Rumah tangga yang baru dibina satu tahun dan belum diberi momongan itu, tampak adem dan damai. Namun, ketika mantan istri dari suaminya tiba-tiba hadir dan menitipkan anaknya, masalah itu mulai timbul.
Mampukah Nala mempertahankan rumah tangganya di tengah gempuran mantan istri dari suaminya? Apakah Fardana tetap setia atau justru goyah dan terpikat oleh mantan istrinya?
Ikuti kisahnya yuk.
IG deyulia2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Nala Kecewa
Tiba di rumah, Nala langsung menuju dapur. Dengan perasaan emosi ia membanting kantong kresek yang dalamnya tiga bungkus baso tahu pesanannya tadi. Untung saja plastik baso tahu di dalamnya, tidak pecah atau sobek sehingga isi baso tahu itu tidak terburai.
"Non Nala, maaf ada apa Non?" Bi Marni yang memang ada di dapur, terkejut dan khawatir melihat Nala yang pulang dalam keadaan marah.
"Tidak ada apa-apa, Bi." Nala berusaha menyembunyikan sedihnya dari Bi Marni.
"Bi Marni, Mas Dana tadi pulang jam berapa, lalu pergi lagi jam berapa?" cecar Nala.
Sejenak Bi Marni diam. "Den Dana belum pulang sejak pergi kerja tadi pagi, Non. Justru Mbak Devana yang datang ke sini dan membawa Non Raina pergi, sekitar jam dua-an," jawab Bi Marni jujur.
"Ohhh."
"Mereka bilang mau ke mana Bi?" lanjut Nala menatap Bi Marni.
"Mbak Devana tidak bilang apa-apa, dia hanya pamit mau pergi, gitu saja, Non," jawab Bi Marni.
"Begitu, ya, Bi? Ya, sudah, saya ke atas dulu. Dan ini dua bungkus baso tahu, buat Bi Marni saja. Makan, ya, Bi, mumpung masih panas." Nala memberikan dua bungkus baso tahu yang tadinya untuk Raina dan Dana, kepada Bi Marni. Sementara yang satu bungkus miliknya, ia ambil beserta mangkok dari rak, lalu dibawanya ke atas.
"Oh, ya, Bi. Tolong bawakan jus jambu saya yang tadi didinginkan di kulkas ke atas, ya," titah Nala sebelum ia melangkah. Bi Marni mengangguk lalu segera melaksanakan perintah Nala.
Bi Marni menyusul Nala menuju lantai atas seraya menenteng baki berisi gelas jus jambu. "Non Nala, ini jus jambunya. Diletak di sini saja, Non?" Bi Marni menunjuk meja dengan gerakan matanya. Nala mengangguk dari ambang pintu.
"Oh iya, Non. Itu baso tahunya yang dua bungkus untuk bibi semua, Non?" tanya Bi Marni ragu.
"Iya, Bi, makan saja dua-duanya. Tadinya untuk suami saya dan Raina," sahut Nala tanpa menjelaskan kenapa baso tahu itu diberikan pada Bi Marni. Bi Marni manggut dan tidak bertanya lagi, diapun segera berlalu dari lantai dua rumah itu.
Nala segera memasuki kamar, tubuhnya yang lelah dan gerah, memaksanya segera ke kamar mandi, meskipun niat awal ingin segera makan baso tahu yang masih panas tadi.
Setelah mandi dan melaksanakan sholat ashar, Nala menuju beranda di mana ia meletakkan mangkok dan baso tahunya tadi. Karena lapar, baso tahu yang masih hangat itu disantapnya. Sejenak Nala melupakan rasa kecewa atas penemuannya tadi di tempat makan lesehan dekat lapangan bola Kencana.
Satu jam setelah itu, Dana pulang. Deru mobilnya terdengar sampai lantai atas. Nala melihat sekilas dari balik jendela. Rasa kecewanya kembali meluap, Nala benar-benar sedih karena menganggap Dana tega padanya. Sekedar menghubungi atau memberitahu dirinya saja, Dana seolah lupa.
Buru-buru Nala memasuki kamar dan membaringkan diri di atas ranjang lalu berpura-pura main Hp sesantai mungkin.
Dana memasuki rumah, ia langsung menuju dapur disambut Bi Marni.
"Bi Marni, di mana istri saya?" tanya Dana pada Bi Marni yang baru saja akan menuangkan baso tahu yang diberikan Nala tadi.
"Non Nala di atas, Den," jawab Bi Marni.
"Ohhhh. Ya sudah. Saya ke atas dulu," ucap Dana.
