuat sisi kepedulian ku mati.
Aku bahkan sangat puas melihat mas Randi mulai mengalami masalah keuangan.
'Ampuni hamba ya Allah karena bahagia melihat suami hamba menderita' Aku berdoa di dalam hati.