"Bi Marni, jajan baso tahu banyak banget, ini baso tahunya untuk dimakan Bi Marni?" tanya Raina tiba-tiba.
"Iya, Non. Tapi bukan bibi yang beli, melainkan mama Nala. Tadinya baso tahu ini untuk Non Raina dan papanya Non," jawab Bi Marni. Sejenak Dana tertegun mendengar perkataan Bi Marni barusan tentang baso tahu itu. Ia tidak menduga kalau Nala membelikan baso tahu itu untuknya dan Raina.
"Jadi, baso tahu itu tadinya untuk saya dan anak saya, Bi?"
"Iya, Den. Bibi tadinya belum berani makan baso tahu itu, tapi Non Nala memaksa. Tapi, kalau Non Raina mau, ambil saja, itu belum bibi apa-apain kok," jelas Bi Marni.
"Tidak usah, Bi. Kami sudah kenyang, buat bibi saja," tolak Dana sembari membalikkan badan.
"Raina, ayo segera ke kamar dan mandi. Papa mau temui dulu Tante Nala," ajak Dana seraya bergegas menuju tangga untuk ke kamar mencari Nala. Raina mengikuti papanya dari belakang dan masuk ke kamarnya.
Tiba di kamar, Dana mendapati Nala sedang asik main Hp tanpa menoleh ke arahnya atau membalas salamnya.
"Assalamualaikum. Sayang, kamu sudah pulang?" Dana menghampiri Nala lalu merangkul bahunya. Nala langsung bangkit dan menduduki ranjang.
"Mas Dana!" seru Nala pura-pura baru sadar kalau Dana sudah ada di kamar.
"Kamu pulang jam berapa?" telisik Dana menyembunyikan rasa bersalah di wajahnya.
Nala diam sejenak, lalu menaruh Hp nya di atas kasur. "Buat apa kamu tanya-tanya, Mas, tidak penting juga buat Mas Dana, kan?" respon Nala datar.
Dana tersentak lalu berkata, "Wajar dong aku nanya, kamu kan istri aku?"
"Istri? Kalau istri kenapa yang beberapa hari ini menemani jalan dengan Mas Dana adalah mantan istri, bahkan Mas Dana tidak mengabari aku kalau hari ini akan jalan bertiga dengan anak dan mantan istri Mas Dana. Itu yang Mas Dana sebut istri?" tekannya seraya meneteskan air mata.
Nala tidak tahan lagi menahan bening di sudut matanya yang sejak tadi ditahan, akhirnya pertahanannya runtuh juga.
Dana tersentak lalu mendekat dan berusaha meraih lengan Nala, tapi Nala menepisnya kasar.
"Dengar dulu aku, Sayang. Aku tidak bermaksud seperti itu. Tadi itu Devana dan Raina sudah menunggu di depan kantor Pusdik. Lalu Raina mengajak aku untuk membawanya jalan-jalan dan makan. Kamu tahu sendiri Raina seperti apa kalau tidak aku penuhi ajakannya? Dia akan menangis dan merajui. Dari pada menangis lebih baik aku turuti permintaannya. Coba kamu pahami posisi aku, Sayang," terang Dana sembari membujuk agar Nala bisa memahami posisinya.
"Termasuk permintaan Raina yang meminta kamu supaya dekat dengan mamanya terus, kan? Lama-lama bisa saja Raina minta kamu nikah kembali dengan mamanya sambil nangis-nangis, lalu Mas Dana penuhi, begitu? tuding Nala sembari terisak.
"Tidak begitu, Sayang. Kamu itu tidak paham posisi aku. Aku di sini berperan hanya sebagai papa dari Raina saja. Aku hanya ingin menyenangkan Raina. Kalau aku bersikap jutek sama mamanya, Raina bisa sakit hati. Tolong ngerti keadaan aku, aku ini serba salah," dalihnya dengan mimik muka meminta pengertian Nala.
"Mas Dana bisa saja katakan itu saat ini padaku. Tapi kalau lama-kelamaan kondisi ini berlangsung, bisa-bisa Mas Dana jatuh cinta lagi sama mantan istri dan Mas Dana balikan sama dia," balas Nala semakin dikuasai emosi.
"Tidak. Jangan katakan itu, bahkan aku tidak berpikiran sampai di situ," sangkal Dana sembari menggelengkan kepalanya.
kuncinya dana harus tegas dan mertua g ikut campur
bener2 mertua jahat bisa2nya GK bisa bedain mana wanita terhormat dan wanita bar2.